Bedah Buku Almond: Kisah Pilu dan Manis dari Sohn Won-pyung

Table of Contents

Bedah Buku Almond: Kisah Pilu dan Manis dari Sohn Won-pyung

Novel “Almond” karya Sohn Won-pyung memang lagi naik daun banget. Ceritanya tuh sukses bikin banyak orang terharu tapi juga dapat banyak pelajaran hidup yang mendalam. Novel ini menawarkan sudut pandang unik tentang kehidupan manusia yang mungkin belum pernah kamu bayangin sebelumnya.

Asalnya, buku ini ditulis dalam bahasa Korea, tapi saking populernya, udah diterjemahkan ke banyak bahasa lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Inggris. Saking kerennya, novel ini bahkan direkomendasikan sama SUGA dari BTS, lho! Kebayang kan seberapa bagusnya?

Nah, kalau kamu penasaran pengen tahu lebih jauh soal sinopsis dan review novel “Almond” ini, kamu datang ke tempat yang tepat. Artikel ini akan membedah tuntas kisah Yoonjae dan dunia di sekelilingnya. Yuk, kita mulai petualangan membedah novel “Almond” ini!

Sinopsis Novel Almond

Yuk, kita mulai dengan menyelami inti cerita dari novel “Almond”. Tokoh utamanya adalah Yoonjae, seorang anak laki-laki yang terlahir dengan kondisi langka bernama alexithymia. Kondisi ini memengaruhi amigdala di otaknya, yang bikin dia kesulitan banget buat merasakan dan mengekspresikan emosi layaknya orang lain. Dia nggak bisa merasakan takut, senang, sedih, atau marah.

Bayangin aja, di awal cerita, Yoonjae kecil dihadapkan pada kejadian ekstrem. Ibunya menyuruh dia keluar sebentar untuk membeli sesuatu, tapi di jalan, dia malah menemukan sesosok mayat tergeletak. Reaksi normal orang mungkin bakal panik, teriak, atau ketakutan, tapi Yoonjae? Dia cuma melihatnya dengan datar, tanpa menunjukkan rasa takut atau empati sedikitpun. Kejadian mengerikan itu nggak memicu respons emosional apapun darinya.

Di sekolah pun sama. Meskipun sering dirundung dan diganggu teman-temannya, Yoonjae tetap nggak menunjukkan reaksi apa pun. Dia nggak merasa sakit hati atau kesal, pokoknya datar aja. Hal ini tentu bikin orang di sekitarnya bingung dan khawatir, terutama sang ibu.

Melihat kondisi anaknya, sang ibu nggak tinggal diam. Beliau berusaha keras untuk membuat Yoonjae terlihat ‘normal’ di mata masyarakat. Dia membuat catatan-catatan panjang dan melatih Yoonjae cara meniru ekspresi dan respons sosial yang tepat. Jadi, meskipun di dalam hati Yoonjae nggak merasakan apa-apa, dia bisa tersenyum saat orang lain tertawa atau menunjukkan ekspresi sedih saat melihat temannya terluka. Latihan keras ini membantunya bisa berinteraksi dan diterima di lingkungannya, walau hanya secara superfisial.

Namun, kehidupan Yoonjae yang sudah sulit semakin diuji. Dalam sebuah peristiwa tragis, nenek yang sangat menyayanginya meninggal dunia di hadapannya, dan sang ibu mengalami koma. Tiba-tiba saja, Yoonjae yang tanpa emosi harus menghadapi dunia sendirian, kehilangan dua orang terdekatnya. Kejadian ini tentu sangat berat, bahkan bagi orang normal, tapi Yoonjae melaluinya dengan datar, menghabiskan banyak waktu luangnya di perpustakaan.

Titik balik mulai muncul ketika dia bertemu dua sosok yang sangat berbeda: Gon dan Dora. Gon adalah siswa berandalan yang punya reputasi buruk di sekolah. Awalnya, Gon memperlakukan Yoonjae dengan sangat kasar, sering memukul, menendang, dan memalaknya. Anehnya, karena Yoonjae nggak pernah melawan atau menunjukkan rasa sakit, Gon malah penasaran. Seiring waktu, interaksi aneh ini perlahan berkembang menjadi sebuah pertemanan yang unik dan tak terduga.

Di sisi lain, ada Dora, seorang siswi yang ceria, penuh mimpi, dan sangat ekspresif. Awalnya mereka hanya berteman, tapi seiring waktu, hubungan mereka mulai terasa berbeda. Ada dinamika baru yang muncul antara Yoonjae dan Dora, membuat keduanya saling memaknai perlakuan dan kehadiran satu sama lain dengan cara yang mungkin belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Melalui interaksi dengan Gon dan Dora, dunia Yoonjae yang tadinya datar dan tanpa warna perlahan mulai berubah. Dia mulai belajar tentang makna pertemanan, pengorbanan, dan harapan. Meski semuanya datang dengan tantangan besar dan penuh kesulitan, pengalaman-pengalaman ini perlahan mengukir sesuatu yang baru di dalam diri Yoonjae, mengajarkan tentang sisi-sisi kehidupan yang sebelumnya tak terjangkau olehnya.

Review Novel Almond

Novel “Almond” ini memang layak banget dapat banyak pujian. Kalau lihat di situs seperti Goodreads, novel ini dapat rating tinggi, sekitar 4.17 dari 5, yang artinya sangat direkomendasikan. Angka ini bukan sekadar angka, lho. Ada banyak alasan kenapa buku setebal 272 halaman ini sukses bikin pembaca jatuh hati.

Sohn Won-pyung, sang penulis, patut diacungi jempol karena berhasil merangkai cerita yang penuh emosi (meskipun tokoh utamanya tanpa emosi) dan pelajaran hidup dalam kemasan yang menarik. Salah satu kekuatan terbesar novel ini adalah temanya yang unik. Mengangkat kisah anak dengan alexithymia adalah sesuatu yang jarang banget ditemui dalam literatur populer. Ini bukan cuma cerita fiksi biasa, tapi juga edukatif.

Melalui sudut pandang Yoonjae, pembaca diajak memahami apa itu alexithymia dan bagaimana rasanya hidup tanpa bisa merasakan emosi. Penulis berhasil memberikan pemahaman mendalam tentang kondisi ini, membuka mata pembaca bahwa ada orang-orang di dunia ini yang benar-benar kesulitan merasakan hal yang dianggap biasa oleh kebanyakan kita. Ini meningkatkan kesadaran dan empati.

Selain tema yang kuat, pengembangan karakter dalam novel ini juga patut diacungi jempol. Mulai dari Yoonjae sendiri yang mengalami perkembangan signifikan, sang ibu dengan segala usahanya, hingga karakter pendukung seperti Gon dan Dora yang punya latar belakang kompleks. Semua tokoh terasa sangat manusiawi, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penulis berhasil membuat pembaca bisa berempati pada mereka, memahami motivasi di balik tindakan mereka, bahkan pada karakter yang awalnya tampak antagonis.

Pemilihan latar cerita juga sangat pas. Dunia sekolah yang bisa jadi tempat perundungan sekaligus tempat bertumbuh, atau perpustakaan yang menjadi ruang aman bagi Yoonjae, semua digambarkan dengan detail yang mendukung suasana cerita. Latar waktu dan suasana yang diciptakan berhasil membawa pembaca masuk ke dalam dunia Yoonjae yang penuh tantangan namun juga menyimpan harapan.

Dari segi alur, novel ini terasa spesial sejak halaman pertama. Penulis mampu menjaga ketegangan dan ketertarikan pembaca dari awal hingga akhir. Alurnya membuat emosi pembaca naik turun mengikuti peristiwa yang dialami Yoonjae dan orang-orang di sekitarnya. Meskipun Yoonjae sendiri datar, kejadian-kejadian yang menimpanya dan interaksi dengan karakter lain memicu berbagai macam perasaan pada pembaca.

Ditulis dengan sudut pandang orang pertama dari Yoonjae, novel ini terasa sangat personal dan mendalam. Pembaca benar-benar diajak melihat dunia melalui kacamata seseorang yang tidak bisa merasakan emosi. Ini memberikan pengalaman membaca yang unik dan membuat kita merenungkan kembali makna emosi dalam kehidupan kita. Cara Yoonjae mendeskripsikan dunia dan interaksinya terasa otentik dengan kondisinya.

