Bedah Tuntas Novel Sendiri Tere Liye: Worth It Dibaca Nggak Nih?

Table of Contents

Novel Sendiri Tere Liye

Novel berjudul Sendiri karya penulis ternama Tere Liye ini memang penuh dengan kejutan dan pelajaran berharga buat kita renungkan. Pernah nggak sih, Grameds, kalian duduk diam merenung, lalu menyadari bahwa nggak ada satu pun di dunia ini yang benar-benar akan tinggal selamanya? Bahkan samudra yang luas pun suatu saat nanti akan mengering.

Sungai yang mengalir tanpa henti pasti akan menemukan ujung perjalanannya. Gunung-gunung yang kokoh berdiri pun perlahan akan luruh menjadi dataran. Bahkan benua-benua yang terpisah jauh pun bisa jadi akan kembali menyatu, hanya untuk kemudian terpisah lagi di masa depan yang entah kapan.

Apalagi kalau bicara soal cinta di antara sesama manusia. Ia datang, tumbuh subur dalam hati, lalu kadang perlahan memudar seiring waktu. Atau bahkan lebih menyakitkan lagi, ia bisa direnggut begitu saja tanpa pernah sempat kita ucapkan selamat tinggal. Novel ini akan mengajak kita mengikuti kisah seorang pria yang harus menghadapi kehilangan terbesarnya.

Ia ditinggalkan oleh sang istri tercinta, bukan karena perpisahan biasa yang masih bisa diupayakan kembali, melainkan oleh maut yang datang tiba-tiba tanpa isyarat sedikit pun. Kisah pilu ini menjadi inti dari novel Sendiri yang siap mengaduk-aduk emosi kalian.

Novel Sendiri memiliki ketebalan sekitar 320 halaman. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Sabak Grip pada tanggal 18 Oktober 2024. Penasaran kan, bagaimana seorang pria tegar menjalani sisa hidupnya setelah ditinggal pergi oleh belahan jiwanya?

Apakah Grameds tertarik untuk menyelami lebih jauh perjalanan emosional dan petualangan yang mungkin menanti di balik kesendirian itu? Gramin sudah menyiapkan ulasan khusus tentang novel Sendiri di bawah ini. Yuk, kita bedah tuntas bareng-bareng!

Sebelum kita membahas lebih dalam isi novelnya, ada baiknya kita kenalan dulu sama sosok luar biasa yang melahirkan karya ini. Siapa lagi kalau bukan Tere Liye, penulis favorit banyak orang di Indonesia. Mengenal penulisnya kadang bikin kita makin menghargai karyanya lho!

Profil Tere Liye – Penulis Novel Sendiri

Tere Liye, nama pena dari Darwis, adalah salah satu penulis paling produktif dan digemari di Indonesia saat ini. Beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Sejak pertama kali menjejakkan kaki di dunia literasi pada tahun 2005, Tere Liye sudah menghasilkan segudang karya yang selalu dinanti-nantikan para pembacanya dari berbagai kalangan usia.

Masa kecil Tere Liye dihabiskan di lingkungan yang sederhana. Beliau tumbuh di keluarga petani, namun kedua orang tuanya sangat gigih dan berusaha keras untuk memberikan pendidikan terbaik bagi ketujuh anak mereka, termasuk Tere Liye sendiri. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Negeri 2 Kikim Timur, lalu melanjutkan ke SMP Negeri 2 Kikim, dan akhirnya menamatkan SMA di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

Pengalaman bersekolah di luar daerah tempat tinggalnya memberikan wawasan dan sudut pandang baru bagi Tere Liye muda. Hal ini semakin memupuk ketertarikannya untuk memperluas pengetahuan melalui buku-buku yang ia lahap. Setelah lulus SMA, sebuah keputusan mengejutkan diambilnya.

