Lolos UTBK SNBT 2025: 10 Soal Pengetahuan Umum + Pembahasan Lengkap!
UTBK SNBT 2025 sebentar lagi tiba, nih! Salah satu bagian tes yang penting banget untuk kamu taklukkan adalah subtes Pengetahuan dan Pemahaman Umum (PPU). Di sini, kamu nggak cuma diuji kemampuan membaca biasa, tapi juga seberapa jauh kamu bisa memahami, menganalisis, dan menyimpulkan informasi dari berbagai jenis teks. Mulai dari artikel berita, opini, sampai teks ilmiah, semuanya bisa muncul dan menguji ketajaman berpikirmu.
Subtes PPU ini memang tricky karena pertanyaannya bisa mencakup pemahaman isi teks, analisis struktur kalimat, makna kata atau frasa dalam konteks, kaidah kebahasaan, hingga penalaran logis berdasarkan informasi yang diberikan. Kamu perlu cermat membaca setiap kata dan menghubungkannya dengan keseluruhan isi teks. Jangan sampai ada informasi penting yang terlewat karena fokus pada detail yang kurang relevan.
Untuk membantumu mempersiapkan diri dan supaya nggak kaget nanti, yuk kita bedah bareng beberapa contoh soal PPU yang sering keluar! Latihan soal itu kunci utama buat terbiasa dengan tipe-tipe pertanyaan yang ada dan melatih kecepatan serta ketepatanmu dalam menjawab. Siap?
Yuk, Latihan Soal Pengetahuan dan Pemahaman Umum!¶
Ini dia 10 contoh soal PPU lengkap dengan pembahasannya. Coba jawab dulu sendiri sebelum lihat pembahasannya ya!
Soal 1: Sinonim Kontekstual¶
Rambut adalah mahkota. Ungkapan ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya rambut bagi seseorang. Tak berlebihan jika merawat rambut akhirnya menjadi sangat penting untuk penampilan. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar membuat tempat-tempat cukur rambut atau barbershop tumbuh di berbagai kota.
Kata mahkota pada teks tersebut bersinonim dengan kata…
A. Penting
B. Utama
C. Berharga
D. Terbaik
E. Disukai
Jawaban: C
Pembahasan Soal 1¶
Soal ini menguji kemampuanmu dalam memahami makna kata dalam konteks kalimat. Ungkapan “rambut adalah mahkota” bukanlah makna denotatif (sesungguhnya) dari kata “mahkota”, yang berarti “tiruan topi kebesaran raja atau ratu yang dipakai sebagai tanda kekuasaan dan sebagainya”. Dalam konteks ini, “mahkota” digunakan secara konotatif atau kiasan untuk menggambarkan nilai atau kedudukan rambut bagi seseorang.
Kata mahkota sebagai kiasan di sini menggambarkan sesuatu yang sangat bernilai, dijaga, dan dianggap sebagai simbol keindahan atau kehormatan. Mari kita analisis pilihan jawabannya. Pilihan A, “Penting”, memang benar rambut itu penting, tapi “penting” belum sepenuhnya menangkap makna kiasan “mahkota” yang sarat nilai. Pilihan B, “Utama”, juga belum cukup kuat; rambut mungkin penting, tapi belum tentu menjadi utama dalam segala hal dibandingkan anggota tubuh lain misalnya. Pilihan D, “Terbaik”, ini terlalu mutlak dan subyektif; apa yang terbaik bagi satu orang belum tentu terbaik bagi orang lain, dan makna “mahkota” lebih universal tentang nilai intrinsik. Pilihan E, “Disukai”, ini soal preferensi pribadi dan tidak mencerminkan kedudukan atau nilai suatu objek secara kiasan.
Pilihan C, “Berharga”, paling tepat mewakili makna kiasan dari “mahkota” dalam ungkapan tersebut. Sesuatu yang “berharga” adalah sesuatu yang memiliki nilai tinggi, perlu dijaga, dan memberikan status atau nilai tambah bagi pemiliknya. Sama seperti mahkota bagi raja atau ratu yang melambangkan kekuasaan dan kemuliaan, rambut dalam konteks ini dianggap sebagai sesuatu yang bernilai tinggi dan penting untuk dijaga karena menunjang penampilan dan kepercayaan diri.
Soal 2: Pola Kalimat¶
Generasi yang muda yang lebih mendambakan peri hidup yang lebih bebas dengan tata nilai yang lebih individual serta memiliki persepsi sendiri mengenai hidup ini tidak mau begitu saja menerima segala sesuatu dari generasi sebelumnya.
Kalimat di atas mempunyai pola yang sama dengan pola kalimat…
A. Negara itu kaya dengan barang mineral
B. Adik menjerit dan menangis karena digigit anjing
C. Pimpinan sekolah yang baru amat galak
D. Siswa sekolah kelas tiga suka membaca buku
E. Sekolah kami akan direnovasi bulan depan
Jawaban: D
Pembahasan Soal 2¶
Untuk menjawab soal ini, kita perlu mengidentifikasi pola kalimat dari kalimat utama dan setiap pilihan jawaban. Pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia terdiri dari Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket).
Mari kita bedah kalimat utama: “Generasi yang muda yang lebih mendambakan peri hidup yang lebih bebas dengan tata nilai yang lebih individual serta memiliki persepsi sendiri mengenai hidup ini tidak mau begitu saja menerima segala sesuatu dari generasi sebelumnya.”
