Biar Lebaran Makin Bermakna: 25 Contoh Sungkeman Bahasa Jawa + Artinya!

Daftar Isi

Sungkeman Lebaran Bahasa Jawa

Lebaran itu momen yang ditunggu-tunggu banget, kan? Selain opor ayam dan kumpul keluarga, ada satu tradisi yang bikin suasana makin haru dan penuh makna: sungkeman. Yap, sungkeman ini udah jadi bagian nggak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di banyak daerah di Indonesia, terutama di Jawa.

Apa Sih Sungkeman Itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sungkeman itu intinya sujud atau tanda bakti. Tradisi ini dilakukan sama yang lebih muda ke yang lebih tua. Jadi, anak ke orang tua, cucu ke kakek nenek, atau bahkan adik ke kakak yang lebih tua. Saat sungkeman, yang muda biasanya menyampaikan permohonan maaf, terus yang tua akan merespons dengan kalimat yang isinya doa dan maaf juga. Kebayang kan, momennya gimana haru?

Tradisi sungkeman ini punya sejarah yang lumayan panjang. Dilansir dari beberapa sumber, sungkeman itu asalnya dari budaya Jawa, tepatnya di Solo, Jawa Tengah, sekitar tahun 1930-an. Konon, tradisi ini dipopulerkan di masa Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Rio Buyan. Awalnya, sungkeman jadi cara buat membersihkan hati dan diri dari segala kesalahan, baik yang sengaja atau nggak sengaja. Masyarakat Jawa percaya banget, lewat sungkeman ini, semua hal negatif dari tahun sebelumnya bisa terhapus dan hati jadi plong.

Sungkeman ini nggak cuma sekadar ritual formal lho. Lebih dari itu, ini wujud penghormatan dan pengakuan atas jasa-jasa orang tua atau yang lebih tua. Ini juga momen buat introspeksi diri, menyadari kesalahan-kesalahan yang udah diperbuat, dan dengan tulus meminta maaf. Buat yang lebih tua, ini kesempatan buat memberikan restu dan doa terbaik untuk anak cucunya. Makanya, nggak heran kalau momen sungkeman seringkali diwarnai air mata haru.

Persiapan Sebelum Sungkeman

Biasanya, sungkeman dilakukan setelah shalat Id atau saat berkunjung ke rumah sanak saudara yang lebih tua. Nggak ada aturan baku banget soal ini, tapi intinya cari waktu yang pas di hari Lebaran. Suasananya pun biasanya dibuat sakral tapi hangat. Seluruh anggota keluarga berkumpul, dan satu per satu, yang lebih muda akan menghampiri yang lebih tua, bersimpuh di hadapan mereka (bisa duduk di lantai), mencium tangan, dan mengucapkan kalimat permohonan maaf.

Pemilihan kata-kata saat sungkeman itu penting banget, apalagi kalau pakai Bahasa Jawa. Ada tingkatan kesopanan bahasa (Undha-usuk Basa) yang perlu diperhatikan, terutama saat berbicara dengan orang tua atau eyang. Menggunakan Bahasa Jawa Krama Inggil menunjukkan rasa hormat yang paling tinggi. Meskipun sekarang banyak keluarga yang mungkin mencampur Krama dengan Ngoko, berusaha menggunakan Krama Inggil sebisa mungkin akan sangat dihargai.

Nah, biar momen sungkeman Lebaranmu makin lancar dan khusyuk, terutama buat kamu yang mau pakai Bahasa Jawa, udah disiapin nih beberapa contoh kalimat sungkeman yang bisa kamu pakai. Kalimat-kalimat ini dirangkum dari berbagai sumber dan sudah dilengkapi dengan artinya. Kamu bisa pilih yang paling pas atau bahkan gabungkan beberapa poin dari kalimat-kalimat ini.

25 Contoh Kalimat Sungkeman dalam Bahasa Jawa Beserta Artinya

Berikut adalah beberapa contoh kalimat sungkeman dalam Bahasa Jawa yang umum digunakan saat Lebaran, lengkap dengan terjemahannya ke Bahasa Indonesia:

  1. Ngaturaken sugeng riyadi, Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqobbal Ya Karim, Kullu Amin Wa Antum Bikhoir. Mugi gusti Allah tansah paring hidayah, maghfiroh soho barokah dumateng kito sedoyo.

    • (Mengucapkan Selamat Hari Raya. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqobbal Ya Karim, Kullu Amin Wa Antum Bikhoir. Semoga Allah selalu memberikan hidayah, ampunan, dan berkah kepada kita semua.)
    • Kalimat ini cukup lengkap, menggabungkan ucapan selamat Lebaran, doa dalam Bahasa Arab, dan harapan kebaikan dari Allah dalam Bahasa Jawa. Cocok buat mengawali sungkeman.
  2. Sugeng riyadi, sedoyo kalepatan dumateng panjenengan, ingkang sengojo lan mboten disengojo, kula nyuwun agenging samudro pangaksami.

