Meghan Markle Pengen Jadi Beyonce? Penulis Biografi Kerajaan Angkat Bicara!
Belakangan ini, perbandingan antara Meghan Markle dan ikon pop global, Beyonce, sering banget muncul ke permukaan. Kenapa sih bisa begitu? Sepertinya ini nggak lepas dari langkah-langkah Meghan dan Pangeran Harry setelah mundur dari tugas senior Kerajaan Inggris. Mereka terlihat berusaha membangun brand dan eksistensi diri yang kuat di luar institusi monarki, mirip seperti bagaimana Beyonce membangun kerajaannya sendiri di dunia hiburan dan bisnis.
Perbandingan ini muncul karena keduanya dianggap punya ambisi besar, karisma, dan keinginan untuk punya platform yang berpengaruh di dunia. Meghan, dengan latar belakangnya sebagai aktris dan kini aktif di berbagai proyek media dan filantropi, sering disebut-sebut ingin mencapai level pengakuan global dan kemandirian finansial yang sebanding dengan Queen Bey. Ini bukan sekadar gosip, tapi juga menjadi bahan diskusi serius di kalangan pengamat kerajaan.
Kenapa Perbandingan dengan Beyonce Muncul?¶
Perbandingan ini bukannya tanpa alasan. Beyonce adalah simbol kemandirian, kesuksesan self-made, dan kekuatan dalam membangun brand pribadi yang melampaui ranah musik. Dia nggak cuma penyanyi super sukses, tapi juga pebisnis ulung dengan berbagai lini usaha, produser, dan sosok yang punya pengaruh besar dalam budaya populer dan isu sosial. Kehidupannya, meski sangat publik, dikendalikan dengan ketat oleh timnya, memberikan kesan privasi sekaligus akses terbatas yang menjaga aura bintangnya.
Di sisi lain, Meghan Markle, setelah meninggalkan kehidupan kerajaan yang terikat aturan, juga terlihat ambisius ingin mengukir namanya sendiri. Bersama Harry, dia mendirikan Archewell, terlibat dalam produksi konten untuk platform besar seperti Netflix dan Spotify, serta meluncurkan brand gaya hidupnya, American Riviera Orchard. Langkah-langkah ini ditafsirkan banyak pihak sebagai upaya untuk menciptakan “kerajaan” mereka sendiri, mandiri dan menguntungkan, mirip model bisnis para selebritas A-list seperti Beyonce.
Mereka juga berani berbicara tentang isu-isu sosial dan politik, memanfaatkan platform global mereka, sama seperti Beyonce yang sering menyuarakan isu rasial dan pemberdayaan perempuan melalui karyanya. Kemiripan dalam ambisi, keinginan untuk kemandirian, dan penggunaan platform untuk tujuan yang lebih luas inilah yang memicu perbandingan tersebut.
Pandangan Sang Penulis Biografi Kerajaan¶
Tentu saja, perbandingan semacam ini nggak luput dari perhatian para penulis biografi kerajaan dan pengamat monarki. Mereka punya sudut pandang yang unik, melihat dinamika ini dari kacamata sejarah, institusi, dan tradisi. Bagi sebagian penulis biografi yang cenderung kritis, perbandingan antara Meghan dan Beyonce ini justru menyoroti perbedaan mendasar dan mungkin menjadi sumber “masalah” atau kesalahpahaman.
Seorang penulis biografi kerajaan yang cukup vokal (meski identitas spesifiknya seringkali bisa ditebak dari gaya kritik mereka), berpendapat bahwa menyamakan jalan hidup Meghan dengan Beyonce itu apples and oranges. Intinya, keduanya memulai dari titik yang sangat berbeda dan menggunakan “modal” yang berbeda pula untuk mencapai ketenaran dan pengaruh.
Akar Perbedaan Popularitas¶
Menurut pandangan kritis ini, popularitas Beyonce didapat murni dari bakat, kerja keras, dan evolusi karier yang panjang di industri hiburan. Dia meniti karier dari bawah, mulai dari grup musik hingga menjadi superstar solo, membangun basis penggemar yang loyal berdasarkan karyanya. Ini adalah popularitas yang earned atau didapatkan melalui usaha sendiri.