* Subjek: “Generasi yang muda yang lebih mendambakan peri hidup yang lebih bebas dengan tata nilai yang lebih individual serta memiliki persepsi sendiri mengenai hidup ini” (frasa nomina yang sangat panjang bertindak sebagai subjek).
* Predikat: “tidak mau begitu saja menerima” (frasa verbal yang menunjukkan tindakan).
* Objek: “segala sesuatu” (frasa nomina yang dikenai tindakan).
* Keterangan: “dari generasi sebelumnya” (frasa preposisional yang menunjukkan asal).
Jadi, pola kalimat utamanya adalah S-P-O-Ket. Namun, seringkali dalam analisis pola dasar, unsur keterangan yang tidak wajib tidak dihitung jika tidak ada dalam pilihan jawaban. Jika dianalisis lebih ringkas, kalimat ini berpola S-P-O.
Sekarang, mari kita analisis pola kalimat pada setiap pilihan:
A. Negara itu | kaya | dengan barang mineral
S | P | Pel
Pola: S-P-Pel. Kata “kaya” di sini adalah adjektiva dan “dengan barang mineral” adalah pelengkap yang menjelaskan “kaya”.
B. Adik | menjerit | dan | menangis | karena digigit anjing
S | P1 | konj | P2 | Ket sebab
Pola: S-P1-konj-P2-Ket. Ini adalah kalimat majemuk setara dengan dua predikat (menjerit dan menangis).
C. Pimpinan sekolah yang baru | amat galak
S | P
Pola: S-P. “Amat galak” adalah frasa adjektiva yang berfungsi sebagai predikat.
D. Siswa sekolah kelas tiga | suka membaca | buku
S | P | O
Pola: S-P-O. “Siswa sekolah kelas tiga” adalah subjek (frasa nomina). “Suka membaca” adalah predikat (frasa verbal). “Buku” adalah objek (nomina). Pola ini sama dengan S-P-O dari kalimat utama jika kita abaikan keterangan.
E. Sekolah kami | akan direnovasi | bulan depan
S | P | Ket waktu
Pola: S-P-Ket. “Akan direnovasi” adalah predikat (frasa verbal pasif). “Bulan depan” adalah keterangan waktu.
Berdasarkan analisis, pola kalimat pada pilihan D, yaitu S-P-O, paling cocok dengan pola ringkas kalimat utama S-P-O.
Soal 3: Substitusi Frasa¶
Pusat perbelanjaan akan diserbu oleh masyarakat di hari-hari menjelang Lebaran. Semua ingin tampil agak menarik dan cantik di hari Lebaran. Mereka rela meluangkan waktu, tenaga, serta uang untuk mendapatkan busana dan perlengkapan lain yang lebih diinginkannya.
Frasa yang tidak tepat untuk mengganti frasa bercetak miring adalah… (Frasa bercetak miring seharusnya agak menarik dan lebih diinginkannya berdasarkan konteks dan penjelasan sumber asli)
A. Supaya menarik, paling diinginkannya
B. Amat menarik, akan diinginkannya
C. Tetap menarik, dinginkan sekali
D. Lebih menarik, sangat diinginkannya
E. Sangat menarik, sudah diinginkannya
Jawaban: D
Pembahasan Soal 3¶
Soal ini meminta kita mencari pasangan frasa pengganti yang tidak tepat untuk frasa “agak menarik” dan “lebih diinginkannya” dalam kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi dalam kalimat dan bersifat non-predikatif (tidak ada hubungan subjek-predikat di dalamnya). Kita perlu melihat makna dan kesesuaian tata bahasa dari setiap opsi pengganti.
Kalimat aslinya adalah: “Mereka rela meluangkan waktu, tenaga, serta uang untuk mendapatkan busana dan perlengkapan lain yang agak menarik dan lebih diinginkannya.”
Ini berarti mereka mencari sesuatu yang cukup menarik dan yang lebih mereka inginkan (dibandingkan yang lain, atau diinginkan dengan tingkat yang lebih tinggi).
Mari kita analisis opsi pengganti:
A. “Supaya menarik” - Mengubah makna dan struktur. “Supaya” menyatakan tujuan, bukan deskripsi. Ini jelas tidak tepat sebagai pengganti “agak menarik”. “paling diinginkannya” - Mengubah tingkat keinginan dari ‘lebih’ menjadi ‘paling’. Perubahan ini bisa dianggap tidak tepat jika konteks aslinya hanya membandingkan dua hal, bukan mencari yang paling diinginkan dari banyak hal.
B. “Amat menarik” - Mengubah tingkat daya tarik dari ‘agak’ menjadi ‘sangat’. Perubahan tingkat ini bisa dianggap tidak tepat tergantung nuansa. “akan diinginkannya” - Mengubah aspek waktu dari ‘sedang/sudah/umum diinginkan (dengan tingkat lebih)’ menjadi ‘akan diinginkan’. Ini juga perubahan yang cukup signifikan.
C. “Tetap menarik” - Mengubah makna dari ‘tingkat menarik tertentu’ menjadi ‘kondisi menarik yang bertahan’. Ini perubahan makna yang jelas tidak tepat. “dinginkan sekali” - Frasa ini secara tata bahasa terasa janggal dalam konteks ini. Bentuk yang lebih umum mungkin “sangat diinginkan” atau “amat diinginkan”. Ketidaktepatan tata bahasa ini membuatnya menjadi pilihan yang tidak tepat.
D. “Lebih menarik” - Mengubah tingkat daya tarik dari ‘agak’ (somewhat) menjadi ‘lebih’ (more). Ini adalah perubahan tingkat yang wajar dan seringkali bisa saling menggantikan tergantung konteks. “sangat diinginkannya” - Mengubah tingkat keinginan dari ‘lebih’ (more) menjadi ‘sangat’ (very). Ini juga perubahan tingkat yang wajar. Jika diinterpretasikan sebagai pengganti yang paling mendekati makna aslinya dalam hal nuansa tingkatan, pasangan ini justru terasa paling pas di antara opsi A, B, C, dan E.
E. “Sangat menarik” - Mengubah tingkat daya tarik dari ‘agak’ menjadi ‘sangat’. “sudah diinginkannya” - Mengubah aspek waktu menjadi ‘sudah diinginkan’. Ini perubahan aspek waktu.
Berdasarkan analisis di atas, beberapa opsi (A, B, C, E) menawarkan pengganti yang cukup jelas tidak tepat, baik karena perubahan makna, struktur, aspek waktu, tingkat, maupun karena tata bahasa yang janggal (C). Namun, sumber soal menyatakan D adalah jawaban untuk “tidak tepat”. Ini menimbulkan kontradiksi dengan penjelasan sumber itu sendiri yang menyatakan D adalah “paling tepat”. Mengikuti instruksi untuk menggunakan jawaban dari sumber, kita harus menganggap D sebagai frasa pengganti yang “tidak tepat”. Mungkin alasannya sangat subtil, misalnya, kalimat asli “agak menarik dan lebih diinginkannya” mengandung dua nuansa relatif (‘agak’ relatif terhadap skala, ‘lebih’ relatif terhadap perbandingan), sementara “Lebih menarik, sangat diinginkannya” menggantinya dengan satu relatif (‘lebih’) dan satu mutlak (‘sangat’). Namun, tanpa penjelasan lebih lanjut dari pembuat soal, sulit untuk memvalidasi alasan ini. Dalam praktiknya, pertanyaan seperti ini dengan pilihan jawaban yang kontradiktif atau ambigu bisa menjadi soal yang dibatalkan atau direvisi. Tapi, karena kita harus mengikuti kunci jawaban yang diberikan (meskipun terasa aneh), D dianggap sebagai pengganti yang tidak tepat.
Soal 4: Kata Berimbuhan¶
Rambut adalah mahkota. Ungkapan itu menunjukan bahwa begitu pentingnya rambut bagi seseorang. Tak berlebihan jika merawat rambut akhirnya menjadi sangat penting untuk penampilan. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar membuat tempat-tempat cukur rambut atau barbershop tumbuh di berbagai kota.
Di antara kata berikut yang merupakan kata berimbuhan yang salah ialah
A. Berlebihan
B. Menjadi
C. Pentingnya
D. Menunjukan
E. Penampilan
Jawaban: D
Pembahasan Soal 4¶
Soal ini menguji pemahamanmu tentang pembentukan kata berimbuhan dalam Bahasa Indonesia, khususnya mengenai aturan morfofonemik (perubahan bunyi atau huruf saat imbuhan ditambahkan). Kita perlu mencari kata berimbuhan yang penulisannya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
Mari kita analisis setiap pilihan:
A. Berlebihan: Kata dasar “lebih” mendapat prefiks “ber-” dan sufiks “-an”. Pembentukannya benar.
B. Menjadi: Kata dasar “jadi” mendapat prefiks “meN-“. Karena kata dasar diawali dengan konsonan ‘j’, prefiks ‘meN-’ akan menjadi ‘men-‘. Pembentukannya benar.
C. Pentingnya: Kata dasar “penting” mendapat sufiks “-nya”. Pembentukannya benar. “-nya” di sini berfungsi sebagai penanda kepemilikan atau untuk menominalkan adjektiva.
D. Menunjukan: Kata dasar “tunjuk” mendapat prefiks “meN-” dan sufiks “-kan”. Aturan meN- bertemu kata dasar berawal ‘t’ adalah: huruf ‘t’ luluh/hilang, dan ‘N’ menjadi ‘n’. Jadi, meN- + tunjuk seharusnya menjadi ‘menunjuk’. Jika ditambah sufiks ‘-kan’, menjadi ‘menunjukkan’. Penulisan “menunjukan” (tanpa dobel ‘k’) adalah salah. Bentuk yang benar adalah menunjukkan.
E. Penampilan: Kata dasar “tampil” mendapat konfiks “peN-/-an”. Aturan peN- bertemu kata dasar berawal ‘t’ adalah: huruf ‘t’ luluh/hilang, dan ‘N’ menjadi ‘n’. Jadi, peN- + tampil + -an seharusnya menjadi ‘penampilan’. Pembentukannya benar.
Berdasarkan analisis kaidah pembentukan kata berimbuhan, kata “Menunjukan” pada pilihan D adalah penulisan yang salah. Seharusnya ditulis “menunjukkan” sesuai dengan aturan peluluhan dan asimilasi fonem.
Soal 5: Teks Rumpang dan Kohesi¶
(1) Batik merupakan kain atau pakaian yang menjadi kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia pada zaman dahulu. (2) Pada awal abad ke-20 pembatik tetap mengembangkan batik, yaitu tulis dan batik cap. (3) Motif dan corak batik di setiap daerah biasanya...... karena masyarakat di setiap daerah… corak dan ragam flora serta fauna. (4) Sekarang kita membedakan batik menjadi dua, yaitu batik tradisional dan batik modern. (5) Batik tradisional masih menggunakan motif pembuatannya. (6) Adapun pada motif batik modern tidak bermakna simbolis dan cenderung berwarna bebas, seperti ungu, biru, atau kuning. (7) Batik tradisional cenderung berwarna gelap, putih, atau coklat kehitaman.
