Lolos UTBK SNBT 2025: 10 Soal PPU + Trik Jitu, Auto Masuk PTN!
Salah satu komponen penting dalam Tes Potensi Skolastik (TPS) di UTBK SNBT adalah Pengetahuan dan Pemahaman Umum (PPU). Buat kamu yang lagi siap-siap tempur di SNBT 2025, bagian PPU ini wajib banget kamu kuasai. Sekilas memang mirip sama tes Bahasa Indonesia biasa, tapi ternyata ada bedanya lho.
PPU ini dirancang buat menguji seberapa luas pengetahuan dan pemahaman kamu terhadap hal-hal yang umum dan penting di lingkungan budaya Indonesia. Jadi, bukan cuma soal tata bahasa atau makna kata murni, tapi juga konteks dan pemahaman wacana yang lebih luas. Totalnya ada sekitar 9 cakupan materi yang bakal muncul di komponen PPU ini.
Materi-materi itu meliputi ide pokok dan makna, bentuk dan bentukan kata, kesesuaian isi wacana dengan judul atau pertanyaan, hubungan antarkalimat, hubungan antarparagraf, pemahaman perumpamaan, frasa, sinonim, sampai ke penggunaan kalimat efektif. Lumayan banyak ya? Tapi tenang, nggak sesulit kelihatannya kok kalau kamu tahu triknya.
Gimana sih trik jitu buat menaklukkan soal-soal PPU ini? Ada dua cara ampuh yang bisa banget kamu terapkan mulai dari sekarang. Pertama, banyak membaca. Yup, semakin banyak kamu membaca berbagai jenis teks (berita, artikel ilmiah populer, bahkan fiksi), semakin luas pengetahuanmu tentang kosa kata, struktur kalimat, dan cara penyampaian gagasan. Ini modal dasar yang kuat banget.
Trik kedua adalah sering mengerjakan soal latihan. Teori tanpa praktik itu kurang nendang. Dengan mencoba berbagai jenis soal PPU, kamu akan terbiasa mengenali pola soal, memahami instruksinya, dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah kamu dapat dari membaca. Latihan soal juga bantu kamu mengatur waktu biar nggak panik pas UTBK nanti.
Nah, pas banget nih! Kita bakal bedah bareng 10 contoh soal UTBK SNBT 2025 komponen PPU. Soal-soal ini diambil dari sumber terpercaya biar latihannya makin efektif. Siap? Yuk, langsung kita mulai bedah soalnya satu per satu biar makin auto masuk PTN impian!
Latihan Soal PPU UTBK SNBT 2025¶
Yuk, kita mulai latihan dari teks pertama. Perhatikan baik-baik teksnya sebelum menjawab pertanyaan ya!
Teks untuk Soal Nomor 1-4¶
(1) Literasi media bertujuan agar generasi muda dapat melek teknologi. (2) Dengan literasi media, diharapkan generasi muda dapat memahami bagaimana pemanfaatan media digital. (3) Literasi media membantu generasi muda mengembangkan pemahaman yang lebih baik. (4) Literasi media juga membantu generasi muda untuk dapat mengendalikan pengaruh media dalam kehidupan sehari-hari. (5) Adanya internet untuk media sosial menyebabkan penyebaran hoax sangat mudah. (6) Inilah yang membuat pentingnya literasi media bagi generasi muda yang sedang berkembang dan mencari segala hal yang ingin diketahui. (7) Media digunakan oleh anak-anak harus ada pengawasan dari orang tua. (8) Edukasi (....) orang tua dan guru sangat penting (.....) generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan. (9) Untuk itu, tugas orang tua, guru, dan orang-orang di sekitarnya adalah memantau penggunaan media sosial anak.
1. Kata “diharapkan” dalam kalimat (2) seharusnya ......
A. dibiarkan saja (sudah benar)
B. diganti harapnya
C. diganti diharap
D. didahului kata yang
E. dihilangkan karena mubazir
Jawaban: A. dibiarkan saja (sudah benar)
Pembahasan:
Pada soal ini, kita diminta menilai apakah kata “diharapkan” pada kalimat (2) sudah tepat atau perlu diganti. Kalimat (2) berbunyi, “Dengan literasi media, diharapkan generasi muda dapat memahami bagaimana pemanfaatan media digital.” Kata “diharapkan” di sini berfungsi sebagai predikat pasif dari klausa tak berjelas subjek, yang umum digunakan dalam kalimat dengan pola seperti ini untuk menyatakan harapan atau tujuan.
Kata “diharapkan” ini sudah tepat secara makna dan tata bahasa dalam konteks kalimat tersebut. Penggunaan imbuhan ‘di-’ pada kata ‘harap’ menunjukkan makna pasif, yaitu sesuatu yang menjadi objek dari perbuatan ‘mengharap’. Dalam kalimat ini, yang diharapkan adalah ‘generasi muda dapat memahami pemanfaatan media digital’. Jadi, frasa “diharapkan generasi muda dapat memahami…” sudah membentuk struktur yang gramatikal dan lazim dalam bahasa Indonesia formal maupun informal.