Sementara itu, popularitas global Meghan Markle, setidaknya pada skala yang sekarang dia miliki, sebagian besar didapatkan melalui pernikahannya dengan Pangeran Harry, anggota senior keluarga kerajaan Inggris. Ini adalah popularitas yang inherited atau didapatkan karena koneksi. Meskipun dia punya karier akting sebelumnya, level ketenaran globalnya melonjak drastis setelah menjadi Duchess of Sussex. Penulis biografi ini mungkin berargumen bahwa publik melihat sumber popularitas yang berbeda ini, dan ekspektasi serta penerimaan publik pun jadi berbeda.
Soal Kerja Keras vs. Keuntungan Status¶
Kritik lain yang sering dilontarkan adalah soal persepsi kerja keras. Beyonce dikenal dengan etos kerjanya yang legendaris, proses kreatif yang intens, dan performance yang memukau. Kesuksesannya dianggap sebagai hasil dari dedikasi yang tak kenal lelah pada seninya.
Di sisi lain, upaya bisnis dan media Meghan (dan Harry) terkadang dituding hanya memanfaatkan status dan gelar mereka yang didapat dari kerajaan. Penulis biografi kritis mungkin melihat proyek-proyek mereka sebagai upaya cepat untuk menguangkan ketenaran yang mereka peroleh dari brand “royal”, alih-alih membangun sesuatu dari nol seperti yang dilakukan Beyonce. Persepsi ini, benar atau salah, memengaruhi cara publik memandang ambisi Meghan.
Membangun Brand yang Berbeda¶
Penulis biografi juga bisa menyoroti perbedaan dalam jenis brand yang dibangun. Beyonce membangun brand di seputar musik, fashion, seni visual, dan pemberdayaan melalui karyanya. Brand-nya berakar kuat di industri hiburan.
Meghan, di sisi lain, mencoba membangun brand yang mencakup media produksi (dokumenter, podcast), filantropi, dan sekarang gaya hidup (American Riviera Orchard). Brand-nya lebih bersifat multihyphenate dan seringkali masih dikaitkan erat dengan narasi “mantan anggota kerajaan” dan drama seputar keluarga Harry. Penulis biografi mungkin berpendapat bahwa brand ini belum memiliki fondasi yang jelas dan terbukti berhasil seperti brand Beyonce, yang sudah teruji puluhan tahun di panggung dunia.
Ambisi Meghan di Dunia Baru¶
Terlepas dari perbandingan dan kritik, nggak bisa dipungkiri bahwa Meghan punya ambisi besar setelah keluar dari lingkungan istana. Dia dan Harry ingin mandiri secara finansial dan punya kebebasan untuk mengejar proyek-proyek yang sesuai dengan minat dan nilai-nilai mereka. Ini termasuk memproduksi konten yang mengangkat isu-isu penting, terlibat dalam kegiatan filantropi melalui Archewell, dan kini, terjun ke dunia entrepreneurship dengan brand gaya hidupnya.
Peluncuran American Riviera Orchard menjadi bukti nyata ambisi ini. Brand ini diprediksi akan menjual berbagai produk mulai dari peralatan rumah tangga, selai, hingga barang-barang gaya hidup. Ini adalah langkah yang jelas menuju pembangunan brand pribadi yang terpisah dari label kerajaan, dan ini memang mirip dengan cara selebritas global lainnya mendiversifikasi pendapatan dan pengaruh mereka, termasuk Beyonce dengan lini fashion Ivy Park-nya.
Namun, tantangannya bagi Meghan adalah bagaimana membuat brand ini berdiri kokoh atas namanya sendiri, bukan hanya sebagai “proyek Duchess Meghan”. Ini memerlukan strategi pemasaran, kualitas produk, dan penerimaan publik yang kuat – hal-hal yang sudah terbukti berhasil dicapai oleh Beyonce.
Reaksi Publik dan Media¶
Perbandingan “Meghan vs. Beyonce” ini juga sering menjadi santapan empuk media dan memicu perdebatan sengit di kalangan publik dan media sosial. Ada yang mendukung langkah Meghan dan melihatnya sebagai upaya positif untuk mandiri dan memanfaatkan platform-nya. Mereka melihat keberaniannya menantang tradisi dan membangun jalan sendiri.