Kalimat 3 menjadi bermakna bila dilengkapi dengan kata-kata....
A. Bermotif - mendeskripsikan
B. Bermuara - menyatakan
C. Berasal - menggunakan
D. Berubah-mengembangkan
E. Berbeda - mengakomodasi
Jawaban: D
Pembahasan Soal 5¶
Soal ini menguji kemampuanmu melengkapi teks rumpang (teks dengan bagian yang kosong) agar kalimat menjadi padu dan bermakna sesuai dengan konteks paragraf. Kita perlu memilih pasangan kata yang paling tepat untuk mengisi dua titik-titik pada kalimat (3) agar kalimat tersebut secara logis terhubung dengan ide bahwa motif batik berbeda-beda di setiap daerah.
Kalimat (3) berbunyi: “Motif dan corak batik di setiap daerah biasanya...... karena masyarakat di setiap daerah… corak dan ragam flora serta fauna.”
Bagian pertama kalimat menyatakan bahwa motif dan corak batik di berbagai daerah biasanya memiliki karakteristik tertentu. Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik pertama harus menggambarkan variasi ini. Pilihan yang mungkin adalah “berbeda” atau “berubah” atau “bermuara”.
Bagian kedua kalimat memberikan alasan atau sebab dari karakteristik pada bagian pertama (“karena masyarakat di setiap daerah…”). Ini berarti masyarakat di daerah tersebut melakukan sesuatu dengan atau terhadap corak dan ragam flora serta fauna lokal, yang kemudian memengaruhi motif batik. Kata yang tepat untuk mengisi titik-titik kedua harus menggambarkan tindakan masyarakat terkait flora dan fauna lokal ini dalam pembuatan batik.
Mari kita coba pasangkan kata-kata dari setiap opsi ke dalam kalimat (3):
A. “…biasanya bermotif karena masyarakat di setiap daerah mendeskripsikan corak…” - “Bermotif” itu deskripsi umum batik, bukan variasi antar daerah. “Mendeskripsikan corak” juga kurang tepat, seharusnya mendeskripsikan flora/fauna ke dalam corak. Kurang pas.
B. “…biasanya bermuara karena masyarakat di setiap daerah menyatakan corak…” - “Bermuara” (berakhir/berasal) tidak pas menggambarkan variasi motif. “Menyatakan corak” juga janggal. Kurang pas.
C. “…biasanya berasal karena masyarakat di setiap daerah menggunakan corak…” - “Berasal” tidak secara langsung menggambarkan perbedaan motif antar daerah. “Menggunakan corak” agak pas, tapi “menggunakan flora/fauna” lebih tepat jika merujuk pada sumber inspirasi. Kurang pas.
D. “…biasanya berubah karena masyarakat di setiap daerah mengembangkan corak…” - “Berubah” (atau berbeda-beda) sangat pas menggambarkan variasi motif di setiap daerah. “Mengembangkan corak dan ragam flora serta fauna” sangat pas menggambarkan bagaimana masyarakat lokal mengambil inspirasi dari lingkungan sekitar dan mengembangkannya menjadi motif batik khas daerah. Pasangan ini paling logis.
E. “…biasanya berbeda karena masyarakat di setiap daerah mengakomodasi corak…” - “Berbeda” pas untuk titik-titik pertama. “Mengakomodasi corak dan ragam flora serta fauna” (menampung/menyesuaikan diri dengan) juga bisa dimaknai mereka memasukkan unsur flora/fauna. Pasangan ini juga cukup logis, mirip D.
Sumber soal memberikan jawaban D. Perbedaan antara D dan E terletak pada kata kedua. “Mengembangkan” menyiratkan proses kreatif dan evolusi motif berdasarkan flora/fauna, yang sangat relevan dengan sejarah dan praktik pembatikan di berbagai daerah. “Mengakomodasi” lebih pasif, hanya menampung. Oleh karena itu, “berubah-mengembangkan” (atau “berbeda-mengembangkan”) adalah pasangan yang paling tepat untuk menjelaskan mengapa motif batik bervariasi di setiap daerah: karena masyarakat lokal secara aktif mengembangkan motif berdasarkan unsur flora dan fauna yang ada di lingkungan mereka, sehingga motifnya berubah atau berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Mengingat “berubah” dan “berbeda” memiliki makna yang sangat mirip dalam konteks ini, pilihan D dengan kata “mengembangkan” sebagai kata kedua menjadi pilihan yang terbaik.
Soal 6: Makna Kata Kontekstual¶
Karena bahasa bersifat konvensional, walaupun setiap individu berhak untuk menyampaikan pendapat dan pikirannya secara bebas, mereka harus tetap mematuhi dan menjunjung tinggi norma-norma bahasa yang berlaku.
Makna konvensional dalam kalimat di atas adalah....
A. Mengandung norma
B. Mengandung kesepakatan
C. Memiliki aturan
D. Memuat tata bahasa
E. Menuntut ketaatan
Jawaban: B
Pembahasan Soal 6¶
Soal ini menguji pemahamanmu tentang makna kata “konvensional” dalam konteks kalimat yang diberikan. Kata “konvensional” memiliki beberapa makna, tergantung pada konteks penggunaannya. Dalam konteks kebahasaan, frasa “bahasa bersifat konvensional” merujuk pada sifat bahasa itu sendiri.
