Rem Motor Matik Blong di Turunan? Tenang, Ini Jurus Ampuhnya!

Table of Contents

Mengalami rem blong saat mengendarai motor matik di jalan turunan memang jadi mimpi buruk buat semua pengendara. Situasi ini bukan cuma bikin kaget, tapi beneran mengancam keselamatan. Gak heran kalau banyak yang langsung panik dan malah bikin keadaan makin parah. Panik itu musuh utama di jalan, apalagi pas darurat begini. Otak jadi susah mikir jernih buat ambil keputusan yang pas.

Bayangin aja, lagi asyik melibas turunan, eh tiba-tiba handel rem ditekan kok los aja, gak ada perlawanan sama sekali. Atau pedal rem di kaki diinjek tapi motor tetap meluncur kencang. Jantung langsung deg-degan, tangan keringetan dingin, pandangan mulai kabur karena saking cemasnya. Reaksi alami kita pasti kaget dan tegang. Tapi di momen krusial inilah kita dituntut buat bisa mengendalikan diri secepat mungkin.

Rem Motor Matik Blong di Turunan

Menurut Victor Assani, Ketua Bidang Road Safety and Motorsport Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), kemungkinan rem blong itu memang selalu ada, meskipun kita gak berharap kejadian. Jadi, persiapan dan antisipasi itu nomor satu. Kalaupun apes kejadian, hal paling penting yang harus dilakukan pertama kali adalah menekan rasa panik itu sendiri.

Victor bilang, dengan gak panik, kita masih punya “sisa” otak buat berpikir dan bertindak. Ibaratnya, kalau panik 100%, kita gak bisa ngapa-ngapain. Tapi kalau panik bisa ditekan jadi 50% aja, masih ada 50% kemampuan berpikir dan beraksi yang bisa kita gunakan buat nyelamatin diri. Jadi, langkah awal saat merasakan rem blong di turunan adalah, tarik napas dalam-dalam secepat mungkin, coba fokus, dan sadari kalau kamu lagi dalam bahaya dan butuh bertindak cepat dan tepat.

Menyelamatkan Diri Saat Rem Blong: Prioritaskan Keselamatan!

Kalau rem beneran blong dan motor terus meluncur tak terkendali di turunan, Victor Assani menyarankan satu hal penting: jangan matikan mesin! Ini mungkin terdengar aneh, tapi ada alasannya. Meskipun motor matik minim engine braking (perlambatan yang dihasilkan dari putaran mesin seperti pada motor manual), mesin yang hidup itu satu-satunya sumber “perlawanan” terhadap laju motor yang semakin kencang. Dengan mesin hidup, kamu masih punya sedikit kontrol.

Cobalah untuk tetap memutar gas sedikit saja agar mesin tetap hidup dan tidak mati mendadak. Mesin yang hidup ini, meskipun gak bisa ngerem, setidaknya memberikan sedikit hambatan dan kamu masih bisa mengontrol arah motor. Nah, sambil mempertahankan mesin tetap hidup dan mengontrol setang, mata kamu harus scanning area sekitar dengan cepat. Cari tempat yang sekiranya aman untuk menjatuhkan diri atau menghentikan laju motor secara paksa.

Tempat yang ideal untuk “buang motor” atau menjatuhkan diri saat rem blong adalah area yang lunak. Victor menyarankan mencari semak-semak atau area berumput tebal di pinggir jalan. Menjatuhkan motor ke semak-semak akan membantu menyerap energi benturan dan memperlambat laju motor dengan lebih aman daripada membentur aspal atau tembok. Hindari membanting motor ke aspal keras atau trotoar karena risiko cedera parah akan jauh lebih tinggi.

Yang paling krusial dari saran Victor adalah: menyelamatkan diri sendiri jauh lebih berharga dari menyelamatkan motor. Jangan ragu untuk “mengorbankan” motor demi keselamatan jiwa kamu. Harta bisa dicari lagi, tapi nyawa tidak ada gantinya. Jadi, kalau memang sudah tidak ada pilihan lain selain menjatuhkan motor ke tempat yang lebih aman, lakukan itu tanpa pikir panjang. Cedera ringan akibat jatuh di semak-semak jauh lebih baik daripada cedera fatal akibat menabrak sesuatu dengan kecepatan tinggi.

Selain tindakan fisik, Victor juga menekankan pentingnya memberikan sinyal darurat ke orang lain. Dalam situasi rem blong, berteriak sekuat tenaga dan membunyikan klakson terus-menerus itu penting banget. Teriakan dan bunyi klakson panjang akan memberitahu orang-orang di sekitar bahwa kamu dalam bahaya dan ada sesuatu yang salah dengan motormu. Ini bisa membuat mereka menyingkir dari jalurmu sehingga tidak menimbulkan korban tambahan.

Bayangkan kalau kamu meluncur kencang tanpa rem dan ada orang atau kendaraan lain di depan yang tidak tahu kondisimu. Klakson panjang dan teriakan akan menjadi peringatan paling efektif. Mereka jadi punya waktu untuk menghindar. Selain itu, bunyi klakson dan teriakan juga bisa menarik perhatian warga sekitar yang mungkin bisa memberikan pertolongan atau setidaknya menjadi saksi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Jangan malu atau ragu membunyikan klakson terus-menerus, ini demi keselamatan bersama.

Strategi Tambahan dari Pakar Safety Riding

Selain tips dari Victor, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menambahkan beberapa strategi penting, terutama dalam hal pencegahan dan tindakan saat darurat. Sony setuju bahwa gagal berhenti akibat rem blong bisa diminimalisir atau diatasi jika kita tahu cara mengontrol kecepatan, terutama sebelum masuk ke turunan panjang.

Sony menekankan pentingnya mengurangi kecepatan kendaraan sebelum memulai turunan yang curam atau panjang. Jangan menunggu di tengah turunan baru sibuk ngerem. Persiapan itu kunci. Sebelum memasuki turunan, kurangi kecepatan secara bertahap. Untuk motor matik, kamu bisa melakukan pengereman ringan secara bergantian antara rem depan dan rem belakang.

Tekniknya adalah pengereman intermiten atau putus-putus, bukan terus-menerus menekan rem dalam-dalam. Tekan rem depan sebentar, lepas. Tekan rem belakang sebentar, lepas. Ulangi proses ini. Tujuan pengereman ini hanya untuk “menahan” laju motor agar tidak semakin kencang, bukan untuk berhenti total. Melakukan pengereman terus-menerus dalam-dalam saat turunan justru bisa bikin rem panas berlebih (disebut brake fade) dan akhirnya blong. Pengereman bergantian dan putus-putus memberi kesempatan rem untuk sedikit mendingin.

Sony juga menyinggung soal metode berjalan zig-zag saat turunan untuk mengurangi laju. Secara teori, ini memang bisa memperlambat laju karena menambah jarak tempuh dan membuat sudut jalan terasa lebih landai. Tapi, Sony menegaskan bahwa teknik ini sangat berbahaya untuk motor, terutama di jalan turunan pegunungan yang seringkali lebarnya terbatas dan tidak ada marka jalan yang jelas.

Berjalan zig-zag di turunan dengan motor sangat berisiko kehilangan keseimbangan, masuk ke jalur lawan, atau menabrak pembatas jalan. Motor jauh lebih tidak stabil dibanding mobil untuk melakukan manuver zig-zag ekstrem di kecepatan tinggi. Jadi, lupakan teknik zig-zag ini kalau kamu naik motor matik di turunan. Fokuslah pada pengereman intermiten dan mengontrol arah.

Satu larangan keras dari Sony yang harus diingat baik-baik: jangan pernah mencoba menurunkan kaki untuk menahan laju motor saat rem blong! Ini adalah kesalahan fatal yang sering dilakukan pengendara panik. Kaki manusia tidak didesain untuk menahan beban dan kecepatan motor. Mencoba menahan laju dengan kaki hanya akan menyebabkan cedera parah seperti patah tulang, dislokasi sendi, atau luka parah akibat terseret di aspal (road rash). Motor tetap meluncur, kakimu yang jadi korban.

Sony menyarankan, daripada mengorbankan anggota tubuh, lebih baik fokuskan tenaga dan pikiran untuk mengarahkan kendaraan ke jalur evakuasi yang aman, kalau ada. Jalur evakuasi ini biasanya berupa area berpasir atau kerikil di pinggir jalan turunan curam yang sengaja dibuat untuk memperlambat kendaraan yang mengalami rem blong. Kalau tidak ada jalur evakuasi khusus, carilah area lunak di pinggir jalan seperti yang disebutkan Victor.

Sambil mengarahkan motor ke tempat yang dirasa paling aman, jangan lupa bunyikan klakson panjang terus-menerus seperti saran Victor. Ini adalah cara paling efektif untuk memberitahu semua orang di sekitarmu bahwa ada bahaya yang sedang meluncur. Klakson ini bisa jadi penyelamat ganda: menyelamatkan dirimu dari menabrak orang atau benda, dan menyelamatkan orang lain dari ditabrak olehmu.

Mengapa Rem Blong Sering Terjadi di Turunan pada Motor Matik?

Untuk bisa mencegah, kita perlu paham dulu kenapa rem blong ini bisa kejadian, khususnya di motor matik dan saat turunan. Penyebab utamanya ada dua: brake fade dan minimnya engine braking.

1. Brake Fade (Rem Panas Berlebih): Ini penyebab paling umum rem blong di turunan, baik pada motor matik maupun manual. Saat kita menekan rem secara terus-menerus dalam waktu lama, gesekan antara kampas rem dan cakram (atau tromol) akan menghasilkan panas yang luar biasa. Panas ini lama-kelamaan akan membuat performa rem menurun drastis.

Pada rem hidrolik (cakram), panas berlebih bisa memanaskan minyak rem. Minyak rem yang panas bisa mendidih dan menghasilkan gelembung udara. Adanya gelembung udara dalam sistem rem membuat tekanan hidrolik tidak tersalur sempurna, alhasil rem terasa ngelos atau blong saat ditekan.

Pada rem mekanik (tromol), panas berlebih bisa membuat material kampas rem dan tromol mengembang. Pengembang ini mengurangi daya cengkeram kampas pada tromol, sehingga rem jadi tidak pakem atau bahkan blong sama sekali.

Turunan panjang dan curam membuat pengendara cenderung terus-menerus menekan rem untuk menahan laju. Ini adalah kondisi sempurna untuk memicu brake fade.

2. Minimnya Engine Braking: Motor manual punya kelebihan engine braking. Saat tuas gas ditutup dan gigi diturunkan, putaran mesin akan ikut melambat dan membantu memperlambat laju motor tanpa harus banyak menggunakan rem. Ini sangat membantu saat turunan karena beban kerja rem jadi berkurang.

Motor matik berbeda. Sistem transmisinya otomatis (menggunakan V-belt dan puli) yang tidak memberikan efek engine braking sekuat motor manual. Saat gas ditutup di turunan, motor matik cenderung tetap meluncur bebas dengan minim hambatan dari mesin. Akibatnya, satu-satunya cara menahan laju adalah sepenuhnya mengandalkan rem. Beban kerja rem jadi sangat berat di turunan panjang, sehingga lebih rentan mengalami panas berlebih dan brake fade.

Kombinasi dua faktor ini membuat motor matik memang punya risiko lebih tinggi mengalami rem blong di turunan curam jika pengendara tidak memahami cara pengereman yang benar dan mengandalkan rem terus-menerus.

Pencegahan Lebih Baik dari Mengobati

Daripada pusing mikirin cara nyelamatin diri saat rem blong, jauh lebih bijak kalau kita melakukan pencegahan biar rem blong gak kejadian sama sekali. Pencegahan ini melibatkan perawatan rutin dan teknik berkendara yang benar.

1. Perawatan Rem Rutin: Ini paling utama. Jangan tunda servis rem.
* Cek Kampas Rem: Pastikan kampas rem depan dan belakang masih tebal. Kampas yang tipis tidak hanya kurang pakem, tapi juga bisa mempercepat panas berlebih. Ganti kampas rem secara berkala sesuai rekomendasi pabrikan atau jika sudah mencapai batas aus.
* Cek Minyak Rem (Rem Cakram): Pastikan volume minyak rem di tabung reservoir ada di antara batas minimum dan maksimum. Cek juga kondisi minyak rem, apakah masih bening kekuningan atau sudah keruh bahkan menghitam. Minyak rem yang kotor atau sudah lama tidak diganti performanya menurun dan titik didihnya bisa lebih rendah, sehingga lebih gampang panas dan memicu brake fade. Ganti minyak rem secara berkala, umumnya setiap 2 tahun.
* Bleeding Rem (Rem Cakram): Kalau rem terasa agak ngempos atau ada gelembung udara di selang, segera lakukan bleeding untuk mengeluarkan udara dari sistem hidrolik. Udara dalam sistem rem bisa bikin rem blong.
* Cek Mekanisme Rem (Rem Tromol): Untuk rem tromol, cek kondisi kampas dan setelan kabel rem. Pastikan kabel rem tidak seret atau karatan. Setel kekencangan kabel rem agar rem pakem tapi tidak terlalu kencang.
* Bersihkan Komponen Rem: Kotoran, debu, atau oli yang menempel pada cakram, kampas, atau tromol bisa mengganggu performa rem. Bersihkan secara berkala saat servis.

2. Teknik Pengereman Saat Turunan:
* Antisipasi: Kenali rute yang akan dilalui. Kalau tahu ada turunan panjang dan curam, bersiaplah dari jauh. Kurangi kecepatan sebelum masuk turunan.
* Gunakan Rem Secukupnya: Saat di turunan, hindari menekan rem terus-menerus dan dalam. Gunakan teknik pengereman intermiten atau putus-putus, bergantian antara rem depan dan belakang secara ringan, hanya untuk menahan laju. Ini memberi kesempatan rem untuk mendingin.
* Manfaatkan Engine Braking (Sebisa Mungkin): Meskipun motor matik minim engine braking, menutup gas sepenuhnya saat turunan tetap memberikan sedikit efek perlambatan dibanding gas dibuka atau diputar sedikit. Jadi, saat turunan, tutup gas dan biarkan motor melaju dengan perlambatan alami dari mesin (sekecil apapun itu), kombinasikan dengan pengereman intermiten.
* Pilih Jalur yang Tepat: Saat menuruni bukit, coba pilih jalur yang paling landai jika memungkinkan (misalnya agak ke pinggir jalan jika aman dan tidak membahayakan). Tapi ingat, jangan sampai melakukan manuver zig-zag ekstrem yang berbahaya seperti yang disebutkan Sony.

3. Kenali Batas Motor dan Kemampuan Diri: Setiap motor punya batas kemampuannya, begitu juga remnya. Jangan memaksakan motor matik melewati turunan super ekstrem dengan kecepatan tinggi jika remnya tidak didesain untuk itu. Sesuaikan kecepatan dengan kondisi motor dan kemampuan remnya. Jangan melebihi batas aman.

4. Kondisi Fisik Pengendara: Pastikan kondisi fisik kamu fit saat berkendara jarak jauh atau melibas rute menantang. Tubuh yang lelah atau mengantuk bisa menurunkan fokus dan reaksi, padahal saat di turunan, fokus dan reaksi cepat itu krusial.

Setelah Insiden Terjadi

Kalau skenario rem blong dan pengereman darurat (termasuk menjatuhkan motor) sudah terjadi, ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan:

  1. Periksa Kondisi Diri Sendiri: Prioritas utama adalah keselamatanmu. Cek apakah ada luka serius. Jika ya, segera cari pertolongan pertama. Kalau tidak ada luka fisik yang berarti, coba tenangkan diri sejenak.
  2. Periksa Kondisi Motor: Setelah yakin kamu aman, cek kondisi motor. Seberapa parah kerusakannya? Apakah masih bisa dikendarai (setelah rem diperbaiki tentunya)?
  3. Amankan Lokasi: Jika motor tergeletak di tengah jalan atau di lokasi berbahaya, coba pindahkan ke tempat yang lebih aman di pinggir jalan jika memungkinkan. Pasang tanda bahaya jika ada.
  4. Hubungi Bantuan: Telepon teman, keluarga, atau layanan derek jika motor tidak bisa diperbaiki di tempat atau tidak aman untuk dikendarai. Jika ada korban luka, segera hubungi layanan darurat.
  5. Belajar dari Pengalaman: Evaluasi apa yang terjadi. Apakah karena rem tidak dirawat? Apakah karena salah teknik pengereman? Jadikan ini pelajaran berharga agar tidak terulang di kemudian hari.

Rem blong di turunan memang situasi menegangkan, tapi dengan bekal pengetahuan yang cukup tentang cara mengatasinya dan, yang paling penting, cara mencegahnya, risiko bisa diminimalisir. Ingat selalu, keselamatan itu nomor satu. Jangan pernah remehkan kondisi rem motormu, apalagi kalau sering melewati jalur pegunungan atau turunan panjang.

Gimana, ada pengalaman ngeri soal rem blong atau tips lain yang mau dibagi? Atau mungkin ada pertanyaan seputar perawatan rem motor matik? Yuk, cerita dan diskusi di kolom komentar! Pengalaman dan pengetahuan kita bisa saling membantu pengendara lain biar #SelamatSampaiTujuan.

Posting Komentar