Catat! Jadwal Puasa Tasua Asyura 2025, Niatnya Plus Keutamaannya di Sini!

Daftar Isi

Catat! Jadwal Puasa Tasua Asyura 2025

Bulan Muharram dikenal sebagai salah satu bulan yang paling dimuliakan dalam kalender Islam. Bulan pertama di tahun Hijriah ini menyimpan banyak keistimewaan, salah satunya adalah anjuran untuk memperbanyak ibadah sunnah. Di antara ibadah sunnah yang sangat ditekankan di bulan ini adalah puasa Tasua dan Asyura.

Puasa sunnah ini punya nilai pahala yang besar dan menjadi momen tepat bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melaksanakannya diyakini dapat mendatangkan keberkahan dan ampunan dosa. Mari kita simak lebih detail mengenai jadwal, keutamaan, serta niat untuk melaksanakan puasa mulia ini.

Jadwal Pelaksanaan Puasa Tasua dan Asyura 2025

Untuk mengetahui kapan puasa Tasua dan Asyura dilaksanakan, kita perlu merujuk pada penanggalan Hijriah. Penetapan awal bulan Hijriah biasanya dilakukan berdasarkan pengamatan hilal atau metode hisab (perhitungan astronomi). Pemerintah melalui Kementerian Agama Republik Indonesia akan menentukan secara resmi kapan tanggal 1 Muharram.

Berdasarkan perkiraan atau kalender yang telah disusun, 1 Muharram 1447 Hijriah diperkirakan jatuh pada tanggal 27 Juni 2025. Dengan demikian, kita bisa menghitung jadwal puasa Tasua dan Asyura berdasarkan tanggal tersebut. Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sementara puasa Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram.

Jika 1 Muharram 1447 H jatuh pada 27 Juni 2025, maka puasa Tasua (9 Muharram 1447 H) akan bertepatan dengan hari Sabtu, 5 Juli 2025. Sedangkan puasa Asyura (10 Muharram 1447 H) akan dilaksanakan pada hari Minggu, 6 Juli 2025. Penting untuk selalu menunggu pengumuman resmi dari pemerintah atau lembaga keagamaan terkait penetapan akhir kalender Masehi yang bertepatan dengan tanggal Hijriah ini untuk memastikan keakuratannya.

Menggabungkan puasa Tasua dan Asyura (9 dan 10 Muharram) adalah praktik yang paling utama. Namun, ada juga anjuran untuk berpuasa pada tanggal 11 Muharram sebagai tambahan. Jika Anda ingin berpuasa di ketiga hari tersebut, maka tanggal 11 Muharram 1447 H akan jatuh pada hari Senin, 7 Juli 2025. Ini adalah pilihan bagi mereka yang ingin mendapatkan pahala lebih dan mengikuti anjuran menyempurnakan puasa Asyura.

Berikut rangkuman jadwalnya:

Tanggal Masehi 2025 Tanggal Hijriah 1447 H Jenis Puasa Sunnah
Sabtu, 5 Juli 9 Muharram Puasa Tasua
Minggu, 6 Juli 10 Muharram Puasa Asyura
Senin, 7 Juli 11 Muharram Puasa 11 Muharram

Jadwal ini bersifat perkiraan berdasarkan konversi kalender. Pastikan Anda memeriksa kembali pengumuman resmi dari pihak berwenang menjelang bulan Muharram 1447 H untuk jadwal yang paling pasti.

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram (mulia) dalam Islam, selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Beribadah di bulan-bulan haram memiliki pahala yang lebih besar dibandingkan bulan lainnya. Puasa di bulan Muharram secara umum sangat dianjurkan, dan puasa Tasua-Asyura adalah puncak keutamaannya.

Puasa Asyura (10 Muharram) memiliki sejarah panjang. Konon, pada tanggal ini, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi juga berpuasa pada hari Asyura. Mereka menjelaskan bahwa puasa itu sebagai wujud syukur atas keselamatan Nabi Musa.

Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda, “Kami (umat Islam) lebih berhak atas Musa daripada kalian.” Maka, Rasulullah SAW pun berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hari Asyura dalam sejarah kenabian.

Salah satu keutamaan puasa Asyura yang paling sering disebut adalah kemampuannya menghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim:

“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya ampunan yang bisa didapatkan dengan berpuasa di hari Asyura. Para ulama umumnya menafsirkan “dosa setahun yang lalu” sebagai dosa-dosa kecil. Adapun dosa besar, perlu taubat yang sungguh-sungguh untuk diampuni. Namun, mendapatkan penghapusan dosa setahun tentu merupakan karunia yang luar biasa.

