Awas! 20 Jurusan Kuliah Ini Katanya Paling Susah Cari Kerja (Update!)
Memilih jurusan kuliah itu ibarat memilih jalan hidup. Di tengah persaingan dunia kerja yang makin ketat, keputusan ini bukan cuma soal “suka” atau “passion”, tapi juga realistis melihat peluang. Banyak yang berharap setelah lulus bisa langsung dapat kerja yang layak, tapi kenyataannya enggak semulus itu buat semua jurusan. Ada beberapa bidang studi yang lulusannya disebut-sebut punya tingkat pengangguran lebih tinggi dibanding yang lain.
Data terbaru dari Visualcapitalist berdasarkan laporan Federal Reserve Bank of New York ngasih gambaran nih. Ternyata, ada beberapa jurusan yang lulusannya perlu effort ekstra buat nyari posisi di pasar kerja. Ini bisa jadi semacam “lampu kuning” buat calon mahasiswa atau yang lagi merencanakan karier ke depan. Bukan berarti jurusan-jurusan ini jelek ya, tapi tantangan di depannya memang butuh strategi yang berbeda.
Mengapa Beberapa Jurusan Lebih Menantang?¶
Tingkat pengangguran yang tinggi di beberapa jurusan bisa dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah ketidaksesuaian antara supply (jumlah lulusan) dan demand (kebutuhan industri) di pasar kerja. Bisa juga karena keterampilan yang diajarkan di kampus kurang up-to-date dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan riil di lapangan.
Selain itu, kondisi ekonomi makro juga sangat berpengaruh. Saat ekonomi lesu, perusahaan cenderung mengerem rekrutmen, dan ini paling berdampak pada bidang-bidang yang dianggap bukan prioritas utama atau yang sudah kelebihan pasokan tenaga kerja. Jadi, tantangan ini bukan cuma karena mahasiswanya kurang pintar, tapi lebih karena dinamika pasar yang kompleks.
Daftar Jurusan yang Disebut Berisiko Tinggi¶
Menurut data yang ada, beberapa bidang studi memang menunjukkan tingkat pengangguran lulusan yang cukup bikin was-was. Angkanya bahkan ada yang jauh di atas rata-rata nasional. Ini artinya, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di bidang-bidang ini memang sangat sengit.
Jurusan-Jurusan Humaniora dan Ilmu Sosial¶
Dari laporan tersebut, Antropologi disebut jadi jurusan dengan tingkat pengangguran paling tinggi, mencapai 9,4%. Angka ini cukup signifikan lho, meskipun di sisi lain, jurusan ini mencatatkan potensi pendapatan pertengahan karier yang lumayan, sekitar US$70.000 per tahun. Ini menunjukkan kalaupun gajinya bagus, pintu masuk ke dunia kerjanya yang sulit.
Sosiologi juga masuk dalam daftar ini, dengan tingkat pengangguran di kisaran 6,7%. Lulusan sosiologi punya kemampuan analisis sosial yang kuat, tapi seringkali perlu mengadaptasi keterampilan ini ke bidang-bidang yang lebih spesifik dan dibutuhkan pasar, seperti riset pasar, HRD, atau kebijakan publik. Adaptasi ini yang kadang butuh perjuangan lebih.
Jurusan Liberal Arts juga disebut punya risiko, dengan tingkat pengangguran sekitar 5,5%. Liberal Arts itu kan bidang yang luas banget, mencakup berbagai ilmu sosial dan humaniora. Kelebihannya di kemampuan berpikir kritis dan komunikasi, tapi kekurangannya seringkali kurang spesifik ke satu profesi, sehingga butuh pengkhususan atau keterampilan tambahan.
Bidang Seni dan Desain¶
Rumpun seni dan desain juga enggak luput dari tantangan. Seni Komersial dan Desain Grafis tercatat punya tingkat pengangguran sekitar 7,2%, sementara Seni Rupa di angka 7%. Bidang-bidang ini sangat mengandalkan bakat, kreativitas, dan portofolio.
