Kashmir: Kenapa Rebutan India-Pakistan Nggak Ada Abisnya?
Baru-baru ini, wilayah Kashmir diguncang serangan sadis yang menewaskan banyak turis. Kejadian pada Selasa (22/4) lalu ini bikin geger, soalnya dampaknya paling parah buat warga sipil di daerah yang dikelola India ini dalam beberapa tahun terakhir. Serangan mematikan ini langsung bikin suasana tegang lagi di lembah yang indah tapi penuh luka.
Pemerintah India memang belum nunjuk hidung siapa yang paling bertanggung jawab secara resmi atas insiden brutal ini, meskipun mereka nyebut ini sebagai serangan teroris. Tapi ya gitu, aksi balasan India ke negara tetangganya, Pakistan, langsung berasa banget. India langsung ambil langkah keras, mulai dari nunda-nunda perjanjian penting soal air yang ngatur sumber daya vital, nutup perbatasan darat utama kedua negara, sampe ngusir pejabat diplomatik Pakistan yang ada di India. Suasana langsung memanas lagi, nunjukkin betapa rapuhnya perdamaian di wilayah ini.
Ada Apa Sih dengan Kashmir?¶
Nah, buat yang belum tahu, Kashmir itu sebenernya nama sebuah wilayah lembah yang letaknya cantik banget di pegunungan Himalaya. Tapi di balik keindahan alamnya, wilayah ini udah puluhan tahun dilanda kekerasan dan perselisihan yang kayaknya nggak ada habisnya. Masalahnya berakar jauh ke belakang, tepatnya pas Inggris, yang dulu ngejajah India, mutusin buat ngebagi bekas koloninya jadi dua negara di tahun 1947.
Pembagian itu melahirkan Pakistan, negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dan India, yang tetep pake nama yang sama dan mayoritas warganya beragama Hindu. Nah, pas pembagian ini, nasib Kashmir itu masih abu-abu. Penguasa lokal Kashmir waktu itu, yang gelarnya Maharaja dan agamanya Hindu, awalnya nggak mau gabung sama India maupun Pakistan. Dia pengen Kashmir berdiri sendiri aja.
Tapi keinginan Maharaja ini nggak mulus, soalnya baik India maupun Pakistan sama-sama ngebet pengen nguasain Kashmir. Kenapa? Soalnya mayoritas penduduk Kashmir itu Muslim, jadi Pakistan ngerasa punya hak atas wilayah itu. Di sisi lain, India juga pengen nguasain Kashmir karena alasan sejarah, strategis, dan ngejaga stabilitas daerah perbatasan utara mereka. Ibaratnya, Kashmir ini jadi rebutan panas antara dua negara baru yang baru lahir.
Ditengah kebingungannya, si Maharaja makin pusing. Soalnya, penduduk Kashmir yang mayoritas Muslim malah ngadain pemberontakan dan nunjukkin keinginan kuat buat gabung sama Pakistan. Situasi ini makin nggak terkendali dan bikin Maharaja khawatir banget bakal pecah perang suku di wilayahnya. Akhirnya, karena takut dan ngerasa terdesak, Maharaja ambil keputusan drastis: dia mutusin buat nyerahin Kashmir dan menggabungkannya ke India.
Keputusan ini tentu aja bikin Pakistan meradang. Pakistan ngerasa dikhianati dan nggak terima sama penggabungan Kashmir ke India. Mereka ngotot pertahanin klaimnya atas wilayah Kashmir. Akhirnya, kayak yang udah bisa ditebak, ketegangan ini langsung pecah jadi konflik bersenjata. Baik India maupun Pakistan sama-sama ngirim pasukan militernya ke Kashmir, dan perang pun nggak terhindarkan. Perang ini berhenti dengan kondisi Kashmir terbagi dua, sekitar sepertiga wilayahnya diduduki Pakistan, sementara dua pertiga sisanya dikuasai oleh India. Dan pembagian inilah yang jadi awal mula sengketa panjang sampe sekarang.
Drama Perang India vs Pakistan¶
Sejak pembagian paksa Kashmir di tahun 1947, hubungan antara India dan Pakistan nggak pernah akur soal wilayah ini. Sengketa ini bahkan udah nyulut perang besar sebanyak tiga kali. Perang pertama pecah nggak lama setelah pembagian, yaitu di tahun 1947-1948. Perang ini terjadi setelah Maharaja Kashmir milih gabung ke India, yang bikin Pakistan ngamuk dan ngirim pasukan buat ngerebut wilayah itu. Hasilnya ya itu tadi, Kashmir terbagi jadi dua bagian yang dikontrol India dan Pakistan, dengan garis demarkasi yang kemudian dikenal sebagai Line of Control (LoC).
Setelah perang pertama, ketegangan tetep tinggi di sepanjang LoC. Perang kedua kemudian pecah di tahun 1965. Kali ini, Pakistan yang duluan ngambil inisiatif. Mereka ngeluncurin operasi rahasia yang dinamain Operasi Gibraltar. Tujuannya adalah buat nyusupin pasukan dan militan ke wilayah Kashmir yang dikuasai India, dengan harapan bisa nyulut pemberontakan besar-besaran dari masyarakat Kashmir buat gabung sama Pakistan. Tapi rencana ini nggak berhasil mulus, India ngebalas dengan serangan besar, dan perang meluas ke perbatasan internasional lainnya, bukan cuma di Kashmir aja.
Perang ketiga yang paling diingat publik mungkin adalah Perang Kargil di tahun 1999. Perang ini lumayan mengejutkan karena terjadi di tengah upaya perbaikan hubungan antara kedua negara. Pasukan Pakistan dan militan yang didukungnya nyusup ke wilayah Kargil di Kashmir yang dikuasai India selama musim dingin, ngambil posisi strategis di pegunungan tinggi. India baru sadar pas salju mencair, dan butuh operasi militer besar dan sulit buat ngusir penyusup itu. Perang ini berlangsung beberapa bulan dan nambah panjang daftar konflik berdarah di Kashmir.
Bisa dibilang, sejak Perang Kargil tahun 1999 itu, meskipun nggak ada perang skala besar, Kashmir tetep jadi salah satu wilayah paling tegang di dunia. Konflik bersenjata skala kecil, baku tembak di sepanjang LoC, dan serangan militan sering banget terjadi. Kedua negara nuklir ini beberapa kali udah di ambang perang total, lho. Contoh yang paling baru dan bikin heboh adalah kejadian di tahun 2019. Waktu itu, ada serangan bom bunuh diri di wilayah Kashmir yang dikelola India yang menewaskan setidaknya 40 tentara India.
India langsung nuduh kelompok militan yang berbasis di Pakistan sebagai pelaku serangan itu. Ketegangan langsung meroket, India ngelancarin serangan udara balasan ke wilayah Pakistan, dan Pakistan ngebalas dengan nembak jatuh pesawat India dan nangkep pilotnya (yang untungnya dilepas nggak lama kemudian). Kejadian 2019 ini nunjukkin betapa berbahayanya situasi di Kashmir, di mana satu insiden aja bisa nyulut potensi perang yang lebih besar antara dua negara berkekuatan nuklir. India emang berulang kali nuduh Pakistan ngedukung kelompok-kelompok separatis dan militan yang beroperasi di Kashmir buat ngelawan India. Tapi Pakistan selalu ngebantah tuduhan itu. Versi Pakistan, perselisihan soal Kashmir ini harusnya diselesaiin lewat referendum, di mana masyarakat Kashmir sendiri yang mutusin mau gabung India, Pakistan, atau merdeka. Tapi usulan referendum ini nggak pernah terwujud sampe sekarang.
Perubahan Status Kashmir Tahun 2019¶
Selain insiden Pulwama yang bikin tegang, tahun 2019 juga jadi momen penting dan kontroversial banget buat Kashmir. Soalnya, di tahun itu, pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi, ngambil keputusan yang bikin banyak pihak kaget dan marah. Mereka mencabut sebagian pasal di konstitusi India, tepatnya Pasal 370, yang selama ini ngasih status otonomi khusus buat negara bagian Jammu dan Kashmir.