Untuk membedakan praktik puasa Asyura dengan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram, Rasulullah SAW menganjurkan untuk berpuasa juga pada hari sebelumnya, yaitu 9 Muharram (Tasua), atau hari sesudahnya, yaitu 11 Muharram. Beliau bersabda:

“Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan diri kalian dari kaum Yahudi dengan berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Ahmad)

Melaksanakan puasa Tasua bersama Asyura (9 dan 10 Muharram) adalah cara paling populer untuk mengamalkan anjuran ini. Berpuasa di kedua hari ini menunjukkan kesempurnaan dalam mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan menegaskan identitas umat Islam yang berbeda dari kaum Yahudi. Selain itu, menggabungkan puasa Tasua dan Asyura juga memberikan pahala puasa dua hari berturut-turut di bulan yang mulia.

Jika tidak mampu berpuasa Tasua, maka berpuasa di hari Asyura (10 Muharram) saja tetap mendapatkan keutamaan penghapus dosa setahun. Jika ingin lebih sempurna lagi atau terlewat puasa Tasua, maka berpuasa 10 dan 11 Muharram juga merupakan pilihan yang baik untuk mengamalkan anjuran membedakan diri dari kaum Yahudi. Intinya, berpuasa pada 9 dan 10 Muharram adalah yang paling dianjurkan dan banyak diamalkan.

Niat Puasa Tasua dan Asyura

Sama seperti ibadah puasa lainnya, niat merupakan syarat sahnya puasa sunnah Tasua dan Asyura. Niat ini membedakan puasa kita dengan menahan lapar dan haus biasa. Niat puasa sunnah, termasuk Tasua dan Asyura, bisa diucapkan dalam hati atau dilafalkan. Waktu terbaik untuk berniat adalah pada malam hari sebelum fajar menyingsing.

Namun, khusus untuk puasa sunnah yang tidak ditentukan waktunya (seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh), niat masih boleh dilakukan di pagi hari setelah terbit fajar, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan atau minum sejak fajar. Puasa Tasua dan Asyura termasuk puasa sunnah yang ditentukan waktunya (pada tanggal 9 dan 10 Muharram), namun para ulama memperbolehkan niat di pagi hari jika lupa berniat di malam hari, dengan syarat yang sama: belum makan, minum, atau melakukan pembatal puasa lainnya.

Berikut adalah lafal niat untuk puasa Tasua dan Asyura:

Niat Puasa Tasua (9 Muharram)

Niat ini dibaca atau diresapkan dalam hati pada malam hari sebelum tanggal 9 Muharram atau di pagi hari tanggal 9 Muharram sebelum masuk waktu Dzuhur (dengan syarat belum makan/minum).

  • Lafal Arab:
    نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَّاسُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

  • Transliterasi Latin:
    Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnatit Tāsū‘ā’ lillāhi ta‘ālā.

  • Artinya:
    “Saya niat puasa sunnah Tasua esok hari karena Allah Ta’ala.”

Jika berniatnya di pagi hari (setelah fajar), maka lafalnya bisa disesuaikan:

  • Lafal Arab (Niat Pagi Hari):
    نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَّاسُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

  • Transliterasi Latin (Niat Pagi Hari):
    Nawaitu shauma hādzal yaumi ‘an adā’i sunnatit Tāsū‘ā’ lillāhi ta‘ālā.

  • Artinya (Niat Pagi Hari):
    “Saya niat puasa sunnah Tasua hari ini karena Allah Ta’ala.”

Niat Puasa Asyura (10 Muharram)

Niat ini dibaca atau diresapkan dalam hati pada malam hari sebelum tanggal 10 Muharram atau di pagi hari tanggal 10 Muharram sebelum masuk waktu Dzuhur (dengan syarat belum makan/minum).

  • Lafal Arab:
    نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الأَعْشُورَاء لِلهِ تَعَالَى

  • Transliterasi Latin:
    Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnatil A‘syūrā’ lillāhi ta‘ālā.

  • Artinya:
    “Saya niat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah Ta’ala.”

Jika berniatnya di pagi hari (setelah fajar):

  • Lafal Arab (Niat Pagi Hari):
    نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الأَعْشُورَاء لِلهِ تَعَالَى

  • Transliterasi Latin (Niat Pagi Hari):
    Nawaitu shauma hādzal yaumi ‘an adā’i sunnatil A‘syūrā’ lillāhi ta‘ālā.

  • Artinya (Niat Pagi Hari):
    “Saya niat puasa sunnah Asyura hari ini karena Allah Ta’ala.”

Apabila Anda berencana menggabungkan puasa Tasua dan Asyura, Anda bisa berniat untuk keduanya secara terpisah di malam hari sebelum masing-masing tanggal, atau berniat untuk puasa dua hari sekaligus jika memungkinkan dan diniatkan pada malam sebelum puasa pertama (Tasua). Namun, yang paling aman dan umum adalah berniat untuk setiap hari puasa yang akan dijalankan.

Niat Puasa 11 Muharram (Jika Ingin Menambah)

Bagi yang ingin menambah puasa pada tanggal 11 Muharram, niatnya adalah sebagai berikut:

  • Lafal Arab:
    نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ الحَادِي عَشَرَ مِنْ مُحَرَّمٍ لِلهِ تَعَالَى

  • Transliterasi Latin:
    Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yawmil hādī ‘asyara min Muharramin lillāhi ta‘ālā.

  • Artinya:
    “Saya niat puasa sunnah hari kesebelas dari bulan Muharram esok hari karena Allah Ta’ala.”

Sama seperti niat puasa sunnah lainnya, niat ini bisa diucapkan di pagi hari tanggal 11 Muharram dengan syarat belum makan/minum.

Cara Melaksanakan Puasa Tasua dan Asyura

Melaksanakan puasa Tasua dan Asyura pada dasarnya sama seperti melaksanakan puasa Ramadhan atau puasa sunnah lainnya. Dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selama rentang waktu tersebut, kita wajib menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa.

Sebelum waktu fajar (sebelum Imsak), sangat dianjurkan untuk melaksanakan sahur. Sahur memiliki keberkahan tersendiri dan memberikan energi untuk berpuasa seharian. Rasulullah SAW menganjurkan untuk sahur meskipun hanya dengan seteguk air. Setelah masuk waktu Maghrib, puasa diakhiri dengan berbuka puasa. Berbuka puasa dianjurkan segera setelah masuk waktu Maghrib dan didahului dengan membaca doa berbuka.

Meskipun puasa sunnah, disarankan untuk menjaga kualitas ibadah selama berpuasa. Hindari perbuatan atau ucapan yang tidak bermanfaat, perbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan melakukan amalan saleh lainnya. Mengisi waktu puasa dengan ibadah akan menambah nilai pahala dan keberkahan.

Amalan Lain di Bulan Muharram

Selain puasa Tasua dan Asyura, bulan Muharram juga merupakan kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas ibadah secara keseluruhan. Memperbanyak sedekah sangat dianjurkan, terutama di hari Asyura. Ada keyakinan di kalangan ulama bahwa bersedekah pada hari Asyura pahalanya dilipatgandakan.

Selain itu, mengisi bulan Muharram dengan memperbanyak doa, memohon ampunan (istighfar), dan membaca Al-Qur’an juga merupakan amalan yang sangat baik. Bulan ini juga menjadi pengingat akan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW, yang menandai awal kalender Islam. Merenungkan makna hijrah, yaitu perpindahan dari keburukan menuju kebaikan, juga bisa menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan.

Secara umum, semua amal kebaikan di bulan Muharram, termasuk berpuasa di luar tanggal 9, 10, dan 11 Muharram, memiliki keutamaan karena dilakukan di bulan haram. Puasa sunnah di awal bulan Muharram, misalnya, juga sangat baik untuk dilakukan. Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa puasa di bulan Muharram secara umum memiliki kedudukan yang tinggi di antara puasa-puasa sunnah lainnya. Jadi, selain Tasua dan Asyura, memperbanyak puasa sunnah di hari-hari lain di bulan Muharram juga sangat dianjurkan bagi yang mampu.

Semoga informasi ini bermanfaat dan memotivasi kita semua untuk meraih keberkahan di bulan Muharram 1447 Hijriah, khususnya dengan melaksanakan puasa Tasua dan Asyura.

Bagaimana persiapan Anda menyambut bulan Muharram tahun depan? Apakah Anda berencana melaksanakan puasa Tasua dan Asyura? Bagikan pendapat atau pengalaman Anda di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar