Lakker Braga: Nikmati Kue Jadul Resep Keluarga 40 Tahun, Bikin Nostalgia!
Di tengah hiruk pikuk Jalan Braga, Kota Bandung yang selalu ramai, ada sebuah toko kue yang berhasil mencuri perhatian banyak pasang mata. Dengan nuansa vintage yang kental dan etalase penuh kue-kue klasik, toko ini tak lain adalah “Lakker”. Nama yang unik ini ternyata singkatan dari “Laku Keras”, sebuah harapan sekaligus doa yang kini menjadi kenyataan. Bukan sekadar toko, Lakker adalah sebuah perjalanan nostalgia rasa yang berakar kuat dari resep keluarga turun-temurun, membawa setiap pengunjung kembali ke masa lampau.
Kisah di Balik Setiap Gigitan: Warisan Resep Sejak 1945¶
Kisah Lakker bukan dimulai dari sebuah toko megah, melainkan dari dapur sederhana di Cimahi pada tahun 1986. Adalah Ibu Farisa, sang peracik kue ulung, yang melanjutkan jejak panjang keluarga besar suaminya yang telah berkecimpung dalam dunia perkuehan sejak tahun 1945. Bayangkan, tradisi membakar dan meracik adonan ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka! Ini bukan hanya bisnis, melainkan sebuah warisan budaya dan keahlian yang diwariskan dari generasi ke generasi.
“Keluarga papa itu 12 bersaudara, yang tujuh di Bandung, semuanya bikin kue,” kenang Oyen, generasi penerus yang kini mengelola Lakker, dengan senyum lebar. Kebayang kan, satu keluarga besar dengan belasan saudara, semuanya ahli bikin kue? Pasti setiap pertemuan keluarga jadi ajang pesta kue-kue paling lezat se-Bandung! Setiap anggota keluarga punya spesialisasi masing-masing, dari onde-onde yang kenyal, gemblong yang legit, kelepon yang meletup di mulut, hingga kue-kue beraroma Belanda seperti poffertjes dan panekuk yang lembut.
Sejak kecil, bagi Oyen, rutinitas mengantar kue ke berbagai toko di Bandung adalah bagian tak terpisahkan dari kesehariannya. Bahkan, sebelum berangkat sekolah, mobil yang ditumpangi untuk ke sekolah selalu penuh dengan keranjang-keranjang kue yang siap diantar. “Bahkan naik mobil pun ke sekolah barengan sambil nganter kue, saya sendiri di sekolah pun jualan kue juga,” ujar Oyen sambil tertawa lepas, mengenang masa kecilnya yang penuh aroma manis. Kisah ini menunjukkan betapa dalamnya akar bisnis kue ini dalam kehidupan keluarga mereka.
Dari Pemasok Rumahan Menuju Toko Ikonik di Braga¶
Puluhan tahun lamanya, keluarga ini hanya dikenal sebagai pemasok kue-kue jadul ke berbagai toko di Bandung, tanpa memiliki gerai fisik sendiri. Namun, takdir berkata lain pada tahun 2022. Sebuah lokasi strategis di Jalan Braga, yang merupakan salah satu ikon Kota Bandung, berhasil mereka temukan. Ini adalah titik balik yang mengubah Lakker dari sekadar dapur rumahan menjadi sebuah toko yang bisa diakses langsung oleh para pecinta kue.
“Sebetulnya waktu di Cimahi itu kita enggak punya toko, hanya kirim-kirim kue saja. Tahun 2022 kita nemu tempat di Braga, akhirnya ajak keluarga papah untuk kirim kue ke sini juga,” jelas Oyen. Dengan begitu, Lakker di Braga menjadi semacam etalase bersama bagi keahlian seluruh keluarga besar. Konsep toko pun dirancang dengan sangat matang. Dekorasi vintage dipilih untuk memperkuat citra “kue jadul” yang mereka tawarkan, menciptakan suasana hangat dan akrab yang seolah membawa pengunjung kembali ke era 70-an atau 80-an.
Etalase Penuh Pesona Nostalgia¶
Saat melangkah masuk ke Lakker, mata Anda akan langsung dimanjakan oleh barisan kue-kue klasik yang tertata rapi di etalase. Beberapa di antaranya bahkan dengan bangga diberi label “Resep Original 1986”, menegaskan keaslian dan konsistensi rasa yang telah terjaga selama puluhan tahun. Di sini, Anda bisa menemukan poffertjes hangat yang empuk, onde-onde ketan dengan isian manis, pastel renyah, kue sus lembut, risoles gurih, hingga gemblong yang kenyal dan bersalut gula.
Harga kue-kue ini pun sangat ramah di kantong, dimulai dari Rp 2.000 saja per buah. Ini membuat Lakker menjadi destinasi yang sempurna bagi siapapun, baik wisatawan maupun warga lokal, untuk menikmati camilan lezat tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam. Setiap gigitan kue di Lakker bukan hanya soal rasa, tapi juga sebuah perjalanan waktu, membawa kenangan manis masa kecil yang mungkin sudah lama terlupakan.
Kue-kue Legendaris Lakker Braga: Apa Saja yang Wajib Dicoba?¶
Untuk memudahkan Anda dalam memilih, mari kita intip beberapa kue legendaris yang wajib Anda cicipi saat berkunjung ke Lakker Braga:
Nama Kue | Deskripsi Rasa & Tekstur | Harga Mulai Dari |
---|---|---|
Poffertjes | Pancake mini khas Belanda, empuk di dalam, garing di luar, disajikan hangat dengan taburan gula halus. Nikmat untuk camilan sore. | Rp 5.000 |
Onde-Onde Ketan | Bola-bola ketan bertabur wijen, renyah di luar, kenyal di dalam, dengan isian kacang hijau manis yang lumer di mulut. | Rp 4.000 |
Pastel | Pastri gurih dengan kulit renyah berlapis, berisi sayuran dan telur. Cocok untuk sarapan ringan atau camilan mengenyangkan. | Rp 5.000 |
Kue Sus | Kulit sus yang ringan dan mengembang, diisi dengan vla vanilla yang lembut dan manis. Sensasi dingin di setiap gigitan. | Rp 5.000 |
Risoles | Gulungan dadar tipis berisi ragout ayam atau daging, digoreng hingga keemasan. Kudapan gurih yang tak pernah salah. | Rp 5.000 |
Gemblong | Kue tradisional dari beras ketan, kenyal, dengan lapisan gula merah yang manis dan legit di luar. Manisnya pas! | Rp 3.000 |
Setiap kue di Lakker dibuat dengan bahan-bahan pilihan dan proses yang sama telitinya seperti yang dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Rahasia “Resep Original 1986” ini terletak pada pemilihan bahan baku berkualitas tinggi dan teknik pembuatan yang diwariskan secara lisan, memastikan setiap batch kue memiliki konsistensi rasa yang sama. Dari aroma wangi mentega yang baru dipanggang hingga tekstur renyah atau lembut yang pas, semuanya terasa otentik dan “rumahan”.
Inovasi Rasa untuk Generasi Masa Kini¶
Meski berpegang teguh pada tradisi, Lakker juga menyadari pentingnya beradaptasi. Oyen ingin memastikan bahwa warisan kuliner kue-kue jadul Indonesia ini tidak akan hilang ditelan zaman, dan justru bisa diterima oleh generasi muda. Oleh karena itu, Lakker mulai memperkenalkan inovasi yang menarik, tanpa menghilangkan esensi aslinya. Contohnya, ada poffertjes dengan sentuhan modern seperti rasa matcha, yang memadukan kelembutan poffertjes klasik dengan aroma teh hijau yang populer di kalangan anak muda.
Yang lebih unik lagi, Lakker juga berani menghadirkan “bacang jando panas siram kuah jando”. Ini adalah perpaduan yang tak terduga namun menggoda, antara bacang (makanan ketan berisi daging) dengan jando (lemak sapi) yang disiram kuah panas. Inovasi seperti ini menunjukkan bahwa Lakker tidak hanya terpaku pada masa lalu, tetapi juga berani bereksperimen untuk menciptakan pengalaman rasa baru yang tetap otentik Indonesia.
Filosofi yang dipegang teguh oleh keluarga ini sangat sederhana namun kuat: “Kalau sudah cocok, mereka akan kembali. Rasa itu enggak bisa bohong.” Ini adalah keyakinan bahwa kualitas dan kelezatan sejati akan selalu menemukan jalannya kembali ke hati pelanggan.
Suara Pelanggan: Lebih dari Sekadar Kue, Tapi Penjaga Kenangan¶
Salah satu pelanggan setia Lakker adalah Astri (37), yang baru mengenal toko ini setahun lalu setelah pindah dari Yogyakarta. Bagi Astri, kunjungan pertamanya ke Lakker adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan. “Agak amazed juga, karena banyak cemilan zaman kecil. Vibes-nya enak dan bikin senang,” ucap Astri, matanya berbinar. Ia merasa seperti menemukan harta karun berupa camilan yang mengingatkannya pada masa kanak-kanak.
Bagi Astri, Lakker bukan hanya sekadar tempat untuk membeli kue. Ia melihat Lakker sebagai “penjaga kenangan”. Di tengah gempuran makanan modern dan asing, keberadaan toko seperti Lakker yang mempertahankan kue-kue tradisional menjadi sangat berarti. Ini adalah upaya untuk melestarikan identitas kuliner bangsa yang kaya. “Kue-kue seperti ini harus tetap ada. Di sini semuanya fresh dan mudah ditemukan di tengah kawasan wisata,” tuturnya, menekankan pentingnya aksesibilitas dan kualitas yang ditawarkan Lakker.
Bayangkan saja, di tengah keramaian Braga yang penuh kafe modern dan butik, aroma kue pandan yang baru matang atau manisnya gula merah dari gemblong melayang di udara, menarik siapa saja yang lewat. Lakker adalah oase bagi mereka yang merindukan cita rasa sederhana, tulus, dan penuh cerita. Ini adalah tempat di mana setiap kue bukan hanya sekadar bahan makanan, melainkan medium untuk bernostalgia, berbagi cerita, dan menciptakan kenangan baru bersama orang-orang terkasih.
Lakker membuktikan bahwa “jadul” tak selalu berarti ketinggalan zaman. Justru, nilai-nilai tradisional dan keaslian rasa yang dipertahankan dengan gigih oleh keluarga Lakker inilah yang membuat mereka unik dan dicintai. Mereka berhasil menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan inovasi, menyajikan sebuah pengalaman kuliner yang kaya dan tak terlupakan.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda punya kue jadul favorit yang ingin Anda temukan kembali? Atau adakah cerita nostalgia yang terkait dengan kue-kue klasik di Lakker ini? Jangan ragu untuk berbagi pengalaman dan kenangan Anda di kolom komentar!
Posting Komentar