Meskipun banyak yang menduga ia akan memilih jurusan sastra yang lekat dengan minat menulisnya, Tere Liye justru memutuskan melanjutkan pendidikan ke Universitas Indonesia (UI) dan memilih Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi. Pilihan ini menunjukkan betapa luasnya minat dan kecerdasan Tere Liye. Ia berhasil membuktikan bahwa latar belakang pendidikan formal di bidang ekonomi tidak menghalanginya untuk berprestasi gemilang di dunia sastra.

Tere Liye selalu menunjukkan semangat belajar dan meningkatkan keterampilan dirinya, hingga akhirnya berhasil meraih kursi di UI. Keputusan untuk menekuni bidang yang berbeda dari passion sastranya mungkin terlihat tidak biasa, tetapi hal ini justru memperkaya sudut pandangnya dalam menulis. Ia mampu menggabungkan berbagai elemen kehidupan ke dalam cerita-ceritanya.

Karya-karya Tere Liye kini telah dikenal luas di seluruh penjuru Indonesia, bahkan beberapa sudah diterjemahkan ke bahasa lain. Ia terus menginspirasi banyak orang melalui tulisan-tulisannya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna, pesan moral, dan terkadang kritik sosial. Kecintaannya terhadap pengetahuan dan dedikasinya dalam belajar telah membentuknya menjadi penulis yang tidak hanya berbakat alami, tetapi juga tekun dan berdisiplin tinggi.

Sinopsis Novel Sendiri

Dunia ini fana, tak ada yang benar-benar abadi. Ungkapan ini menjadi benang merah yang kuat dalam novel Sendiri. Lautan yang maha luas pun pada akhirnya akan mengering. Gunung-gunung yang berdiri kokoh menjulang tinggi akan runtuh dan berubah menjadi dataran. Benua-benua yang terpisah jarak ribuan kilometer pun akan terus bergerak dinamis, kadang menyatu, lalu terpisah lagi seiring pergeseran lempeng bumi.

Sama halnya dengan cinta di antara manusia. Sekuat dan sedalam apa pun ikatan itu terjalin, pada akhirnya ia akan menemukan garis finisnya. Ia bisa ditelan perlahan oleh putaran waktu yang tak kenal henti. Atau, lebih sering terjadi, ia akan dijemput paksa oleh maut yang datang tanpa permisi.

Inilah kisah yang dialami seorang pria yang sudah berusia 70 tahun. Ia harus menghadapi kenyataan paling pahit dalam hidupnya: ditinggalkan oleh sang istri untuk selamanya. Sosok yang selama puluhan tahun menjadi teman hidup, belahan jiwa, dan sandaran hatinya kini telah tiada.

Setelah sekian lama mereka berbagi suka dan duka, tawa dan tangis, kini sang pria harus belajar kembali bagaimana rasanya berjalan sendirian. Lantas, apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Bagaimana cara ia mengisi hari-hari yang tersisa di penghujung usianya?

Masihkah ada warna yang tersisa dalam kanvas kehidupannya yang kini terasa hampa? Atau apakah masih ada petualangan baru yang menantinya di depan sana?

Ataukah kini, setelah kepergian sang istri, yang tersisa hanyalah rasa sepi yang mencekam. Dan hanya ada kata… sendiri. Novel ini mengajak kita menyelami kedalaman rasa duka dan pencarian makna hidup setelah kehilangan besar.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Sendiri

Setiap karya sastra pasti punya sisi kuat dan sisi yang mungkin bisa dikembangkan lagi. Novel Sendiri ini menawarkan pengalaman membaca yang unik dengan perpaduan genre yang tak biasa. Mari kita bedah apa saja kelebihan dan kekurangan dari novel terbaru Tere Liye ini.

Kelebihan Novel Sendiri

Membaca novel Sendiri ini rasanya seperti diajak naik roller coaster emosi yang mendebarkan. Awalnya, kita disuguhi kisah yang sangat menyentuh hati tentang duka mendalam seorang pria tua yang kehilangan istrinya. Suasana melankolis dan penuh kesedihan di bab-bab awal ini benar-benar berhasil membawa pembaca ikut merasakan kepedihan sang tokoh utama.

Namun, jangan salah! Ternyata cerita ini berkembang jauh melampaui sekadar drama kesedihan. Novel ini perlahan bertransformasi menjadi sebuah petualangan yang super seru dan menegangkan, bahkan disisipi elemen fiksi ilmiah yang tidak terduga. Dengan gaya penulisan Tere Liye yang khas, ringan namun mengena, ia berhasil mengikat pembaca erat-erat. Rasanya sulit sekali meletakkan buku ini sebelum mencapai halaman terakhir karena saking penasaran.

Salah satu kekuatan utama novel ini terletak pada alur ceritanya yang dibangun dengan sangat rapi dan mengalir dengan natural. Setiap bab baru terasa seperti lapisan yang menambah kedalaman pada kisah Bambang, sang tokoh utama. Kita dibawa perlahan dari lembah kesedihan mendalam pasca-kehilangan menuju puncak petualangan yang penuh ketegangan dan kejutan tak terduga. Transisi antar adegan dan mood cerita terasa mulus, tidak ada kesan melompat-lompat atau terburu-buru yang bisa membuat pembaca bingung.

Karakter-karakter dalam novel ini, terutama Bambang, digambarkan dengan detail yang kaya. Kita tidak hanya melihatnya sebagai seorang pria yang berduka, tetapi juga sebagai sosok dengan latar belakang yang kuat, sejarah hidup yang kompleks, dan ketahanan emosional yang luar biasa dalam menghadapi badai kehidupan. Interaksi Bambang dengan keempat putrinya juga menambah dimensi humanis dalam cerita, menunjukkan bahwa duka adalah pengalaman yang dibagi dan dihadapi bersama, meski setiap individu merasakannya secara berbeda.

Hal paling menarik yang menjadi daya tarik utama novel ini adalah plot twist yang dihadirkan Tere Liye. Ketika pembaca mungkin berpikir ini hanyalah drama keluarga tentang duka dan penerimaan, tiba-tiba cerita berbelok tajam menjadi sebuah petualangan penuh aksi dan misteri. Latar waktu tahun 2025 yang dipilih penulis menjadi elemen kunci. Setting masa depan yang tidak terlalu jauh ini memungkinkan adanya sentuhan teknologi maju yang terasa relevan dan tidak terlalu alien.

Bambang yang di awal cerita tampak seperti pria pensiunan biasa ternyata memiliki rahasia besar: ia adalah seorang pengusaha cum ilmuwan hebat di balik penemuan teknologi canggih yang sangat bernilai. Kehidupan yang terlihat sepi dan monoton setelah kepergian istrinya justru menyeret Bambang ke dalam situasi-situasi mendebarkan yang melibatkan intrik, bahaya, dan konspirasi tingkat tinggi. Perpaduan antara drama emosional, petualangan thriller, dan elemen futuristik ini menjadikan novel ini sangat unik.

Setiap halaman menawarkan sesuatu yang baru dan tidak terduga, membuat pembaca terus menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Tere Liye berhasil menciptakan kombinasi genre yang tidak lazim namun ternyata sangat berhasil mengaduk emosi pembaca. Kita diajak merasakan duka, ketegangan, dan kagum akan kecanggihan teknologi fiktif sekaligus. Ini adalah pengalaman membaca yang sangat memuaskan bagi mereka yang menyukai cerita dengan lapisan makna dan plot twist yang cerdas.

Kekurangan Novel Sendiri

Meskipun novel Sendiri menawarkan banyak kelebihan dan pengalaman membaca yang unik, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi catatan bagi sebagian pembaca. Transisi genre yang cukup drastis dari drama kesedihan di awal cerita menjadi petualangan thriller futuristik di bagian tengah hingga akhir, meski menjadi kejutan yang menarik bagi banyak orang, mungkin terasa sedikit abrupt atau kurang mulus bagi pembaca yang mengharapkan fokus lebih pada eksplorasi duka dan penerimaan secara mendalam. Beberapa pembaca bisa jadi merasa elemen emosional yang kuat di awal agak tergeser oleh aksi dan ketegangan plot.

Selain itu, dengan banyaknya elemen plot dan sub-plot yang diperkenalkan seiring cerita berkembang, terutama yang berkaitan dengan teknologi canggih dan konspirasi, ada kemungkinan beberapa detail terasa kurang dikembangkan sepenuhnya. Beberapa penjelasan teknis atau motivasi karakter antagonis mungkin bisa digali lebih dalam lagi untuk memberikan kepuasan yang lebih utuh bagi pembaca yang kritis terhadap aspek sci-fi dan thriller dalam cerita. Namun, ini adalah hal yang sangat subjektif dan tergantung selera masing-masing pembaca. Secara keseluruhan, novel ini tetap menawarkan narasi yang kuat dan engaging.

Pesan Moral Novel Sendiri

Novel Sendiri ini tidak hanya menyajikan kisah yang menghibur atau mendebarkan, tetapi juga sarat dengan pesan moral yang relevan bagi kehidupan kita sehari-hari. Kehilangan adalah bagian yang tak terhindarkan dari siklus kehidupan, dan novel ini dengan jujur menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar siap untuk menghadapinya. Bambang dan keempat putrinya mengalami duka yang sangat mendalam setelah kepergian Susi, istri dan ibu mereka.

Mereka menunjukkan bagaimana rasanya remuk redam ditinggalkan oleh orang terkasih. Namun, novel ini mengajarkan realitas yang keras: hidup tidak akan berhenti hanya karena kita sedang terluka. Waktu akan terus berjalan, dan perlahan tapi pasti, mereka semua harus belajar untuk menerima kenyataan itu, sekecil apa pun langkah penerimaan itu di awal. Novel ini mengingatkan kita bahwa setiap perpisahan, meskipun menyakitkan, bukanlah titik akhir segalanya. Justru, ia bisa menjadi awal dari sesuatu yang baru.

Sesuatu yang baru itu bisa berupa kebijaksanaan yang didapat dari pengalaman pahit. Bisa juga berupa kekuatan baru yang tidak kita sadari ada dalam diri kita untuk terus melangkah. Atau, seperti yang dialami Bambang, perpisahan itu justru membuka jalan menuju petualangan yang sama sekali tak terduga sebelumnya. Sendiri juga membawa kita pada perjalanan nostalgia.

Novel ini mengajak kita kembali mengenang masa kecil yang seringkali terasa lebih sederhana dan penuh kebahagiaan. Kenangan itu, entah manis atau pahit, membentuk siapa kita hari ini. Novel ini mendorong kita untuk berdamai dengan masa lalu, menerima setiap luka yang pernah tertoreh, dan menjadikannya bekal untuk melangkah menuju masa depan dengan hati yang lebih bijaksana dan lapang.

Di sisi lain, novel ini juga menyelipkan kritik tajam tentang sifat dasar manusia, yaitu keserakahan. Ditunjukkan bagaimana manusia seringkali didorong oleh keinginan untuk memiliki lebih dan lebih lagi, tanpa pernah benar-henti merasa cukup. Dalam pengejaran materi atau kekuasaan itu, kita sering lupa akan satu-satunya hal yang paling berharga dan tidak bisa dibeli kembali dengan harta sebanyak apa pun: waktu.

Waktu yang berlalu bersama orang-orang terkasih. Waktu untuk menciptakan kenangan indah. Novel ini menjadi pengingat yang kuat untuk lebih menghargai setiap momen yang kita miliki, setiap detik yang kita habiskan bersama orang-orang yang kita cintai, sebelum semuanya hanya tinggal kenangan yang tak bisa diulang. Ini adalah pesan yang timeless dan sangat penting untuk direnungkan di tengah hiruk pikuk kehidupan modern.

Siapa yang Cocok Baca Novel Ini?

Novel Sendiri karya Tere Liye ini bisa dibilang punya daya tarik yang cukup luas karena perpaduan genrenya. Kalau kamu suka novel drama yang menyentuh hati, terutama yang mengangkat tema keluarga dan kehilangan, kamu pasti akan terhubung dengan bab-bab awalnya. Kisah perjuangan Bambang dan keluarganya dalam menghadapi duka akan sangat relatable.

Namun, kalau kamu juga seorang pembaca yang menyukai thriller penuh misteri dan petualangan yang menegangkan, novel ini juga cocok banget buat kamu. Perubahan alurnya yang tidak terduga akan membuatmu terus membalik halaman. Ditambah lagi, jika kamu tertarik dengan fiksi ilmiah yang berlatar masa depan tidak terlalu jauh dengan sentuhan teknologi canggih, novel ini menawarkan elemen tersebut dengan porsi yang pas.

Novel ini ideal untuk pembaca yang terbuka dengan perpaduan genre dan menikmati kejutan dalam sebuah cerita. Jika kamu mencari novel yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan insight tentang kehidupan, duka, penerimaan, dan pentingnya menghargai waktu, Sendiri bisa jadi pilihan yang tepat. Novel ini cocok untuk pembaca remaja hingga dewasa yang menyukai gaya penceritaan Tere Liye yang mudah dipahami namun tetap punya kedalaman.

Worth It Dibaca Nggak Nih?

Melihat ulasan lengkap di atas, muncul pertanyaan besar: novel Sendiri ini worth it atau layak banget nggak sih buat dibaca? Jawabannya, menurut Gramin, adalah ya, sangat worth it! Novel ini menawarkan lebih dari sekadar satu genre cerita. Kamu akan mendapatkan paket lengkap: drama emosional yang menyentuh, petualangan thriller yang mendebarkan, dan sentuhan fiksi ilmiah yang menarik.

Perpaduan unik ini membuat Sendiri terasa segar dan berbeda dari novel-novel Tere Liye sebelumnya yang mungkin lebih fokus pada satu genre spesifik (seperti fantasi serial Bumi atau roman Hafalan Shalat Delisa). Kemampuan Tere Liye meramu elemen-elemen ini dalam satu narasi yang kohesif patut diacungi jempol. Meskipun ada sedikit transisi genre yang mungkin perlu adaptasi, keseluruhan cerita disajikan dengan alur yang rapi dan karakter yang kuat, terutama Bambang.

Pesan moral tentang kehilangan, penerimaan, nostalgia, dan pentingnya menghargai waktu juga disampaikan dengan cara yang tidak menggurui, melainkan terjalin kuat dalam perjalanan sang tokoh utama. Novel ini tidak hanya akan menghiburmu, tetapi juga mengajakmu merenung tentang arti hidup dan hubungan antarmanusia. Jadi, jika kamu mencari bacaan yang kaya rasa, penuh kejutan, dan meninggalkan kesan mendalam, novel Sendiri ini layak banget untuk masuk daftar bacaanmu. Siap-siap dibuat penasaran sampai halaman terakhir ya!

Rekomendasi Buku

Setelah membaca ulasan novel Sendiri, mungkin kamu jadi ingin mencari bacaan lain yang sejenis atau karya penulis yang sama. Tere Liye punya banyak buku lain yang nggak kalah menarik. Selain itu, ada juga buku-buku dari penulis lain dengan tema yang mungkin relevan. Berikut beberapa rekomendasi buku yang bisa kamu pertimbangkan:

Selamat Tinggal

Novel ini juga merupakan karya Tere Liye. Selamat Tinggal menceritakan kisah Sintong Tinggal, seorang mahasiswa abadi Fakultas Sastra yang sudah tujuh tahun belum lulus. Ia bekerja sebagai penjaga toko buku ‘Berkah’ yang unik, letaknya di dekat stasiun kereta listrik. Jangan bayangkan toko buku modern ya. Toko milik Pak Lik ini jauh dari kesan mewah, hanya bermodal kipas angin tua yang berderit.

Sayangnya, nama ‘Berkah’ tampaknya tidak sesuai dengan kenyataan. Toko buku yang dijaga Sintong ternyata menjual berbagai buku bajakan. Bagi Sintong, hal ini sangat bertentangan dengan idealisme sastranya. Ia merasa seperti menggadaikan prinsipnya dan ikut terlibat dalam praktik ilegal, serta merampas hak kekayaan intelektual milik orang lain. Novel ini mengajak kita melihat dilema moral yang dihadapi Sintong, mempertanyakan di mana letak ‘berkah’ dari bisnis yang tidak jujur. Cerita ini mungkin akan relate dengan kamu yang peduli isu hak cipta dan idealisme anak muda.

Jengki

Nah, buku ini cocok dibaca untuk kamu yang suka cerita ringan namun mengharukan. Jengki adalah kisah tentang sebuah sepeda. Iya, benar, sepeda! Apakah kamu punya sepeda di rumah? Bisa naik sepeda? Seru ya rasanya bersepeda keliling komplek, ke taman, atau jalan-jalan bareng keluarga atau teman? Buku ini mengangkat kisah dari sudut pandang sebuah sepeda bernama JENGKI.

Jengki ini bukan sepeda biasa, lho. Dia adalah sepeda yang amat setia. Selama berpuluh-puluh tahun, Jengki selalu menemani pemiliknya dalam suka dan duka. Dia selalu bisa diandalkan dalam berbagai cuaca, melintasi hujan deras atau terik matahari. Jengki juga berjasa membantu pemiliknya bekerja mengantar surat. Namun, seperti halnya semua benda, suatu hari Jengki harus berpisah dengan pemiliknya. Ke mana Jengki akan pergi setelah perpisahan itu? Kalian pasti penasaran kan? Mari kita baca kisah seru dan menyentuh ini tentang petualangan sebuah sepeda bernama Jengki.

Suku Penunggang Layang-layang

Buku rekomendasi berikutnya ini bergenre fantasi dan cocok untuk pembaca muda atau yang menyukai cerita unik. Suku Penunggang Layang-layang bercerita tentang Tetukong, seorang anak penggembala ternak. Di suku Tetukong, ada tradisi unik: mereka tidak menggiring ternak dengan cara biasa, melainkan dengan menunggang layang-layang berukuran besar! Wow, hebat sekali ya suku mereka!

Persis di hari ulang tahunnya yang ke-12, Tetukong harus menjalani ujian penting bagi sukunya: menunggang layang-layang untuk pertama kalinya. Namun, Tetukong punya rahasia yang membuatnya kesulitan menghadapi ujian ini. Rahasia itu adalah rasa takut. Ia sangat ingin bisa terbang di udara, menaiki layang-layang raksasa itu bersama teman-temannya. Apakah Tetukong berhasil menaklukkan rasa takutnya dan melewati ujian tersebut? Kisah ini mengajarkan kita bahwa tidak apa-apa merasa takut. Hal yang terpenting adalah kita terus melangkah maju, mencoba mencari cara untuk mengatasi ketakutan itu, dan tidak menyerah pada impian kita.

Grameds, sekian ulasan dan informasi yang bisa Gramin berikan tentang novel Sendiri karya Tere Liye dan beberapa rekomendasi buku lainnya. Gimana? Makin penasaran dan nggak sabar kan untuk membaca novel Sendiri? Novel ini menawarkan pengalaman membaca yang kaya dan penuh kejutan.

Yuk, langsung saja dapatkan buku ini dan buku-buku best seller lainnya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk menemani petualangan literasimu.


Sudah ada yang baca novel Sendiri? Atau mungkin penasaran banget pengen baca? Bagaimana pendapatmu tentang perpaduan genre yang tidak terduga dalam novel ini? Bagikan uneg-uneg atau ekspektasimu di kolom komentar ya!

Posting Komentar