Kalimat tersebut menyatakan bahwa karena bahasa bersifat konvensional, penutur harus mematuhi norma-norma bahasa. Ini menyiratkan bahwa norma-norma bahasa tersebut ada karena sifat konvensional bahasa. Apa makna “konvensional” yang menghasilkan adanya norma yang harus dipatuhi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu makna “konvensional” adalah “berdasarkan konvensi (kesepakatan) bersama (seperti adat, kebiasaan, kelaziman)”. Dalam linguistik, sifat konvensional bahasa berarti bahwa hubungan antara bentuk bahasa (misalnya, kata “meja”) dan makna (objek berkaki empat berpermukaan datar) bersifat arbitrer (tidak ada hubungan alamiah atau logis) dan didasarkan pada kesepakatan komunitas penutur bahasa tersebut. Norma-norma bahasa, tata bahasa, dan kosakata ada karena adanya kesepakatan atau konvensi di antara para pengguna bahasa.
Mari kita lihat pilihan jawaban:
A. “Mengandung norma”: Ini adalah konsekuensi dari sifat konvensional, bukan maknanya. Bahasa konvensional memiliki norma, tapi “konvensional” itu sendiri bukan berarti “mengandung norma”.
B. “Mengandung kesepakatan”: Ini sangat sesuai dengan makna “konvensional” dalam konteks linguistik. Bahasa ada dan berfungsi karena ada kesepakatan bersama di antara penuturnya mengenai apa yang benar dan diterima.
C. “Memiliki aturan”: Mirip dengan A, memiliki aturan adalah hasil dari sifat konvensional, bukan maknanya. Aturan bahasa muncul dari kesepakatan.
D. “Memuat tata bahasa”: Tata bahasa adalah sistem aturan dalam bahasa, yang juga didasarkan pada konvensi. Ini adalah bagian dari norma, bukan makna inti “konvensional”.
E. “Menuntut ketaatan”: Ini adalah implikasi bagi penutur (harus patuh norma), bukan makna sifat bahasa itu sendiri.
Oleh karena itu, makna kata “konvensional” dalam kalimat tersebut yang paling tepat adalah “mengandung kesepakatan”, karena sifat kesepakatan inilah yang mendasari adanya norma-norma bahasa yang harus dipatuhi.
Soal 7: Kata Rujukan¶
Saat menengok puluhan karya Agoes, pengunjung bisa memahami hubungan antara alam dan manusia. Dia memanfaatkan bahan berupa kayu nangka karena pohon itu mudah ditemukan. Selain itu, kayu nangka punya kadar air yang baik sehingga bisa bertahan lama.
Kata itu merujuk pada pengertian....
A. Mudah ditemukan
B. Manfaat bahan
C. Menengok karya Agoes
D. Memahami hubungan
E. Alam dan manusia
Jawaban: A
Pembahasan Soal 7¶
Soal ini menguji kemampuanmu dalam mengidentifikasi rujukan kata ganti atau kata penunjuk dalam teks. Kata rujukan adalah kata yang digunakan untuk merujuk pada kata, frasa, atau klausa yang telah disebutkan sebelumnya atau yang akan disebutkan selanjutnya dalam teks. Kata “itu” dalam kalimat ini berfungsi sebagai kata penunjuk yang merujuk pada informasi sebelumnya.
Kalimat yang memuat kata “itu” adalah: “Selain itu, kayu nangka punya kadar air yang baik sehingga bisa bertahan lama.”
Kita perlu melihat kalimat atau frasa sebelum “Selain itu” untuk mengetahui apa yang dirujuk oleh “itu”. Kalimat sebelumnya berbunyi: “Dia memanfaatkan bahan berupa kayu nangka karena pohon itu mudah ditemukan.”
Frasa “Selain itu” berfungsi sebagai konjungsi intrakalimat yang menghubungkan ide pada kalimat sebelumnya dengan ide pada kalimat yang sedang dibaca. Secara harfiah, “Selain itu” berarti “di samping hal itu” atau “selain alasan/fakta yang baru saja disebutkan”. Alasan atau fakta yang baru saja disebutkan adalah “pohon itu mudah ditemukan”. Jadi, Agoes menggunakan kayu nangka karena mudah ditemukan, selain alasan itu (mudah ditemukan), kayu nangka juga punya kadar air yang baik.
Dengan demikian, kata “itu” dalam frasa “Selain itu” merujuk pada alasan yang disebutkan sebelumnya, yaitu “mudah ditemukan”. Pilihan A, “Mudah ditemukan”, adalah alasan mengapa kayu nangka dipilih, yang dirujuk oleh “itu”.
Mari kita periksa pilihan lain:
B. “Manfaat bahan”: Kata “itu” merujuk pada alasan pemilihan bahan, bukan manfaat bahan itu sendiri secara umum.
C. “Menengok karya Agoes”: Ini adalah aktivitas yang dilakukan pengunjung di awal paragraf, tidak dirujuk oleh “itu” di kalimat kedua.
D. “Memahami hubungan”: Ini adalah hasil dari menengok karya Agoes, juga tidak dirujuk oleh “itu”.
E. “Alam dan manusia”: Ini adalah tema karya Agoes, tidak dirujuk oleh “itu”.
Jadi, kata “itu” dalam frasa “Selain itu” secara spesifik merujuk pada alasan pemilihan kayu nangka yang disebutkan sebelumnya, yaitu kemudahannya untuk ditemukan.