Mengganti dengan ‘harapnya’ (B) akan mengubah struktur kalimat menjadi tidak baku. Mengganti dengan ‘diharap’ (C) juga kurang lazim dan terkesan tidak lengkap dibandingkan ‘diharapkan’. Menambahkan kata ‘yang’ (D) sebelum ‘diharapkan’ akan membuat frasa tersebut menjadi perluasan dari subjek atau objek, padahal “diharapkan…” di sini berfungsi sebagai inti predikat dari klausa. Menghilangkan kata ‘diharapkan’ (E) jelas akan membuat kalimat menjadi tidak lengkap dan kehilangan maknanya. Oleh karena itu, penggunaan kata “diharapkan” dalam kalimat (2) sudah tepat dan tidak perlu diubah.
2. Judul yang paling tepat untuk teks tersebut adalah ......
A. Tujuan Literasi Media
B. Tugas Literasi Media
C. Peranan Literasi Media
D. Pentingnya Literasi Media
E. Dampak Literasi Media
Jawaban: A. Tujuan Literasi Media
Pembahasan:
Judul adalah rangkuman singkat yang mencerminkan isi keseluruhan teks. Untuk menentukan judul yang paling tepat, kita perlu memahami gagasan utama atau topik dominan yang dibahas dalam teks. Mari kita lihat kembali teksnya.
Paragraf pertama banyak menjelaskan apa itu literasi media dan untuk apa literasi media dilakukan. Kalimat (1) menyebutkan “bertujuan agar generasi muda dapat melek teknologi”, kalimat (2) “diharapkan … dapat memahami pemanfaatan media digital”, kalimat (3) “membantu … mengembangkan pemahaman”, kalimat (4) “membantu … mengendalikan pengaruh”. Semua kalimat ini mengarah pada hasil atau tujuan dari adanya literasi media.
Paragraf kedua membahas mengapa literasi media itu penting, terutama di era penyebaran hoax yang mudah (kalimat 5), dan menekankan pentingnya peran orang tua dan guru (kalimat 7, 8, 9) dalam mengawasi dan mendidik. Meskipun membahas pentingnya (D) dan peranan (C) literasi media serta tugas (B) pihak terkait, gagasan utama yang melandasi semua pembahasan tersebut adalah apa yang ingin dicapai melalui literasi media. Teks ini secara eksplisit dimulai dengan “bertujuan agar…” dan “diharapkan…”.
Memang ada unsur ‘pentingnya’ dan ‘peranan’, tapi kata kunci seperti ‘bertujuan’, ‘diharapkan’, dan ‘membantu’ lebih dominan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dengan literasi media. Judul A (“Tujuan Literasi Media”) paling komprehensif mencakup berbagai fungsi dan harapan yang disampaikan dalam teks.
Trik Praktis Mencari Judul:
1. Baca Cepat: Baca seluruh teks dengan cepat untuk menangkap gagasan umumnya.
2. Cari Kata Kunci: Identifikasi kata atau frasa yang paling sering muncul atau paling sentral dalam pembahasan. Di sini, “literasi media” jelas kata kuncinya.
3. Tentukan Gagasan Utama: Pikirkan, teks ini sebenarnya lagi ngomongin apa sih? Tentang apa yang dilakukan literasi media? Kenapa penting? Gimana cara menerapkannya?
4. Evaluasi Pilihan: Cocokkan gagasan utama dengan pilihan judul yang tersedia. Pilih judul yang paling luas cakupannya dan paling sesuai dengan inti pembahasan, terutama kalimat-kalimat awal yang seringkali memuat gagasan utama.
Dalam teks ini, kalimat-kalimat awal sangat menekankan tujuan literasi media, sehingga judul A paling pas.
3. Kalimat manakah yang isinya sama dengan kalimat (7)?
Kalimat (7): Media digunakan oleh anak-anak harus ada pengawasan dari orang tua.
A. Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak harus ada dari orang tua.
B. Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua harus ada.
C. Pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak haru ada.
D. Harus ada pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak.
E. Harus ada pengawasan untuk media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua.
Jawaban: D. Harus ada pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak.
Pembahasan:
Soal ini menguji kemampuan kita dalam memahami makna sebuah kalimat dan mencocokkannya dengan kalimat lain yang memiliki arti serupa, meskipun susunannya berbeda. Kalimat (7) aslinya berbunyi “Media digunakan oleh anak-anak harus ada pengawasan dari orang tua.” Kalimat ini sebenarnya kurang efektif atau kurang baku karena susunannya agak janggal. Subjeknya adalah “Media yang digunakan oleh anak-anak”, predikatnya “harus ada pengawasan”, dan keterangan “dari orang tua”. Struktur yang lebih lazim adalah “Pengawasan … harus ada…” atau “Harus ada pengawasan…”.