Status otonomi khusus ini sebenernya udah berlaku sejak Kashmir gabung ke India tahun 1947. Pasal 370 ngasih hak buat Jammu dan Kashmir punya konstitusi sendiri, bendera sendiri, dan punya otonomi yang cukup luas dalam ngurusin urusan internal mereka, kecuali urusan pertahanan, luar negeri, dan komunikasi. Dengan dicabutnya Pasal 370, status khusus itu langsung hilang. Jammu dan Kashmir nggak lagi jadi negara bagian dengan otonomi luas, tapi dipecah jadi dua wilayah persatuan (union territory) yang langsung dikelola dan diperintah oleh pemerintah pusat di New Delhi.
Langkah ini tentu aja bikin ketegangan makin parah, nggak cuma di Kashmir tapi juga antara India dan Pakistan. Pakistan ngutuk keras tindakan India ini, nyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan resolusi PBB yang ngomongin soal Kashmir. India, di sisi lain, bilang kalo pencabutan status otonomi ini adalah urusan internal mereka dan tujuannya buat ngeintegrasiin Kashmir sepenuhnya sama negara bagian India lainnya, ningkatin pembangunan, dan ngelawan terorisme yang dituduh mereka dateng dari seberang perbatasan.
Setelah keputusan kontroversial itu, India langsung ngerahin pasukan keamanan besar-besaran ke Kashmir. Tujuannya buat mencegah protes atau kerusuhan yang diperkirakan bakal muncul. Mereka juga langsung mutus semua jalur komunikasi, mulai dari internet, telepon seluler, sampe telepon rumah, buat ngisolasi wilayah itu dari dunia luar. Ribuan orang, termasuk politisi lokal, aktivis, dan warga sipil, ditahan buat sementara waktu. Suasana di Kashmir waktu itu bener-bener kayak kota mati, penuh tentara dan mencekam.
Gimana reaksi di sisi lain Kashmir? Nah, nggak lama setelah India nyabut otonomi, kerusuhan dan kekerasan juga sempet terjadi di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan (sering disebut Azad Kashmir atau Kashmir Merdeka oleh Pakistan). Protes-protes itu sebenernya nunjukkin kalo masyarakat di sana juga nggak sepenuhnya puas sama pemerintahan Pakistan. Mungkin mereka ngerasa nggak diperhatiin atau ngerasa masa depan mereka juga nggak pasti di tengah konflik yang nggak kelar-kelar ini.
Tapi, ironisnya, setelah dikelola langsung oleh New Delhi dan dijaga ketat sama militer India, wilayah Kashmir yang dikuasai India malah kelihatan lebih tenang dibanding sebelumnya. Kekerasan yang dilakuin kelompok militan emang mereda banget. Bahkan, pemungutan suara buat pemilihan lokal sempet bisa terlaksana beberapa waktu lalu, sesuatu yang jarang terjadi di tengah ketegangan. Ini dianggap pemerintah India sebagai bukti bahwa langkah mereka berhasil bawa stabilitas. Namun, di balik ketenangan itu, banyak warga Kashmir yang dikuasai India tetep ngerasa nggak puas sama pemerintahan Modi. Mereka ngerasa kebebasan mereka dibatasi banget, hidup mereka diawasi ketat, dan identitas unik mereka sebagai warga Kashmir terancam oleh upaya integrasi penuh ke India. Jadi, meskipun kekerasan mereda, masalah mendasar soal keinginan rakyat Kashmir sendiri sebenernya belum terselesaikan.
Kenapa Konflik Ini Susah Banget Selesainya?¶
Ada banyak alasan kenapa sengketa Kashmir ini jadi salah satu konflik yang paling bandel dan susah dicari solusinya di dunia. Pertama, lokasi Kashmir itu strategis banget, nempel sama tiga negara nuklir: India, Pakistan, dan juga China (China juga nguasain sebagian kecil wilayah Kashmir, Aksai Chin, hasil perang singkat dengan India di tahun 1962). Punya kontrol atas Kashmir berarti punya keuntungan geografis dan militer.
Selain itu, Kashmir juga kaya sumber daya alam, terutama air. Beberapa sungai penting di wilayah ini ngalir ke wilayah India dan Pakistan, nyediain air buat pertanian dan kebutuhan sehari-hari jutaan orang. Menguasai hulu sungai-sungai ini jelas jadi keuntungan besar, dan ini jadi salah satu faktor kenapa kedua negara ngebet banget ngontrol Kashmir. Konflik ini bukan cuma soal tanah, tapi juga soal sumber daya vital.
Nggak kalah pentingnya, ada dimensi emosional dan ideologis yang kuat di kedua belah pihak. Buat Pakistan, Kashmir itu “urat nadi”, wilayah mayoritas Muslim yang harusnya jadi bagian dari Pakistan berdasarkan teori dua negara yang melandasi pemecahan India. Buat India, Kashmir adalah bukti dari sekularisme mereka, di mana negara bagian mayoritas Muslim bisa jadi bagian integral dari negara yang mayoritas Hindu. Kehilangan Kashmir akan jadi pukulan telak buat narasi nasional kedua negara ini.
Ada juga peran kelompok-kelompok militan yang beroperasi di wilayah ini. Beberapa kelompok ini punya tujuan buat ngebebasin Kashmir dari kekuasaan India, entah buat gabung sama Pakistan atau berdiri sendiri. Aksi-aksi kekerasan yang mereka lakuin seringkali bikin situasi makin panas dan mempersulit upaya dialog damai. Isu HAM juga sering disorot oleh berbagai organisasi internasional. Kehidupan masyarakat Kashmir sering terdampak parah akibat konflik, mulai dari pembatasan pergerakan, isu kekerasan militer, sampe hilangnya nyawa.
Terus, keberadaan senjata nuklir di kedua negara bikin konflik ini makin berbahaya. Setiap kali ketegangan meninggi, dunia selalu khawatir bakal terjadi eskalasi yang nggak terkendali yang bisa berujung ke perang nuklir. Ini bikin negara-negara lain jadi hati-hati banget buat ikut campur secara langsung, meskipun PBB udah ngeluarin resolusi yang nyaranin referendum di Kashmir (resolusi yang sampe sekarang nggak pernah bisa dijalanin).
Garis kendali atau Line of Control (LoC) yang misahin Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan itu jadi garis depan yang paling berbahaya di dunia. Baku tembak dan insiden-insiden kecil sering banget terjadi di sana, nunjukkin betapa rapuhnya gencatan senjata yang ada. Buat masyarakat Kashmir sendiri, hidup mereka bener-bener kayak kejepit di tengah-tengah. Mereka seringkali ngerasa kayak pion dalam permainan catur antara dua negara besar, impian mereka buat hidup damai atau nentuin nasib sendiri kayaknya makin jauh dari kenyataan. Ada yang pengen gabung Pakistan, ada yang pengen merdeka, ada juga yang mungkin udah pasrah aja di bawah pemerintahan India, yang penting bisa hidup tenang.
Dengan segala kerumitan ini, ditambah kurangnya dialog yang konstruktif antara India dan Pakistan, dan kerasnya posisi masing-masing negara, nyari solusi damai buat sengketa Kashmir itu kayaknya masih jadi pekerjaan rumah yang super berat. Impian masyarakat Kashmir buat hidup normal, jauh dari suara tembakan dan ketegangan, kayaknya masih butuh perjuangan panjang.
Konflik Kashmir ini bener-bener contoh kompleksitas sejarah, politik, agama, dan geografi yang campur aduk jadi satu. Semoga aja ada jalan keluar yang damai buat masalah ini di masa depan.
Gimana nih menurut kalian? Ada yang pernah denger atau baca lebih dalam soal konflik Kashmir ini? Share dong pendapat atau informasi lain yang kalian tahu di kolom komentar!
Posting Komentar