Soal 8: Hubungan Antarkalimat¶
(1) Pescataria adalah jenis diet dengan kategori konsumsi sayuran dan ikan. (2) Istilah ini berasal dari kombinasi kata pescedan vegetarian. (3) Pesce berarti ikan dalam bahasa Italia. (4) Diet ini sering disebut pesco vegetarian dan dikelompokkan ke dalam spektrum vegetarianisme. (5) Ada beberapa manfaat dari tipe diet ini. (6) Sebuah studi menemukan bahwa perempuan pescatarian memiliki berat badan yang lebih rendah daripada perempuan yang mengonsumsi daging. (7) Studi lain menyimpulkan bahwa pescatarian memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes sebesar 4,8 persen dibandingkan dengan pemakan daging. (8) Selain itu, satu penelitian besar mengamati pescatarian memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung 22 persen lebih rendah dibandingkan dengan pemakan daging biasa.
Kalimat (6) dan (7) mengandung hubungan…
A. Penggambaran
B. Perluasan
C. Pertautan
D. Pemerincian
E. Penjelasan
Jawaban: B
Pembahasan Soal 8¶
Soal ini menguji kemampuanmu dalam mengidentifikasi hubungan logis antara dua kalimat atau lebih dalam sebuah paragraf. Kalimat (5) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat dari diet pescatarian. Kalimat (6) kemudian menyebutkan satu manfaat: berat badan lebih rendah bagi perempuan. Kalimat (7) lalu menyebutkan manfaat lain: risiko lebih rendah terkena diabetes. Kalimat (8) juga menyebutkan manfaat lain: risiko kematian akibat penyakit jantung lebih rendah.
Deretan kalimat (6), (7), dan (8) berfungsi untuk menjelaskan “beberapa manfaat” yang disebutkan di kalimat (5). Masing-masing kalimat menambahkan satu poin manfaat baru.
Mari kita analisis pilihan jawaban:
A. “Penggambaran”: Penggambaran biasanya mendeskripsikan suatu objek atau konsep secara detail. Kalimat (6) dan (7) tidak menggambarkan diet pescatarian itu sendiri, melainkan hasilnya (manfaatnya).
B. “Perluasan”: Perluasan berarti menambahkan informasi baru atau contoh lain yang masih terkait dengan topik sebelumnya. Kalimat (7) memperluas daftar manfaat yang sudah dimulai di kalimat (6). Ide “beberapa manfaat” (kalimat 5) diperluas dengan menyebutkan satu per satu manfaat tersebut di kalimat-kalimat berikutnya.
C. “Pertautan”: Pertautan (kohesi) adalah hubungan antarkalimat atau antarparagraf secara umum, bisa dalam bentuk rujukan, substitusi, ellipsis, konjungsi, atau leksikal. Meskipun ada pertautan di sini, pilihan ini terlalu umum dan tidak spesifik menggambarkan jenis hubungan semantik antara (6) dan (7).
D. “Pemerincian”: Pemerincian berarti menyebutkan detail-detail dari suatu hal. Kalimat (6) dan (7) memang memerinci apa saja manfaatnya, tetapi kata “perluasan” lebih tepat menggambarkan aksi menambahkan item baru ke dalam daftar atau memperkaya informasi sebelumnya. Dalam konteks daftar manfaat, “perluasan” (menambah item) lebih pas daripada “pemerincian” (memberikan detail lebih dalam tentang satu item).
E. “Penjelasan”: Kalimat (6) dan (7) memang menjelaskan apa saja manfaatnya, tapi “perluasan” menggambarkan bagaimana penjelasan itu disajikan, yaitu dengan menambah poin-poin manfaat secara berurutan. Dalam pilihan yang ada, “perluasan” adalah deskripsi terbaik tentang bagaimana kalimat (7) menambah informasi setelah kalimat (6).
Kalimat (7) menambah satu poin manfaat lagi setelah kalimat (6) menyebutkan manfaat pertama. Ini adalah bentuk perluasan dari ide “beberapa manfaat” yang diperkenalkan sebelumnya. Oleh karena itu, hubungan antara kalimat (6) dan (7) adalah perluasan informasi atau ide.
Soal 9: Makna Idiomatis¶
Kalimat-kalimat berikut tidak mengandung makna idiomatis, kecuali…
A. Nenek sulit memasukkan benang merah ke dalam jarum yang akan digunakan untuk menjahit rompi cucunya
B. Setiap datang bulan purnama ia selalu memanjatkan harapan agar bisa bertemu dengan jodohnya
C. Tangan kanan Sumiyati terpelecok saat hendak menjemur pakaian di belakang rumah
D. Setiap gerak langkah manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti
E. Ayah dan ibu mendapat barang pecah belah dari tetangga sebelah rumah
Jawaban: B
Pembahasan Soal 9¶
Soal ini menguji pemahamanmu tentang idiom. Idiom adalah frasa atau gabungan kata yang maknanya tidak bisa diturunkan dari makna kata-kata pembentuknya secara harfiah. Makna idiom bersifat kiasan atau konotatif. Soal ini meminta kita mencari satu kalimat yang mengandung makna idiomatis, sementara pilihan lainnya tidak mengandung makna idiomatis (artinya, semua frasa di dalamnya digunakan secara harfiah).
Mari kita analisis setiap kalimat:
A. “Nenek sulit memasukkan benang merah ke dalam jarum…” - Frasa “memasukkan benang merah ke dalam jarum” di sini digunakan dalam makna harfiah (melakukan aktivitas menjahit). Meskipun “benang merah” bisa menjadi idiom yang berarti ‘ide utama’ atau ‘tema penghubung’, di sini konteksnya jelas tentang benang berwarna merah untuk menjahit. Jadi, kalimat ini tidak mengandung idiom.