Kita perlu mencari pilihan jawaban yang menyampaikan ide yang sama: media yang dipakai anak-anak perlu diawasi, dan yang melakukan pengawasan adalah orang tua.
- A: “Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak harus ada dari orang tua.” Mirip, tapi penempatan “dari orang tua” di akhir setelah “harus ada” terasa kurang pas.
- B: “Pengawasan media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua harus ada.” Penempatan “dari orang tua” di sini juga kurang tepat, seolah pengawasannya itu datang dari orang tua, bukan pengawasan yang dilakukan oleh orang tua.
- C: “Pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak haru ada.” Ada typo di kata “haru”, seharusnya “harus”. Struktur ini sudah lebih baik dengan “Pengawasan dari orang tua…” sebagai subjek.
- D: “Harus ada pengawasan dari orang tua untuk media yang digunakan oleh anak-anak.” Kalimat ini menggunakan pola pasif “Harus ada pengawasan…”, lalu diperjelas “dari orang tua” (siapa yang mengawasi) dan “untuk media yang digunakan oleh anak-anak” (apa yang diawasi). Struktur ini paling umum dan baku untuk menyampaikan ide tersebut.
- E: “Harus ada pengawasan untuk media yang digunakan oleh anak-anak dari orang tua.” Penempatan “dari orang tua” di akhir kalimat ini juga agak janggal, seolah mengawasi media dari orang tua.
Jadi, kalimat D paling tepat merepresentasikan makna kalimat (7) dengan susunan yang lebih baku dan mudah dipahami.
4. Kata yang paling tepat untuk melengkapi kalimat 8 adalah ......
Kalimat (8): Edukasi (....) orang tua dan guru sangat penting (.....) generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan.
A. oleh dan disebabkan
B. oleh dan mengingat
C. oleh dan dikarenakan
D. dari dan mengingat
E. dari dan dikarenakan
Jawaban: D. dari dan mengingat
Pembahasan:
Kita perlu mengisi dua rumpang dalam kalimat (8) agar kalimat tersebut padu dan logis. Kalimat (8) berbunyi “Edukasi (....) orang tua dan guru sangat penting (.....) generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan.”
Rumpang pertama berada setelah kata “Edukasi” dan diikuti oleh “orang tua dan guru”. Kita perlu kata depan yang menunjukkan siapa yang memberikan edukasi. Pilihan A, B, dan C menggunakan kata “oleh”, sedangkan D dan E menggunakan “dari”. Edukasi biasanya diberikan dari atau oleh seseorang atau pihak. Dalam konteks ini, edukasi dari orang tua dan guru atau edukasi oleh orang tua dan guru sama-sama bisa digunakan, meskipun “dari” terasa sedikit lebih pas untuk menunjukkan sumber edukasi dalam frasa yang padat ini (“Edukasi dari orang tua dan guru”). Namun, kita perlu melihat rumpang kedua untuk memastikan pilihan mana yang paling sesuai.
Rumpang kedua menghubungkan klausa “Edukasi dari/oleh orang tua dan guru sangat penting” dengan klausa “generasi muda dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan”. Hubungan antara kedua klausa ini adalah sebab-akibat atau alasan. Edukasi itu penting karena atau mengingat generasi muda punya sifat suka kebebasan, yang mungkin membuat mereka rentan terhadap pengaruh negatif media jika tidak diawasi dan dididik.
Mari kita coba pilihan yang ada:
* A. Edukasi oleh orang tua dan guru sangat penting disebabkan generasi muda… -> “Disebabkan” kurang pas setelah “sangat penting”.
* B. Edukasi oleh orang tua dan guru sangat penting mengingat generasi muda… -> Ini cukup masuk akal. “Mengingat” bisa berfungsi sebagai konjungsi yang menyatakan sebab atau alasan.
* C. Edukasi oleh orang tua dan guru sangat penting dikarenakan generasi muda… -> Sama seperti B, “dikarenakan” juga bisa.
* D. Edukasi dari orang tua dan guru sangat penting mengingat generasi muda… -> Ini juga masuk akal. “Dari” dan “mengingat” sama-sama bisa mengisi rumpang tersebut.
* E. Edukasi dari orang tua dan guru sangat penting dikarenakan generasi muda… -> Sama seperti D, “dari” dan “dikarenakan” juga bisa.
Sekarang kita perlu membedakan antara A/B/C dan D/E, serta antara B/D dan C/E.
Antara “oleh” dan “dari” untuk rumpang pertama, “dari” dalam konteks ini lebih ringkas dan lazim dalam frasa seperti “edukasi dari ahli”, “informasi dari sumber A”. Jadi, “dari” (D, E) terasa lebih alami.
Antara “mengingat” dan “dikarenakan” untuk rumpang kedua, keduanya bisa menyatakan sebab/alasan. Namun, “mengingat” (D) lebih sering digunakan di awal klausa yang menjelaskan alasan, seperti “Sangat penting, mengingat…”, sementara “dikarenakan” (E) lebih sering mengikuti kata benda atau frasa benda (misalnya, “disebabkan oleh faktor ini”). Dalam konteks ini, “mengingat” terasa sedikit lebih luwes.
Oleh karena itu, kombinasi “dari” dan “mengingat” pada pilihan D adalah yang paling tepat dan membuat kalimat (8) menjadi padu dan logis.
Teks untuk Soal Nomor 5 dan 6¶
(1) Kerugian terhadap lingkungan perlu diperhitungkan dengan keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek pembangunan. (2) Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan maka kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. (3) Sedapat mungkin pembangunan tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat sebagai konsumen hasil pembangunan. (4) Beberapa hal yang dapat diperhitungkan antara lain kualitas dan kuantitas sumber kekayaan alam akibat pengambilan sumber kekayaan alam dan cara pengelolaannya. (5) Hal-hal tersebut hanya sebagian dari daftar persoalan proyek pembangunan. (6) Setelah ditemukan jawaban yang pasti, maka pedoman kerja disusun dengan jelas untuk kegiatan pembangunan, baik berupa industri maupun bidang lain yang memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup manusia.
5. Kalimat (6) perlu disempurnakan dengan cara ....
Kalimat (6): Setelah ditemukan jawaban yang pasti, maka pedoman kerja disusun dengan jelas untuk kegiatan pembangunan, baik berupa industri maupun bidang lain yang memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup manusia.
A. mengganti kata ‘setelah’ dengan ‘jika’
B. menghilangkan kata ‘maka’
C. menghilangkan kata ‘baik’
D. menambahkan kata ‘benar’ setelah ‘pasti’
E. mengganti kata ‘ditemukan’ dengan ‘menemukan’
Jawaban: B. menghilangkan kata ‘maka’
Pembahasan:
Soal ini berkaitan dengan konsep kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, logis, dan sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Kalimat (6) diawali dengan frasa “Setelah ditemukan jawaban yang pasti,”. Frasa ini merupakan anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan waktu atau syarat (dalam hal ini, lebih ke syarat atau kondisi terpenuhi). Anak kalimat ini diikuti oleh kata “maka”. Penggunaan kata “maka” setelah anak kalimat yang diawali konjungsi subordinatif seperti “setelah”, “jika”, “ketika”, “karena”, dan sejenisnya seringkali tidak diperlukan dan membuat kalimat menjadi tidak efektif (pleonastis atau mubazir).
Struktur baku kalimat majemuk bertingkat (anak kalimat + induk kalimat) tidak memerlukan kata “maka” di awal induk kalimat jika anak kalimatnya mendahului induk kalimat. Contoh: “Jika hujan datang, maka kami akan berteduh” - kata “maka” bisa dihilangkan. Atau “Setelah makan, maka dia langsung tidur” - kata “maka” bisa dihilangkan. Kalimat akan tetap efektif dan maknanya jelas tanpa kata “maka”.
Dalam kalimat (6), “Setelah ditemukan jawaban yang pasti,” adalah anak kalimat. “Pedoman kerja disusun dengan jelas…” adalah induk kalimat. Karena anak kalimat mendahului induk kalimat, kata “maka” sebelum induk kalimat tersebut menjadi mubazir. Menghilangkannya akan membuat kalimat menjadi lebih ringkas dan efektif.
Mari kita tinjau pilihan lain:
* A. Mengganti ‘setelah’ dengan ‘jika’. Mengganti ‘setelah’ dengan ‘jika’ akan sedikit mengubah makna (dari urutan waktu/kondisi selesai menjadi syarat), tapi masalah ketidakefektifan akibat ‘maka’ tetap ada.
* C. Menghilangkan kata ‘baik’. Menghilangkan kata ‘baik’ dalam frasa “baik berupa industri maupun bidang lain” akan merusak struktur korelatif “baik… maupun…” yang berfungsi memperjelas cakupan “kegiatan pembangunan”.
* D. Menambahkan kata ‘benar’ setelah ‘pasti’. Menambahkan ‘benar’ hanya menegaskan makna ‘pasti’ tapi tidak memperbaiki masalah ketidakefektifan struktur kalimat.
* E. Mengganti kata ‘ditemukan’ dengan ‘menemukan’. Mengganti menjadi ‘menemukan’ akan mengubah subjek kalimat. ‘Ditemukan’ adalah bentuk pasif, subjeknya ‘jawaban yang pasti’ (seolah jawaban itu yang ditemukan). Mengganti ke ‘menemukan’ (aktif) akan membutuhkan subjek yang melakukan tindakan ‘menemukan’, yang tidak ada dalam kalimat ini. ‘Ditemukan’ sudah tepat secara makna di sini.
Jadi, cara terbaik untuk menyempurnakan kalimat (6) adalah dengan menghilangkan kata “maka” agar kalimat menjadi efektif.
Ingat Syarat Kalimat Efektif:
1. Kesatuan Gagasan: Hanya mengandung satu ide pokok.
2. Kepaduan Struktur: Hubungan antar unsur (subjek, predikat, objek, keterangan) jelas dan logis.
3. Kesejajaran (Paralelisme): Jika ada perincian, gunakan bentuk kata atau struktur kalimat yang sama.
4. Kehematan Kata: Tidak menggunakan kata-kata yang mubazir (pleonasme).
5. Kelogisan Makna: Kalimat dapat diterima oleh akal sehat.
6. Kecermatan: Tidak menimbulkan makna ganda atau kerancuan.
Kalimat (6) melanggar prinsip kehematan kata karena adanya “maka” yang mubazir.
6. Kata yang harus dihilangkan pada kalimat (2) adalah .....
Kalimat (2): Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan maka kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan.
A. dalam
B. usaha
C. maka
D. untuk
E. perlu
Jawaban: C. maka
Pembahasan:
Soal ini juga menguji kehematan kata dalam kalimat efektif, mirip dengan soal nomor 5. Mari kita analisis kalimat (2): “Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan maka kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan.”
Kalimat ini dimulai dengan “Itulah sebabnya…”. Frasa ini sudah berfungsi sebagai penjelas alasan atau sebab. Kemudian ada frasa keterangan “dalam setiap usaha pembangunan”. Lalu diikuti kata “maka”. Kata “maka” di sini berfungsi sebagai penanda konsekuensi atau akibat dari “itulah sebabnya”. Namun, penggunaan “maka” setelah frasa penjelas sebab (“Itulah sebabnya…”) seringkali tidak diperlukan dan membuat kalimat menjadi tidak efektif atau berlebihan.
Frasa “Itulah sebabnya” sudah cukup kuat untuk menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat (2) sebagai akibatnya. Anak kalimat “dalam setiap usaha pembangunan” berfungsi sebagai keterangan tempat/lingkup. Inti kalimat setelah itu adalah “kondisi sosial … perlu diperhitungkan”. Menambahkan “maka” di antara keterangan dan inti kalimat ini membuatnya terasa janggal dan mubazir.
Coba hilangkan “maka”: “Itulah sebabnya dalam setiap usaha pembangunan kondisi sosial untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan.” Kalimat ini sudah jelas, padu, dan efektif. Maknanya tetap sama: karena alasan yang disebutkan sebelumnya, dalam setiap pembangunan, kondisi sosial terkait kelestarian lingkungan harus dipertimbangkan.
Mari lihat pilihan lain:
* A. Menghilangkan ‘dalam’: “Itulah sebabnya setiap usaha pembangunan maka kondisi sosial…” Ini mengubah makna frasa keterangan.
* B. Menghilangkan ‘usaha’: “Itulah sebabnya dalam setiap pembangunan maka kondisi sosial…” Ini juga sedikit mengubah makna frasa keterangan dan masalah ‘maka’ tetap ada.
* D. Menghilangkan ‘untuk’: Menghilangkan ‘untuk’ dalam “untuk menjaga kelestarian lingkungan” akan merusak makna frasa tersebut yang menjelaskan tujuan dari ‘kondisi sosial’ yang perlu diperhitungkan.
* E. Menghilangkan ‘perlu’: Menghilangkan ‘perlu’ akan menghilangkan predikat inti kalimat dan mengubah maknanya secara drastis.
Jadi, kata “maka” adalah kata yang mubazir dalam kalimat (2) dan harus dihilangkan agar kalimat menjadi efektif.
Teks untuk Soal Nomor 7 dan 8¶
(1) Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. (2) Dari definisi itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. (3) Namun, tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. (4) Berdasarkan survei yang dilakukan tahun 2016 literasi menempatkan Indonesia berada di posisi ke-61 dari 62 negara. (5) Data ini menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia sangat rendah.
(6) Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang berperan paling penting dalam pengembangan literasi karena keluarga, terutama ibu, adalah sekolah pertama bagi anak dan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak. (7( Keluarga di rumah adalah wadah efektif yang memiliki kualitas waktu lebih banyak dibandingkan Pendidikan formal sehingga diharapkan mampu menjadi penggerak literasi bagi anak. (8) Oleh karena itu, literasi pertama kali harus dimulai dari keluarga sebagai pilar utama penggerak literasi, selanjutnya akan menukar kepada masyarakat, dan berakhir dengan terbentuknya budaya berliterasi tinggi.
7. Dari bacaan di atas, frasa yang berpola sama dengan frasa ‘wawasan budaya’ adalah ....
A. istilah umum
B. perilaku literasi
C. pendidikan formal
D. sekolah pertama
E. wadah efektif
Jawaban: B. perilaku literasi
Pembahasan:
Soal ini meminta kita mencari frasa yang memiliki pola atau struktur yang sama dengan frasa “wawasan budaya”. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan makna dan tidak melewati batas fungsi jabatan dalam kalimat (tidak memiliki subjek dan predikat). Pola frasa biasanya ditentukan oleh jenis kata yang membentuknya dan hubungan antar kata tersebut.
Frasa “wawasan budaya” terdiri dari kata “wawasan” yang merupakan kata benda (nomina) dan “budaya” yang juga merupakan kata benda (nomina). Kata “budaya” di sini berfungsi sebagai penjelas untuk “wawasan”, spesifiknya wawasan tentang budaya. Jadi, pola frasa ini adalah Kata Benda + Kata Benda (KB + KB), di mana kata kedua berfungsi membatasi atau memerinci makna kata pertama.
Sekarang mari kita analisis pola frasa di setiap pilihan jawaban:
* A. istilah umum: “istilah” (KB) + “umum” (Kata Sifat / Adjektiva). Polanya KB + KS.
* B. perilaku literasi: “perilaku” (KB) + “literasi” (KB). Polanya KB + KB. Kata “literasi” menjelaskan jenis perilaku apa.
* C. pendidikan formal: “pendidikan” (KB) + “formal” (KS). Polanya KB + KS.
* D. sekolah pertama: “sekolah” (KB) + “pertama” (Kata Bilangan Tingkat / Numeralia). Polanya KB + Num.
* E. wadah efektif: “wadah” (KB) + “efektif” (KS). Polanya KB + KS.
Dengan membandingkan pola frasa, kita temukan bahwa frasa “perilaku literasi” memiliki pola yang sama dengan “wawasan budaya”, yaitu Kata Benda diikuti oleh Kata Benda (KB + KB) di mana kata kedua bertindak sebagai penjelas atau pembatas makna kata pertama.
Trik Praktis Mencari Frasa Sebentuk:
1. Identifikasi Frasa Target: Pisahkan kata-kata dalam frasa yang diberikan (“wawasan” dan “budaya”).
2. Tentukan Jenis Kata: Tentukan jenis kata dari masing-masing kata dalam frasa target (KB, KS, KK, Num, dll.). “Wawasan” = KB, “budaya” = KB. Pola target: KB + KB.
3. Analisis Pilihan: Lakukan hal yang sama untuk setiap pilihan jawaban.
4. Bandingkan Pola: Cari pilihan yang pola jenis katanya sama persis dengan pola frasa target.
Dalam kasus ini, hanya pilihan B yang berpola KB + KB.
8. Bentuk ke-an pada kata ‘kemampuan’ pada kalimat 2 mempunyai kesamaan makna dengan bentuk ke-an pada kalimat .....
Kalimat (2): Dari definisi itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Kata ‘kemampuan’ terbentuk dari kata dasar ‘mampu’ (kata sifat/kerja bantu) mendapat imbuhan ‘ke-an’. Makna ‘kemampuan’ adalah ‘perihal mampu’, ‘kesanggupan’, atau ‘keadaan mampu’.
Kita perlu mencari kata berimbuhan ‘ke-an’ di pilihan jawaban yang maknanya paling mirip dengan ‘keadaan mampu’ atau ‘kesanggupan’.
Mari kita analisis makna imbuhan ‘ke-an’ pada kata-kata di pilihan jawaban:
* A. Harta benda tidak menjamin ‘kebahagiaan’ hidup. ‘Kebahagiaan’ berasal dari kata dasar ‘bahagia’. Makna ‘kebahagiaan’ adalah keadaan bahagia.
* B. Siswa itu memiliki celana yang ‘kebesaran’. ‘Kebesaran’ berasal dari kata dasar ‘besar’. Makna ‘kebesaran’ adalah terlalu besar (menyatakan kelebihan).
* C. Dengan belajar rajin, kita memperoleh banyak ‘keuntungan’. ‘Keuntungan’ berasal dari kata dasar ‘untung’. Makna ‘keuntungan’ adalah sesuatu (hasil) yang menguntungkan atau perihal untung/mendapat untung.
* D. Banyak warga ‘kedinginan’ di perkampungan kumuh ketika musim hujan. ‘Kedinginan’ berasal dari kata dasar ‘dingin’. Makna ‘kedinginan’ adalah merasakan dingin (menyatakan keadaan atau rasa).
* E. Siswa itu ‘ketiduran’ ketika sedang pelajaran matematika. ‘Ketiduran’ berasal dari kata dasar ‘tidur’. Makna ‘ketiduran’ adalah tidak sengaja tidur (menyatakan tidak sengaja).