Persaingan di industri kreatif memang sangat ketat, apalagi dengan banyaknya freelancer dan perubahan tren yang cepat. Lulusan seni dan desain harus benar-benar menonjolkan keunikan dan kemampuan adaptasi mereka terhadap teknologi baru dan platform digital kalau mau bersaing.
Bahasa dan Komunikasi¶
Jurusan Bahasa Inggris dan Jurnalisme juga masuk dalam daftar jurusan yang lulusannya agak sulit cari kerja, dengan tingkat pengangguran di kisaran 4,4% hingga 5%. Di era digital ini, peran jurnalis tradisional memang berubah drastis, dan kebutuhan akan keterampilan digital (seperti jurnalisme data, SEO, konten digital) jadi sangat penting.
Sementara itu, lulusan Bahasa Inggris seringkali perlu mengarahkan kemampuannya ke bidang lain seperti penerjemahan, pengajaran, penulisan kreatif, atau bahkan marketing digital. Kemampuan komunikasi dan analisis teks mereka sebenarnya berharga, tapi perlu “dijual” dalam konteks industri yang spesifik.
Kok Ada Jurusan STEM?¶
Yang agak mengejutkan, beberapa jurusan dari bidang Sains dan Teknologi (STEM) yang selama ini dianggap paling menjanjikan, ternyata juga muncul di daftar ini. Fisika ada di urutan kedua dengan tingkat pengangguran 7,8%, dan Teknik Komputer di angka 7,5%. Ilmu Komputer juga disebut punya angka di atas 6%.
Ini menarik, karena selama ini kita sering dengar lulusan IT atau teknik itu paling dicari. Munculnya mereka di daftar ini bisa jadi sinyal bahwa pasar kerja di bidang teknologi juga makin spesifik kebutuhannya. Mungkin lulusan-lulusan ini perlu punya spesialisasi tertentu (misalnya * cybersecurity, *data science, AI) atau keterampilan praktis yang lebih mendalam di luar kurikulum standar. Persaingan juga ketat karena banyak pendatang baru di bidang ini.
Paradoks STEM: Gaji Tinggi Tak Jamin Pekerjaan?¶
Poin penting lainnya dari data ini adalah tentang gaji. Beberapa jurusan dengan tingkat pengangguran tinggi justru punya potensi gaji pertengahan karier yang lumayan, bahkan tinggi. Misalnya, Teknik Komputer bisa mencapai US$120.000 per tahun, sedangkan Fisika dan Antropologi sekitar US$70.000.
Ini bukti kalau besaran gaji potensial di suatu bidang tidak otomatis menjamin mudahnya mendapatkan pekerjaan. Akses ke pekerjaan itu lebih ditentukan oleh relevansi keterampilan yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan industri saat ini dan di masa depan. Jurusan yang gajinya tinggi tapi cuma butuh sedikit tenaga kerja atau butuh tenaga kerja dengan kualifikasi sangat spesifik (misalnya level S2/S3 atau skill langka) tentu akan lebih sulit ditembus dibanding jurusan yang pasarnya lebih luas, meskipun gajinya mungkin tidak setinggi itu.
Jadi, gelar sarjana saja tidak cukup. Lulusan perlu terus mengasah keterampilan yang aplikatif dan fleksibel, yang bisa digunakan di berbagai sektor atau profesi. Ini termasuk keterampilan teknis, keterampilan lunak (soft skills), dan kemampuan beradaptasi.
Jadi, Bagaimana Strateginya?¶
Buat kamu yang mungkin saat ini kuliah di salah satu jurusan “berisiko tinggi” ini, atau calon mahasiswa yang tertarik dengan bidang-bidang ini, jangan langsung pesimis. Mengetahui tantangannya justru jadi modal awal untuk menyiapkan strategi yang tepat.
Pentingnya Keterampilan Tambahan¶
Ini mungkin nasihat paling penting. Apapun jurusannya, lengkapi diri dengan keterampilan yang dibutuhkan pasar. Kalau kuliah di bidang seni, coba belajar digital marketing atau web design. Kalau di humaniora, asah kemampuan analisis data atau kuantitatif. Lulusan bahasa bisa ambil kursus copywriting atau SEO. Lulusan fisika atau matematika bisa belajar programming atau data science.
Banyak platform belajar online yang nawarin kursus-kursus singkat tapi intensif (bootcamp atau certification program) di bidang-bidang yang lagi hits seperti coding, analisis data, digital marketing, UI/UX design, dll. Manfaatin itu!
Bangun Pengalaman Lewat Magang & Proyek¶
Pengalaman kerja itu emas. Usahakan cari kesempatan magang sebanyak mungkin sejak dini, bahkan kalau perlu di luar bidang studi utama kamu tapi yang relevan dengan karier impian. Magang bukan cuma nambah pengalaman di CV, tapi juga ngebangun jaringan profesional dan bikin kamu paham realitas dunia kerja.
Selain magang, kerjakan proyek-proyek pribadi atau ikut kompetisi yang relevan. Buat portofolio yang kuat, terutama kalau kamu di bidang kreatif atau teknologi. Tunjukkan apa yang bisa kamu lakukan, bukan cuma apa yang kamu pelajari di kelas.
Jangan Takut Lintas Bidang¶
Ilmu yang kamu pelajari di kampus itu pondasi. Tapi penerapannya bisa sangat luas. Lulusan Sejarah punya kemampuan riset dan analisis dokumen yang keren, ini bisa dipakai di riset pasar atau bahkan investigasi. Lulusan Filsafat punya kemampuan berpikir kritis dan logis yang dibutuhkan di bidang konsultasi atau pengembangan produk.
Jangan terpaku hanya di “jalur lurus” bidang studimu. Jelajahi bagaimana keterampilan dasar dari jurusanmu bisa diaplikasikan di industri atau profesi lain yang mungkin pasarnya lebih terbuka. Fleksibilitas ini kuncinya.
Jaringan (Networking) Itu Kunci¶
Banyak lowongan kerja yang diisi lewat koneksi atau informasi dari “orang dalam”. Bangun jaringan profesional sejak di bangku kuliah. Ikut organisasi mahasiswa, hadiri seminar, konferensi, atau workshop yang relevan. Manfaatkan LinkedIn untuk terhubung dengan para profesional di bidang yang kamu minati. Jangan malu untuk bertanya atau minta saran.
Pertimbangkan Pendidikan Lanjutan¶
Untuk beberapa bidang, gelar S2 atau S3 memang jadi nilai tambah, bahkan prasyarat untuk posisi tertentu (misalnya riset, akademisi, atau spesialisasi tinggi). Kalau memang passionmu di bidang yang sangat spesifik dan butuh pendalaman, pendidikan lanjutan bisa jadi pilihan yang bagus untuk meningkatkan daya saing. Tapi, pastikan riset dulu prospek kerjanya setelah S2/S3 ya.
Memilih Jurusan di Era Modern¶
Intinya, memilih jurusan di era sekarang itu perlu pemikiran yang strategis. Pertimbangkan minat dan bakatmu, tapi jangan tutup mata dari realitas pasar tenaga kerja. Coba riset prospek kerja dari berbagai jurusan, lihat tren industri yang lagi berkembang, dan identifikasi keterampilan apa yang paling dibutuhkan.
Dunia kerja akan terus berubah, jadi penting untuk punya mental pembelajar seumur hidup (lifelong learner). Apapun jurusannya, pastikan kamu selalu siap belajar hal baru, mengadaptasi diri, dan terus mengasah keterampilan. Ijazah adalah langkah awal, tapi pengembangan diri berkelanjutan itu yang bikin kamu relevan di pasar kerja yang dinamis.
Berikut tabel ringkasan beberapa contoh jurusan yang disebutkan dalam data, beserta tingkat pengangguran dan potensi gajinya (nilai estimasi pertengahan karier dalam US$). Ingat, ini hanya contoh berdasarkan data yang disebut ya, bukan daftar lengkap 20 jurusan.
| Jurusan | Tingkat Pengangguran (%) | Estimasi Gaji Pertengahan Karier (US$) | Catatan |
|---|---|---|---|
| Antropologi | 9.4 | ~70,000 | Tingkat pengangguran tertinggi |
| Fisika | 7.8 | ~70,000 | Jurusan STEM dengan tantangan tinggi |
| Teknik Komputer | 7.5 | ~120,000 | Gaji tinggi, tapi persaingan/kebutuhan spesifik |
| Seni Komersial & Desain Grafis | 7.2 | Data tidak spesifik | Butuh portofolio dan adaptasi digital |
| Seni Rupa | 7.0 | Data tidak spesifik | Persaingan ketat di industri kreatif |
| Sosiologi | 6.7 | Data tidak spesifik | Perlu terapkan skill analisis di bidang lain |
| Ilmu Komputer | >6.0 | Data tidak spesifik | Perlu spesialisasi skill |
| Liberal Arts | 5.5 | Data tidak spesifik | Kemampuan umum, perlu pengkhususan |
| Jurnalisme | 5.0 | Data tidak spesifik | Industri media berubah, butuh skill digital |
| Bahasa Inggris | 4.4 | ~70,000 | Bisa diarahkan ke berbagai profesi |
Belajar dari Pengalaman Orang Lain¶
Melihat pengalaman orang lain bisa jadi inspirasi. Banyak kok lulusan dari jurusan-jurusan yang dianggap “sulit” ini yang akhirnya sukses di berbagai bidang, bahkan di luar dugaan. Mereka biasanya berhasil karena punya inisiatif tinggi, mau terus belajar, dan pinter melihat peluang.
Misalnya, lulusan Sejarah yang jadi analis data, lulusan Sastra yang sukses di industri marketing, atau lulusan Seni Rupa yang jadi developer game. Kuncinya adalah bagaimana kamu bisa “menerjemahkan” pengetahuan dan keterampilan dasar dari kampus ke dalam bahasa dan kebutuhan industri yang spesifik.
Berikut salah satu video yang mungkin relevan terkait pemilihan jurusan dan prospek kerjanya (cari video youtube tentang prospek kerja atau memilih jurusan):
<div align="center">
<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/VIDEO_ID_YANG_RELEVAN" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-screen" allowfullscreen></iframe>
</div>
(Catatan: Silakan ganti
VIDEO_ID_YANG_RELEVAN dengan ID video YouTube yang paling relevan dengan topik “jurusan kuliah”, “prospek kerja”, “memilih jurusan”, atau “tantangan karir lulusan” di Indonesia. Contoh video ID bisa dicari di YouTube).
Misalnya, Anda bisa mencari video dengan kata kunci “jurusan kuliah prospek kerja Indonesia” atau “tips memilih jurusan kuliah”. Pilih salah satu yang paling relevan dan menarik, lalu ambil ID videonya (biasanya ada di URL setelah v=).
Penutup¶
Memilih jurusan kuliah memang keputusan besar, dan data ini bisa jadi pengingat bahwa kita perlu lebih realistis dan strategis. Bukan berarti harus menghindari jurusan-jurusan di atas, tapi lebih pada mempersiapkan diri lebih baik. Bekali diri dengan keterampilan tambahan, bangun pengalaman, perluas jaringan, dan jangan berhenti belajar.
Yang terpenting, temukan cara untuk menggabungkan minatmu dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja. Dengan persiapan yang matang dan kemauan untuk beradaptasi, peluang kerja yang baik tetap terbuka lebar kok, apapun jurusannya.
Gimana menurut kamu? Ada pengalaman atau tips lain buat yang lagi galau milih jurusan atau susah cari kerja? Share di kolom komentar yuk!
Posting Komentar