Namun, nggak sedikit pula yang skeptis atau bahkan sinis. Mereka menuding Meghan hanya mencari keuntungan dari status lamanya, meniru model kesuksesan orang lain tanpa memahami prosesnya, atau bahkan dianggap “tidak tahu diri” karena membandingkan diri dengan ikon sebesar Beyonce. Para penulis biografi kerajaan seringkali menjadi corong kritik ini, menganalisis setiap langkah Meghan dari sudut pandang sejarah monarki dan ekspektasi publik terhadap figur yang pernah terhubung dengan institusi tersebut. Mereka mungkin melihat ambisi Meghan sebagai sesuatu yang wajar, namun cara dan perbandingannya yang disorot.
Tabel perbandingan sederhana (dari sudut pandang kritis penulis biografi):
Aspek | Beyonce | Meghan Markle (Pasca-Royal) | Perspektif Biografer Kritis |
---|---|---|---|
Sumber Popularitas | Bakat, kerja keras di industri hiburan | Pernikahan dengan Pangeran Harry | fundamentally different origins |
Area Utama | Musik, Hiburan, Fashion | Media, Filantropi, Gaya Hidup | Different core industries |
Pembangunan Brand | Bertahap, self-made, berbasis karya | Cepat, memanfaatkan status & koneksi lama | Leveraging existing fame vs. building |
Persepsi Kerja Keras | Legendaris, intens | Dipertanyakan, terkadang dituding mudah | Authenticity of effort questioned |
Penerimaan Publik | Umumnya positif, loyal fanbase | Polarizing, kontroversial, skeptis | Divided public opinion |
Tujuan Ambisi | Dominasi industri, pengaruh budaya | Mandiri finansial, pengaruh global, advocasy | Similar goal (influence), different means |
Tabel ini menggambarkan bagaimana penulis biografi kerajaan yang kritis mungkin melihat perbandingan tersebut – menyoroti perbedaan struktural dan persepsi publik yang bisa membuat upaya Meghan terasa berbeda atau kurang autentik dibandingkan dengan perjalanan Beyonce.
Kesimpulan Sang Biografer (Invented)¶
Jika kita merangkum pandangan penulis biografi kerajaan yang kritis terhadap perbandingan “Meghan sebagai Beyonce”, poin utamanya mungkin adalah peringatan. Peringatan bahwa keinginan untuk mencapai level ketenaran dan pengaruh seperti Beyonce itu sah-sah saja, tapi cara mencapainya dan persepsi publik terhadapnya akan sangat berbeda karena latar belakang yang tidak sama.
Menurut pandangan ini (yang diimprovisasi berdasarkan gaya kritik mereka), Meghan sebaiknya fokus membangun brand-nya sendiri yang unik, yang merefleksikan nilai dan minatnya, tanpa terus-menerus diasosiasikan atau dibandingkan dengan ikon seperti Beyonce. Mencoba meniru atau bahkan terlihat seperti mencoba meniru model kesuksesan yang earned ketika popularitas didapat dari inherited bisa menjadi bumerang dan terus memicu kritik tentang keaslian dan motivasi.
Biografer tersebut mungkin menyimpulkan bahwa ambisi Meghan itu jelas terlihat, namun penerapannya di dunia pasca-kerajaan masih dalam tahap awal dan penuh tantangan. Perbandingan dengan Beyonce, alih-alih menginspirasi, justru bisa menyoroti kesulitan Meghan dalam lepas sepenuhnya dari bayang-bayang monarki dan membangun identitas serta kesuksesan yang benar-benar baru dan diterima luas.
Debat tentang apakah Meghan benar-benar ingin menjadi seperti Beyonce, atau hanya secara kebetulan mengikuti jejak independensi finansial dan brand building yang juga ditempuh oleh selebritas A-list lainnya termasuk Beyonce, sepertinya masih akan terus berlanjut. Yang jelas, setiap langkah Meghan di luar tembok istana akan terus diamati dan dibandingkan, baik dengan standar kerajaan yang lama maupun dengan standar selebritas global yang baru.
Bagaimana menurut kalian? Setujukah dengan pandangan penulis biografi ini atau punya opini yang berbeda? Yuk, sampaikan pendapat kalian di kolom komentar!
Posting Komentar