Membandingkan makna:
* ‘Kemampuan’ = keadaan mampu/kesanggupan
* ‘Kebahagiaan’ = keadaan bahagia
* ‘Keuntungan’ = perihal untung/mendapat untung
* ‘Kebesaran’ = terlalu besar
* ‘Kedinginan’ = merasakan dingin
* ‘Ketiduran’ = tidak sengaja tidur
Antara ‘keadaan mampu’ dan ‘keadaan bahagia’, keduanya memang menyatakan ‘keadaan’. Namun, makna ‘kemampuan’ lebih spesifik ke ‘kesanggupan’ atau ‘daya untuk melakukan sesuatu’. Sementara ‘keuntungan’ bermakna ‘perihal mendapat untung’ atau ‘hasil yang didapat’. Jika kita artikan ‘kemampuan’ sebagai ‘perihal mampu/sanggup’, maka ‘keuntungan’ sebagai ‘perihal untung’ memiliki struktur makna yang paling dekat.
Kata ‘kemampuan’ lebih merujuk pada potensi atau kondisi untuk melakukan sesuatu. Kata ‘keuntungan’ merujuk pada hasil atau kondisi setelah melakukan sesuatu yang menguntungkan. Dalam konteks ini, ‘perihal’ atau ‘keadaan’ yang menghasilkan sesuatu (“perihal mampu” menghasilkan tindakan/keterampilan, “perihal untung” menghasilkan laba/manfaat) tampaknya merupakan kesamaan makna yang dicari.
Melihat pilihan yang ada, makna ‘perihal untung’ pada ‘keuntungan’ (C) paling mendekati makna ‘perihal mampu’ atau ‘kesanggupan’ pada ‘kemampuan’ jika dibandingkan dengan makna ‘terlalu’ (B), ‘merasakan’ (D), atau ‘tidak sengaja’ (E). Makna ‘keadaan’ (A) juga dekat, tapi ‘keuntungan’ juga bisa diartikan sebagai ‘keadaan untung’.
Jawaban yang paling tepat berdasarkan interpretasi makna ‘ke-an’ yang menyatakan ‘perihal’ atau ‘hasil’ yang didapat adalah C.
Teks untuk Soal Nomor 9 dan 10¶
(1) Minum air putih atau air mineral merupakan hal yang paling penting dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. (2) Dengan minum air putih, tubuh akan terbebas dari segala bentuk toksin yang berbahaya. (3) Air putih juga mampu memberikan nutrisi penting bagi sel-sel tubuh. (4) Dengan demikian, tubuh akan terus terhidrasi dan saluran pencernaan akan terbantu.
(5) Tubuh kita membutuhkan rata-rata delapan gelas air per hari. (6) Tidak hanya membersihkan tubuh dari berbagai unsur pencemar, tetapi air putih juga mampu mengisi daya tubuh tanpa harus menambah kalori. (7) Oleh karena itu, air putih sangat penting bagi tubuh manusia. (8) Menjaga tubuh tetap terhidrasi dan minum air putih dengan delapan gelas per hari secara rutin adalah sebuah keharusan. (9) Dengan demikian, pastikan Anda selalu menyediakan sebotol air minum, baik saat menonton televisi, membaca buku, bermain bersama teman-teman maupun saat berkendara.
9. Ungkapan yang tepat untuk menyimpulkan situasi bacaan tersebut ....
A. air putih sehat
B. air putih segar
C. air putih baik
D. air putih higienis
E. air putih penting
Jawaban: E. air putih penting
Pembahasan:
Soal ini meminta kita untuk menyimpulkan isi keseluruhan teks dengan satu ungkapan yang tepat. Teks ini membahas berbagai manfaat air putih bagi tubuh, seperti menjaga kesehatan, membuang toksin, memberikan nutrisi, menjaga hidrasi, membantu pencernaan, mengisi daya, dan tidak menambah kalori. Semua manfaat ini dijelaskan untuk menunjukkan betapa krusialnya peran air putih bagi tubuh.
Mari kita lihat pilihan yang tersedia:
* A. air putih sehat: Memang benar air putih itu sehat, tapi teks ini tidak hanya bicara ‘sehat’ secara umum, melainkan merinci banyak manfaat spesifik.
* B. air putih segar: Kesegaran air putih adalah salah satu kualitasnya, tapi bukan poin utama yang ditekankan dalam teks. Teks lebih fokus pada fungsi fisiologisnya.
* C. air putih baik: Sama seperti ‘sehat’, ‘baik’ terlalu umum. Teks memberikan detail mengapa air putih itu baik.
* D. air putih higienis: Kebersihan air putih (higienis) memang penting, tapi teks tidak secara spesifik membahas aspek higienisnya, melainkan manfaatnya bagi tubuh setelah diminum.
* E. air putih penting: Kata “penting” (atau sinonimnya, “sangat penting”) muncul di kalimat (1) dan kalimat (7), menandakan ini adalah gagasan sentral. Seluruh penjelasan manfaat yang diberikan dalam teks adalah bukti yang mendukung pernyataan bahwa air putih itu penting.