    • (Selamat Hari Raya, atas segala kesalahan kepada Bapak/Ibu/Anda sekalian, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra.)
    • Ungkapan “agenging samudro pangaksami” ini menunjukkan permintaan maaf yang sangat luas dan dalam, seperti samudra. Kuat banget maknanya.
  3. Ngaturaken sugeng riyadi, Pak/Bu. Sepinten kalepatan kula ingkang mboten angsal idining sarak, dalem nyuwun pangapunten. Mugi ing dinten riyaya punika gusti Allah SWT kersa maringi pangapunten dumateng kelepatan kito sedoyo.

    • (Mengucapkan Selamat Hari Raya, Bapak/Ibu. Sekecil apapun kesalahan saya yang mungkin tidak sesuai dengan ajaran agama (sarak), saya mohon maaf. Semoga di hari raya ini Allah SWT berkenan memberikan ampunan atas kesalahan kita semua.)
    • Kalimat ini spesifik menyebut “idining sarak”, artinya mungkin ada kesalahan yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran, dan memohon ampunan Allah untuk semua.
  4. Kulo ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangapunten dhumateng sedoyo kelepatanipun lan klenta klentinipun kulo.

    • (Saya mengucapkan Selamat Hari Raya dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan saya.)
    • Ini versi yang lebih singkat dan langsung ke poin, tapi tetap sopan menggunakan “kulo” dan “panjenengan” (tersirat).
  5. Ngaturaken sembah pangabekti kawula. Bilih wonten klenta-klentunipun atur kulo saklimah, tuwin lampah kulo satindak ingkah kulo jarang lan mboten ndadosaken sarjuning panggalih, kulo nyuwun agenging samudro pangaksami.

    • (Menyampaikan bakti dan penghormatan saya. Jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam perkataan saya sedikit saja, serta tingkah laku saya dalam setiap langkah yang mungkin jarang (kurang baik) dan tidak berkenan di hati, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra.)
    • Kalimat ini sangat halus dan merinci, mencakup kesalahan lisan (“atur kulo saklimah”) dan perbuatan (“lampah kulo satindak”), serta menggunakan ungkapan yang sangat merendah (“jarang” yang bisa diartikan jarang berbuat baik atau kurang).
  6. Bapak/ibu, Kawulo badhe ngaturaken sugeng riyadi ugi nyuwun pangapunten bilih wonten kelepatan. Mugi-mugi gusti Allah ingkang maha agung tansah paring hidayah, maghfiroh lan barokah dumateng kito sadoyo.

    • (Bapak/Ibu, Saya hendak mengucapkan Selamat Hari Raya dan juga mohon maaf jika ada kesalahan. Semoga Tuhan Yang Maha Agung senantiasa memberikan hidayah, ampunan, dan keberkahan kepada kita semua.)
    • Mirip dengan nomor 1, menggabungkan permintaan maaf dengan doa untuk seluruh keluarga.
  7. Sugeng riyadi, sedoyo kalepatan dumateng panjenengan, ingkang sengojo lan mboten disengojo, kula nyuwun agenging samudro pangaksami.

    • (Selamat Hari Raya, atas segala kesalahan kepada Bapak/Ibu/Anda sekalian, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra.)
    • Ini pengulangan dari nomor 2, menunjukkan betapa umum dan kuatnya ungkapan ini.
  8. Kulo ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangapunten dhumateng sedoyo kelepatanipun lan klenta klentinipun kulo.

    • (Saya mengucapkan Selamat Hari Raya dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan saya.)
    • Pengulangan dari nomor 4, menekankan pentingnya mengakui kesalahan secara umum.
  9. Kulo mriki sowan dateng ngarsanipun bapak/ibu/mbah kangge ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangapunten seagengipun samodra pangaksami dhateng sedaya klenta klentunipun lampah kulo tumindak lan anggene kulo matur ingkang kulo jarag nopo dene mboten dipunjareg. Ugi ing dinten riyaya meniko mugi-mugi gusti Allah SWT kersa maringi pangapunten dumateng kelepatan kito sedoyo.

    • (Saya datang menghadap Bapak/Ibu/Eyang untuk mengucapkan Selamat Hari Raya dan memohon maaf seluas samudra atas segala kekeliruan langkah dan tindakan saya serta perkataan saya, baik yang saya sengaja maupun yang tidak. Juga di hari raya ini, semoga Allah SWT berkenan memberikan ampunan atas kesalahan kita semua.)
    • Ini versi yang sangat lengkap dan mendalam, mencakup niat sowan (datang menghadap), permintaan maaf atas laku dan tutur kata, baik yang disengaja maupun tidak, serta doa ampunan dari Allah untuk semua.
  10. Kulo ngaturaken sembah ngabekti dhateng panjenengan, ugi nyuwun pangapunten ing sadeleme manah dumateng sedaya agengipun kelepatanipun tindak tanduk ingkang katingal menapa mboten katingal. Mugi mugi Allah nglebur dosa kulo lan panjenengan ing dinten riyaya meniko.

    • (Saya menyampaikan bakti dan hormat saya kepada Bapak/Ibu/Anda sekalian, juga mohon maaf sedalam-dalamnya dari hati yang paling dalam atas semua kesalahan tindakan yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Semoga Allah menghapuskan dosa saya dan Bapak/Ibu/Anda sekalian di hari raya ini.)
    • Kalimat ini fokus pada “sadeleme manah” (sedalam-dalamnya hati), menunjukkan ketulusan permintaan maaf, mencakup kesalahan yang kasat mata maupun yang tersembunyi, dan diakhiri dengan doa bersama untuk penghapusan dosa.
  11. Kulo sowan wonten ing ngarsanipun Bapak/Ibu kangge nyaos sembah pangabekti. Mbok bilih wonten klenta-klentunipun atur kulo saklimah, tuwin lampah kulo satindak ingkah kulo jarang lan mboten ndadosaken sarjuning panggalih. Mugi Bapak/Ibu kerso maringi agunging samudro pangaksami. Kulo suwun kaleburna ing dinten riyadi puniko lan ingkang putra nyuwun berkah soho pangestu.

    • (Saya datang menghadap Bapak/Ibu untuk menyampaikan bakti dan penghormatan. Sekiranya ada kesalahan dan kekeliruan dalam perkataan saya sedikit saja, serta tingkah laku saya dalam setiap langkah yang mungkin jarang (kurang baik) dan tidak berkenan di hati. Semoga Bapak/Ibu berkenan memberikan maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra. Saya mohon dimaafkan di hari raya ini dan anakmu ini memohon berkah serta restu.)
    • Ini salah satu kalimat sungkeman yang paling sering dipakai karena sangat lengkap. Dimulai dengan penghormatan, merinci kesalahan lisan dan laku, memohon maaf seluas samudra, dan ditutup dengan permintaan restu. Bagian “ingkang putra” (anakmu ini) menambah kesan kerendahan hati sebagai seorang anak.
  12. Bapak/Ibu/Eyang, ing dinten riyoyo puniko kula ngaturaken sugeng riyadi. Ugi dumateng sedaya kalepatan ingkang kula sengaja lan ingkang mboten sengaja, kula nyuwun agenging samudro pangaksami.

    • (Bapak/Ibu/Eyang, di hari raya ini saya mengucapkan Selamat Hari Raya. Juga atas segala kesalahan yang saya sengaja maupun tidak sengaja, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra.)
    • Versi yang lebih ringkas tapi tetap mencakup poin penting: ucapan selamat, pengakuan kesalahan sengaja/tidak sengaja, dan permintaan maaf seluas samudra.
  13. Bapak/Ibu, mbok bilih wonten klenta-klentunipun atur kulo saklimah, tuwin lampah kulo satindak ingkah kulo jarang lan mboten ndadosaken sarjuning panggalih, mugi Bapak/Ibu kerso maringi agunging samudro pangaksami.

    • (Bapak/Ibu, sekiranya ada kesalahan dan kekeliruan dalam perkataan saya sedikit saja, serta tingkah laku saya dalam setiap langkah yang mungkin jarang (kurang baik) dan tidak berkenan di hati, semoga Bapak/Ibu berkenan memberikan maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra.)
    • Inti dari kalimat nomor 5 atau 11, fokus pada permohonan maaf atas laku dan tutur kata yang kurang berkenan.
  14. Bapa/Ibu, ing diten riyaya menika kula badhe nyuwun agenging samudro pangaksami dumateng sedaya kalepatan ingkang kula sengaja lan ingkang mboten sengaja. Ugi kulo nyuwun donga pangestunipun saking Bapak/Ibu.

    • (Bapak/Ibu, di hari raya ini saya hendak memohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra atas segala kesalahan yang saya sengaja maupun tidak sengaja. Juga saya mohon doa restu dari Bapak/Ibu.)
    • Menekankan permintaan maaf yang luas dan diakhiri dengan permohonan doa restu, yang sangat penting bagi seorang anak.
  15. Kulo ngaturaken sembah ngabekti dhateng panjenengan ing dinten riyadi puniko. Mugi Bapak/Ibu kerso maringi agunging samudro pangaksami dumateng sedaya kelepatan kulo.

    • (Saya menyampaikan bakti dan hormat saya kepada Bapak/Ibu/Anda sekalian di hari raya ini. Semoga Bapak/Ibu berkenan memberikan maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra atas segala kesalahan saya.)
    • Singkat, padat, mencakup penghormatan, momen hari raya, dan permintaan maaf seluas samudra.
  16. Ing dinten riyadi puniko lan ingkang putra nyuwun berkah soho pangestu lan nyuwun agenging samudro pangaksami dumateng sedaya kalepatan. Mugi-mugi gusti Allah SWT kersa maringi pangapunten dumateng sedaya kelepatan kito sedoyo.

    • (Di hari raya ini, anakmu ini memohon berkah serta restu dan memohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra atas segala kesalahan. Semoga Allah SWT berkenan memberikan ampunan atas segala kesalahan kita semua.)
    • Dimulai dengan konteks hari raya, menyebut diri “ingkang putra” (anakmu ini), memohon berkah, restu, dan maaf, serta ditutup dengan doa ampunan universal.
  17. Kulo ngaturaken sembah pangabekti kawula. Sepinten kalepatan kula ingkang mboten angsal idining sarak, dalem nyuwun pangapunten. Mugi lineburo ing dinten riyaya punika.

    • (Saya menyampaikan bakti dan penghormatan saya. Sekecil apapun kesalahan saya yang mungkin tidak sesuai dengan ajaran agama (sarak), saya mohon maaf. Semoga dihapuskan/dileburkan di hari raya ini.)
    • Fokus pada penghormatan, pengakuan kesalahan (terutama yang terkait norma agama), dan harapan agar dosa dihapuskan di hari yang suci.
  18. Kepareng matur dumateng Bapak/Ibu, kulo ngaturaken sedoyo kalepatan kulo ingkang disejo dan mboten disejo, kulo nyuwun agunge pangapunten saking Bapa/Ibu lan kulo nyuwun donga pangestunipun saking Bapak/Ibu.

    • (Izinkan saya berkata kepada Bapak/Ibu, saya menyampaikan semua kesalahan saya yang disengaja dan tidak disengaja, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dari Bapak/Ibu dan saya mohon doa restu dari Bapak/Ibu.)
    • Menggunakan awalan “Kepareng matur” (izinkan saya berkata) yang sangat sopan, diikuti pengakuan kesalahan (sengaja/tidak sengaja), permintaan maaf besar, dan permohonan doa restu.
  19. Bapak/Ibu/Eyang, ingkang sepindah kula ngaturaken sugeng riyadi. Kaping kalihipun, kula nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan ingkang kula sengaja lan ingkang mboten ngaja.

    • (Bapak/Ibu/Eyang, yang pertama saya mengucapkan Selamat Hari Raya. Yang kedua, saya mohon maaf atas segala kesalahan yang saya sengaja maupun yang tidak.)
    • Struktur kalimat yang jelas: poin pertama ucapan selamat, poin kedua permintaan maaf atas kesalahan sengaja dan tidak sengaja. Simpel dan lugas tapi tetap sopan.
  20. Kulo ngaturaken sembah ngabekti dhateng panjenengan ing dinten riyadi puniko. Mugi Bapak/Ibu kerso maringi agunging samudro pangaksami dumateng sedaya kelepatan kulo.

    • (Saya menyampaikan bakti dan hormat saya kepada Bapak/Ibu/Anda sekalian di hari raya ini. Semoga Bapak/Ibu berkenan memberikan maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra atas segala kesalahan saya.)
    • Pengulangan dari nomor 15, kalimat yang efektif untuk menyampaikan penghormatan dan permohonan maaf di hari Lebaran.
  21. Dinten menika dinten bakdo riyadi, kula menawi gadah kalepatan ingkang disejo lan mboten disejo dhumateng Ibu lan Bapak, kula nyuwun agunging samudri pangaksami.

    • (Hari ini adalah hari setelah hari raya, jika saya punya kesalahan yang disengaja dan tidak disengaja kepada Ibu dan Bapak, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bagaikan samudra.)
    • Menyebut konteks hari setelah raya (bakdo riyadi), pengakuan kesalahan (sengaja/tidak sengaja) kepada Ibu dan Bapak secara spesifik, dan diakhiri dengan permintaan maaf seluas samudra.
  22. Kulo ngaturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangapunten dumatheng sedoyo kelepatanipun lan klenta klentunipun kulo

    • (Saya mengucapkan Selamat Hari Raya dan mohon maaf atas segala kekeliruan dan kesalahan saya.)
    • Pengulangan dari nomor 4 dan 8, kalimat dasar yang bisa jadi pilihan aman.
  23. Kepareng matur dumateng Bapak/ Ibu, kulo ngaturaken sedoyo kalepatan kulo ingkang disejo dan mboten disejo, kulo nyuwun agunge pangapunten saking Bapak/Ibu lan kulo nyuwun donga pangestunipun saking Bapak/Ibu.

    • (Izinkan saya berkata kepada Bapak/Ibu, saya menyampaikan semua kesalahan yang saya perbuat dan tidak saya perbuat, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dari Bapak/Ibu dan saya mohon doa restu dari Bapak/Ibu.)
    • Pengulangan dari nomor 18. Penting untuk diingat, kata “perbuat” di sini mungkin terjemahan yang kurang pas, lebih tepat “lakukan”.
  24. Bapak/ ibu/ eyang, ingkang sepindah kula ngaturaken sugeng riyadi. Kaping kalihipun, kula nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan ingkang kula sengaja lan ingkang mboten ngaja.

    • (Ayah/ibu/nenek, yang pertama saya ucapkan selamat Hari Raya. Kedua, saya mohon maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan dengan sengaja maupun yang tidak.)
    • Pengulangan dari nomor 19. Struktur yang mudah diingat dan disampaikan.
  25. Sedaya lepat kula nyuwun pangapunten

    • (Atas semua kesalahan saya, saya mohon maaf.)
    • Ini adalah kalimat yang paling singkat dan padat. Cocok kalau kamu mau sesuatu yang super simpel, tapi tetap menyentuh. Walaupun singkat, maknanya tetap dalam.

Makna Sungkeman Lebih Dalam

Melakukan sungkeman bukan cuma soal menghafal kalimat-kalimat di atas lho. Yang paling penting adalah ketulusan hati saat menyampaikannya. Saat bersimpuh di depan orang tua atau eyang, rasakan power dari tradisi ini. Ini momen langka di mana kita bisa benar-benar merendahkan diri, mengakui bahwa sebagai manusia, kita pasti punya salah, dan memohon ampunan dari mereka yang paling berjasa dalam hidup kita.

Reaksi dari orang tua atau eyang saat sungkeman juga biasanya nggak kalah mengharukan. Mereka biasanya akan membalas dengan pelukan hangat, usapan di kepala, dan kalimat balasan yang penuh kasih sayang. Isinya kurang lebih menerima permintaan maaf, mendoakan kebaikan, dan memberikan restu agar kita selalu dilindungi dan dimudahkan jalannya oleh Allah. Momen ini benar-benar menguatkan ikatan batin antara anak dan orang tua.

Baca Juga: loading

Di tengah kesibukan sehari-hari, kadang kita lupa atau khilaf, mungkin pernah berkata kasar, bersikap kurang ajar, atau bahkan menyakiti hati orang tua tanpa sadar. Hari raya Lebaran dan tradisi sungkeman ini jadi pengingat sekaligus jembatan untuk memperbaiki hubungan yang mungkin sedikit renggang karena berbagai hal. Ini kesempatan emas untuk kembali zero.

Sungkeman juga mengajarkan kita tentang pentingnya rendah hati (tawadhu’) dan rasa syukur. Rendah hati karena mengakui kekurangan dan kesalahan diri, serta bersyukur karena masih punya orang tua atau yang lebih tua yang bisa dimintai restu dan maaf.

Selain itu, sungkeman juga punya peran penting dalam melestarikan budaya. Di era modern seperti sekarang, tradisi-tradisi seperti ini penting banget buat dijaga biar generasi muda nggak lupa sama akar budayanya. Ini cara simpel tapi efektif buat mengenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya kita.

Jadi, pas Lebaran nanti, jangan lewatkan momen sungkeman ya. Siapkan diri, siapkan hati, dan kalau mau pakai Bahasa Jawa, kamu bisa pilih atau modifikasi kalimat-kalimat di atas. Yang penting, sampaikan dengan tulus dari hati terdalam.

Semoga Lebaranmu tahun ini makin bermakna dan penuh berkah!

Gimana, udah siap sungkeman pakai Bahasa Jawa? Atau ada kalimat lain yang biasa kamu pakai di rumah? Yuk, share pengalaman atau kalimat andalanmu di kolom komentar! Siapa tahu bisa jadi inspirasi buat yang lain!

Posting Komentar