Pesan moral yang disampaikan novel ini juga sangat kuat, terutama tentang empati dan pemahaman terhadap orang lain. Kita diajak untuk melihat lebih dalam ke balik permukaan, bahwa setiap orang punya perjuangan dan badai yang tidak kita ketahui. Novel ini mengajarkan pentingnya koneksi antarmanusia, bahkan dalam bentuk yang paling tidak terduga.

Namun, perlu diingat, jika kamu lebih suka cerita yang penuh adegan laga atau misteri yang bikin deg-degan, “Almond” mungkin bukan pilihan pertama. Novel ini lebih berfokus pada eksplorasi psikologis dan perkembangan karakter Yoonjae, serta interaksi sosialnya. Ketegangannya datang dari drama antarpersonal dan perjuangan internal tokoh, bukan dari rangkaian peristiwa penuh adrenalin.

Secara keseluruhan, “Almond” adalah novel yang menggugah pikiran dan perasaan. Novel ini menawarkan cerita yang segar, karakter yang kuat, dan pesan yang mendalam. Sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang mencari bacaan yang tidak hanya menghibur tapi juga memberikan perspektif baru tentang kemanusiaan dan pentingnya memahami perbedaan.

Mengapa Novel Almond Begitu Spesial?

Ada beberapa hal yang membuat novel “Almond” ini terasa sangat spesial dan berbeda dari novel young adult atau drama lainnya. Pertama, penggambaran alexithymia yang begitu detail dan jujur. Sohn Won-pyung berhasil membawa pembaca ke dalam pikiran Yoonjae tanpa membuatnya terasa aneh atau alien. Kita bisa memahami logikanya, meskipun tanpa merasakan emosi yang mendasarinya. Ini adalah pencapaian luar biasa dalam penulisan.

Kedua, hubungan antar karakter yang kompleks dan realistis. Interaksi antara Yoonjae, Gon, dan Dora bukan sekadar klise pertemanan atau percintaan. Ada lapisan-lapisan emosi (atau ketiadaan emosi pada Yoonjae) dan motivasi yang membuat dinamika mereka sangat menarik untuk diikuti. Hubungan Yoonjae dengan Gon, misalnya, berawal dari kekerasan namun berkembang menjadi ikatan yang kuat, menunjukkan bahwa koneksi bisa tumbuh dari tempat yang paling tidak terduga. Hubungannya dengan Dora juga mengajarkan tentang cara berkomunikasi dan saling menerima perbedaan.

Ketiga, penulis berhasil menyentuh tema-tema berat seperti trauma, kehilangan, dan penerimaan diri tanpa terkesan menggurui. Kisah Yoonjae yang kehilangan dua orang terpenting dalam hidupnya dan harus menghadapinya tanpa bisa ‘merasakan’ duka adalah bagian paling pilu dalam cerita. Namun, cara dia beradaptasi dan menemukan jalan keluar melalui bantuan orang lain menunjukkan kekuatan harapan dan kemampuan manusia untuk terhubung, bahkan ketika dirasa tidak mungkin.

Simbolisme ‘almond’ itu sendiri juga menarik untuk direnungkan. Dalam cerita, amigdala, bagian otak yang bermasalah pada Yoonjae, digambarkan berbentuk seperti kacang almond. Ini bukan sekadar deskripsi medis, tapi juga metafora yang kuat. Otak Yoonjae ‘cacat’ di bagian ‘almond’nya. Sepanjang cerita, dia mencoba ‘menumbuhkan’ atau ‘mengisi’ kekosongan di bagian itu melalui pengalaman hidup.

Novel ini secara halus mempertanyakan apa artinya menjadi ‘normal’. Apakah normal itu harus bisa merasakan dan mengekspresikan emosi secara konvensional? Atau apakah normal itu adalah bisa beradaptasi dan menemukan tempat di dunia, dengan cara apapun yang kita bisa? “Almond” mengajak kita merayakan perbedaan dan melihat kekuatan di balik apa yang sering dianggap sebagai kelemahan.

Gaya penulisan Sohn Won-pyung juga sering dipuji karena kesederhanaannya namun mampu menyampaikan makna yang dalam. Dia menggunakan bahasa yang lugas, yang cocok dengan cara Yoonjae memproses dunia. Kalimat-kalimatnya singkat dan padat, tapi berhasil memicu refleksi mendalam pada pembaca. Ini adalah buku yang relatif tipis, tapi isinya padat makna.

Novel ini bukan hanya sekadar cerita tentang seorang anak yang berbeda. Ini adalah kisah universal tentang perjuangan untuk memahami diri sendiri, menemukan koneksi dengan orang lain, dan belajar hidup di dunia yang sering kali terasa asing. Pengalaman Yoonjae, meskipun ekstrem, bisa membuat pembaca merenungkan kembali cara mereka berinteraksi dengan dunia dan orang-orang di sekitar.

Quotes dalam Novel Almond

Salah satu bagian yang paling berkesan dari sebuah novel adalah kutipan-kutipan indahnya. “Almond” punya banyak quotes yang memorable dan bisa bikin kita merenung. Ini dia beberapa di antaranya:

  1. “I had discovered that if I kept quiet when I was expected to get angry, it made me look patient. If I kept silent when I was supposed to laugh, it made me look more serious. And if I kept silent when I was expected to cry, it made me look strong.”
  2. “Parents start out with grand expectations for their kids. But when things don’t go as expected, they just want their kids to be ordinary, thinking it’s simple. But son, being ordinary is the hardest thing to achieve.”
  3. “Anyway, this sounds cliche but you’ll eventually meet the people who you’re meant to meet, no matter what happens. Time will tell if your relationship with him is meant to be.”
  4. “So, I’m going to be stronger. In my own way. In the way that feels most natural to me. I like to win. If I can’t protect myself from being hurt, I’d rather hurt other people.”
  5. “Luck plays a huge part in all the unfairness of the world. Even more than you’d expect.”
  6. “Humans are designed to move on and keep on living, after all.”
  7. “You’re basically a blank canvas. Better to fill it up with good things rather than bad things.”
  8. “The Mom who shared the details of my life and hers with somebody was not the Mom I knew. It was a relief to hear that she had that somebody.”
  9. “Too much honesty hurts others — which I had memorized over and over so that it was stuck in my brain.”
  10. “But being ordinary is the hardest thing to achieve.”

Kutipan-kutipan ini memberikan gambaran kecil tentang kebijaksanaan dan kesulitan yang dihadapi para tokoh dalam novel. Terutama kutipan nomor 2 dan 10 dari nenek Yoonjae, yang benar-benar menusuk hati dan menunjukkan betapa kompleksnya harapan orang tua dan betapa sulitnya ‘sekadar’ menjadi biasa. Kutipan nomor 1 dari Yoonjae sendiri juga menunjukkan adaptasinya dalam menghadapi dunia tanpa emosi.

Temukan Lebih Banyak di Media Lain

Kalau kamu semakin tertarik dengan novel “Almond” setelah membaca bedah buku ini, ada banyak cara lain buat mendalami ceritanya. Kamu bisa cari video review atau diskusi buku ini di YouTube. Banyak booktuber atau kreator konten yang udah membahas novel ini dari berbagai sudut pandang, mulai dari analisis karakter, tema, sampai pengaruhnya.

Menonton review dalam bentuk video bisa memberikan gambaran lain tentang buku ini, kadang disertai dengan cuplikan visual (dari sampul buku, dll.) yang bikin lebih menarik. Kamu juga bisa cari podcast atau artikel lain yang membahas alexithymia untuk menambah wawasanmu tentang kondisi yang dialami Yoonjae. Membaca atau menonton dari berbagai sumber akan memperkaya pemahamanmu tentang novel ini dan isu-isu yang diangkat.

Jadi, kalau kamu punya kuota internet lebih, jangan ragu buat browsing atau nonton video-video terkait novel “Almond”. Ini bisa jadi cara seru buat memperluas pengetahuanmu tentang buku ini dan mungkin menemukan komunitas pembaca lain yang punya minat yang sama.

Itu dia bedah buku novel “Almond” karya Sohn Won-pyung. Cerita ini memang punya daya tariknya sendiri dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi banyak pembaca.

Gimana, jadi makin penasaran buat baca novel “Almond”? Atau mungkin kamu sudah pernah baca dan punya pendapat sendiri? Yuk, share pengalaman dan pendapatmu di kolom komentar! Kita ngobrol santai soal novel keren ini!

Posting Komentar