Oleh karena itu, ungkapan yang paling tepat untuk menyimpulkan seluruh isi bacaan adalah “air putih penting”, karena semua informasi dalam teks mengerucut pada penegasan betapa vitalnya peran air putih bagi tubuh manusia.
10. Kalimat 5 dan 6 dalam bacaan tersebut mengandung hubungan .....
Kalimat (5): Tubuh kita membutuhkan rata-rata delapan gelas air per hari.
Kalimat (6): Tidak hanya membersihkan tubuh dari berbagai unsur pencemar, tetapi air putih juga mampu mengisi daya tubuh tanpa harus menambah kalori.
A. perujukan
B. peluasan
C. pemerian
D. sebab-akibat
E. penguat
Jawaban: E. penguat
Pembahasan:
Kita diminta menganalisis hubungan antara kalimat (5) dan kalimat (6).
Kalimat (5) menyatakan fakta bahwa tubuh membutuhkan sekitar delapan gelas air per hari. Ini adalah semacam pernyataan dasar tentang kebutuhan air.
Kalimat (6) kemudian menjelaskan apa saja yang bisa dilakukan air putih. Kalimat ini menggunakan konjungsi korelatif “Tidak hanya …, tetapi juga …”. Struktur ini digunakan untuk menambahkan informasi, seringkali informasi yang memperkuat atau melengkapi pernyataan sebelumnya.
Dalam konteks ini, kalimat (6) tidak sekadar mengulang atau memerinci kalimat (5). Kalimat (5) bicara kuantitas kebutuhan, sedangkan kalimat (6) bicara manfaat atau fungsi air putih. Namun, kalimat (6) berfungsi untuk memberikan alasan atau pendukung mengapa kebutuhan air putih (yang disebutkan di kalimat 5) itu penting atau mengapa jumlah tersebut dibutuhkan. Manfaat-manfaat yang disebutkan di kalimat (6) berfungsi menguatkan argumen tentang pentingnya air putih yang implisit dalam pernyataan kebutuhan di kalimat (5).
- A. Perujukan: Perujukan biasanya menggunakan kata ganti (ini, itu, dia, mereka) atau frasa yang merujuk kembali pada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya. Tidak ada kata perujukan eksplisit di sini.
- B. Peluasan: Peluasan bisa berarti menambahkan detail, tapi hubungan di sini lebih spesifik daripada sekadar menambahkan informasi acak.
- C. Pemerian: Pemerian adalah menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu secara rinci. Kalimat (6) memang memerikan manfaat air putih, tapi hubungannya dengan kalimat (5) lebih dari sekadar deskripsi terpisah.
- D. Sebab-akibat: Tidak ada hubungan sebab-akibat langsung antara “membutuhkan 8 gelas” dan “air putih membersihkan tubuh”. Kebutuhan itu akibat air putih memiliki fungsi-fungsi tersebut, tapi kalimatnya tidak disusun dalam pola sebab-akibat eksplisit seperti “Karena air putih membersihkan…, maka tubuh butuh 8 gelas.”
- E. Penguat: Kalimat (6) memberikan bukti atau informasi tambahan yang menguatkan gagasan tentang pentingnya air putih yang tersirat pada pernyataan kebutuhan di kalimat (5). Informasi tentang membersihkan tubuh dan mengisi daya tanpa kalori adalah alasan mengapa kebutuhan 8 gelas itu penting dan perlu dipenuhi. Konjungsi “Tidak hanya…, tetapi juga…” seringkali digunakan untuk menambahkan poin-poin yang memperkuat argumen.
Oleh karena itu, hubungan paling tepat antara kalimat (5) dan (6) adalah penguat, di mana kalimat (6) memberikan informasi yang mendukung dan menegaskan pentingnya memenuhi kebutuhan air seperti yang dinyatakan di kalimat (5).
Nah, itu dia 10 contoh soal PPU buat latihan kamu. Gimana, udah mulai tercerahkan kan? Ingat, kunci sukses di PPU itu perpaduan antara banyak baca dan rajin latihan soal. Semakin sering kamu terpapar teks dan mencoba menjawab pertanyaan, semakin tajam kemampuan analisis dan pemahamanmu.
Jangan lupa review lagi materi-materi yang tadi sudah disebut ya, mulai dari ide pokok, frasa, kalimat efektif, sampai makna imbuhan. Setiap soal PPU itu punya trik dan logikanya sendiri yang bisa kamu kuasai lewat kebiasaan berlatih.
Persiapan UTBK SNBT 2025 itu butuh proses yang konsisten. Jangan menyerah kalau ada soal yang terasa sulit. Justru dari kesulitan itulah kamu bisa belajar dan jadi lebih kuat. Terus semangat latihannya ya!
Punya pertanyaan lain atau mau diskusi soal PPU yang bikin kamu bingung? Yuk, tulis di kolom komentar di bawah ya! Kita belajar bareng biar sama-sama lolos PTN impian!
Posting Komentar