B. “Setiap datang bulan purnama ia selalu memanjatkan harapan agar bisa bertemu dengan jodohnya.” - Frasa “datang bulan purnama” digunakan secara harfiah (bulan berada dalam fase purnama). Namun, frasa “memanjatkan harapan” adalah idiom atau ungkapan kiasan yang berarti ‘berdoa’ atau ‘memohon dengan sungguh-sungguh’. Harapan tidak bisa secara fisik ‘dipanjatkan’ seperti memanjat pohon. Makna ini bersifat non-harfiah. Jadi, kalimat ini mengandung idiom.
C. “Tangan kanan Sumiyati terpelecok saat hendak menjemur pakaian di belakang rumah.” - Frasa “tangan kanan” bisa bermakna harfiah (anggota tubuh) atau idiomatis (orang kepercayaan/asisten utama). Dalam kalimat ini, “tangan kanan” jelas merujuk pada anggota tubuh Sumiyati yang terpelecok. Jadi, digunakan secara harfiah, bukan idiomatis.
D. “Setiap gerak langkah manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti.” - Frasa “gerak langkah” bisa bermakna harfiah (cara berjalan) atau kiasan (segala tindakan/perbuatan). Dalam konteks dimintai pertanggungjawaban di akhirat, “gerak langkah” digunakan secara kiasan untuk merujuk pada segala perbuatan manusia. Jadi, kalimat ini juga mengandung makna kiasan.
E. “Ayah dan ibu mendapat barang pecah belah dari tetangga sebelah rumah.” - Frasa “barang pecah belah” digunakan secara harfiah (barang-barang seperti piring, gelas, dll. yang mudah pecah). Tidak ada makna kiasan di sini.
Menurut kunci jawaban, B adalah satu-satunya kalimat yang mengandung makna idiomatis. Sementara analisis kita menunjukkan B (“memanjatkan harapan”) dan D (“gerak langkah” sebagai ‘perbuatan’) keduanya menggunakan frasa secara kiasan/idiomatis. Dalam banyak konteks, “gerak langkah” dalam kalimat seperti D memang dianggap penggunaan kiasan atau bahkan idiomatis tergantung sejauh mana frasa tersebut telah membeku maknanya. Namun, jika harus memilih satu dari opsi yang ada dan mengacu pada kunci jawaban, maka frasa “memanjatkan harapan” di kalimat B dianggap sebagai idiom yang paling jelas atau yang dimaksud oleh pembuat soal. Idiom “memanjatkan harapan” memang sangat umum digunakan sebagai pengganti “berdoa” atau “berharap dengan sungguh-sungguh”.
Soal 10: Makna Kata Kontekstual Berdasarkan Teks¶
Pertumbuhan buah yang tidak sempurna dapat juga diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit yang menyerang baik batang dan daun, maupun buah. Hama penggerek sering melubangi batang pohon sehingga merusak pembuluh floem dan xilem. Bila pembuluh floem rusak, distribusi karbohidrat hasil fotosintesis akan terganggu, sedangkan bila xilem yang diserang, maka pengaliran hara dan air dari akar menuju tajuk pohon akan terhambat. Jika buah yang diserang ulat buah itu akan rusak dan mudah rontok.
Dalam wacana di atas disebutkan sejenis hama yang disebut hama penggerek. Yang dimaksud dengan penggerek adalah..
A. Penggigit
B. Penaikan
C. Pemakan
D. Pengerat
E. Pemenggal
Jawaban: D
Pembahasan Soal 10¶
Soal ini menguji kemampuanmu dalam memahami makna sebuah kata berdasarkan konteks kalimat atau paragraf tempat kata itu muncul. Paragraf menjelaskan tentang hama penggerek. Kemudian, kalimat berikutnya menjelaskan aktivitas hama tersebut: “Hama penggerek sering melubangi batang pohon…”
Kata “penggerek” terbentuk dari kata dasar “gerek” yang mendapat prefiks “peN-“. Prefiks “peN-” bisa membentuk nomina yang berarti “orang atau alat yang melakukan tindakan” atau “proses/hasil tindakan”. Dalam konteks hama, ini berarti hama yang melakukan tindakan “gerek”.
Kata kunci untuk memahami makna “gerek” dalam konteks ini adalah aktivitas yang dijelaskan: “melubangi batang pohon”. Hama ini membuat lubang pada batang pohon. Tindakan “melubangi” paling erat kaitannya dengan tindakan “menggerek”, “mengebor”, atau “mengerat”.
Mari kita lihat pilihan jawaban:
A. “Penggigit”: Menggigit biasanya merujuk pada tindakan memotong dengan gigi. Hama bisa menggigit daun atau bagian lunak, tapi “melubangi batang pohon” lebih dari sekadar menggigit.
B. “Penaikan”: Berasal dari kata dasar “naik”. Sama sekali tidak relevan dengan aktivitas hama ini.
C. “Pemakan”: Hama penggerek memang “memakan” bagian pohon yang dilubangi, tapi kata “penggerek” lebih spesifik merujuk pada tindakan membuat lubang atau masuk ke dalam kayu/batang, bukan hanya memakan permukaannya. Tindakan utamanya adalah membuat jalur atau lubang di dalam.
D. “Pengerat”: Berasal dari kata dasar “kerat”. “Mengerat” berarti mengikis atau memotong sedikit demi sedikit dengan gigi atau alat tajam, seringkali untuk membuat lubang atau memperpendek sesuatu. Hama yang mengerat kayu atau batang pohon untuk membuat lubang sangat sesuai dengan deskripsi “melubangi batang pohon”.
E. “Pemenggal”: Berasal dari kata dasar “penggal” (memotong kepala/memotong hingga putus). Sama sekali tidak relevan.
Berdasarkan deskripsi aktivitas hama “melubangi batang pohon”, kata “penggerek” paling tepat dimaknai sebagai hama yang melakukan tindakan mengerat untuk membuat lubang. Oleh karena itu, “Pengerat” adalah makna yang paling sesuai dalam konteks ini.
Kategori Soal Pengetahuan dan Pemahaman Umum¶
Dari 10 soal tadi, kamu bisa lihat bahwa subtes PPU menguji berbagai aspek. Secara umum, tipe soal PPU bisa dikategorikan seperti tabel di bawah ini:
No. | Kategori Soal | Deskripsi Singkat | Contoh Soal Tadi |
---|---|---|---|
1 | Pemahaman Isi Teks | Menemukan ide pokok, informasi tersurat/tersirat, simpulan, tujuan penulis. | (Tidak spesifik ada di 10 soal ini, tapi penting) |
2 | Makna Kata/Frasa | Menentukan arti kata/frasa dalam konteks, sinonim, antonim, makna kiasan/idiomatis. | Soal 1, 6, 9, 10 |
3 | Rujukan Kata | Mengidentifikasi kata yang dirujuk oleh kata ganti atau penunjuk. | Soal 7 |
4 | Hubungan Antarkalimat/Paragraf | Menentukan pola hubungan (sebab-akibat, perbandingan, perluasan, dll.). | Soal 8 |
5 | Struktur Kalimat/Paragraf | Menganalisis pola kalimat, fungsi sintaksis (S, P, O, dll.). | Soal 2 |
6 | Kaidah Kebahasaan | Mengidentifikasi kesalahan penulisan kata, penggunaan imbuhan, frasa, atau kalimat. | Soal 3, 4 |
7 | Melengkapi Teks Rumpang | Mengisi bagian teks yang kosong dengan kata/frasa yang tepat agar padu. | Soal 5 |
Tabel ini bisa jadi panduanmu untuk fokus belajar di area mana saja. Setiap kategori punya trik dan cara penyelesaiannya sendiri.
Tips Tambahan untuk UTBK SNBT PPU¶
Mempelajari contoh soal dan pembahasannya adalah langkah awal yang bagus. Tapi, ada beberapa tips tambahan yang bisa membantumu lebih siap menghadapi subtes PPU:
- Perbanyak Membaca: Kunci utama PPU adalah kemampuan membaca dan memahami. Bacalah berbagai jenis teks: berita, artikel ilmiah populer, opini, resensi buku, dll. Ini akan memperkaya kosakata, membiasakanmu dengan berbagai gaya penulisan, dan meningkatkan kecepatan membaca efektif.
- Pahami Konteks: Jangan hanya fokus pada makna kata secara berdiri sendiri. Selalu perhatikan bagaimana kata atau frasa digunakan dalam kalimat dan keseluruhan teks. Makna bisa berubah drastis tergantung konteksnya.
- Pelajari Kaidah Kebahasaan Dasar: Review kembali materi tentang pembentukan kata (imbuhan, kata ulang, majemuk), frasa, klausa, kalimat efektif, kalimat baku dan tidak baku, serta penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar. Soal-soal PPU sering menyisipkan tes pemahaman kaidah ini.
- Latihan Identifikasi Pola: Saat membaca, cobalah identifikasi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat. Latihan ini membantumu memahami struktur kalimat yang kompleks.
- Fokus dan Teliti: Saat mengerjakan tes, baca soal dan teks dengan teliti. Jangan terburu-buru. Pastikan kamu memahami apa yang ditanyakan sebelum memilih jawaban. Perhatikan kata kunci seperti “kecuali”, “tidak tepat”, “sesuai dengan teks”, dll.
Buat kamu yang butuh panduan visual atau audio, coba cari video-video tips dan trik PPU di YouTube. Banyak channel edukasi yang memberikan penjelasan dan latihan soal tambahan.
Untuk referensi video tips belajar PPU, kamu bisa tonton ini:
(Disclaimer: Ganti “contoh_video_id_utbk_ppu” dengan ID video YouTube yang relevan jika ada, atau gunakan gambar placeholder seperti di atas jika tidak bisa embed langsung atau mencari video spesifik).
Video-video seperti ini seringkali memberikan strategi praktis dan contoh soal yang dibahas langsung oleh pengajar.
Siap Taklukkan PPU UTBK SNBT 2025?¶
Dengan latihan yang konsisten dan pemahaman yang baik terhadap berbagai tipe soal, kamu pasti bisa menaklukkan subtes Pengetahuan dan Pemahaman Umum di UTBK SNBT 2025. Ingat, kuncinya adalah membaca cermat, memahami konteks, dan teliti dalam menganalisis setiap pilihan jawaban.
Jangan berhenti di sini ya! Cari lebih banyak latihan soal, diskusi dengan teman atau pengajar, dan terus latih kemampuan membacamu. Semangat berjuang meraih impianmu!
Gimana, ada soal yang paling bikin kamu pusing? Atau kamu punya trik jitu sendiri buat ngerjain soal PPU? Yuk, berbagi pengalaman dan tips di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar