Hari Tasyrik 9 Juni 2025: Boleh Gak Sih Puasa? Cari Tahu Hukumnya, Yuk!
Setiap tahun, umat Islam punya momen-momen penting dalam kalender Hijriah. Salah satunya adalah bulan Dzulhijjah yang punya segudang keutamaan, terutama di awal bulan dan puncaknya saat Idul Adha. Banyak yang semangat menjalankan puasa sunnah di hari-hari pertama Dzulhijjah, puncaknya puasa Arafah yang katanya bisa menghapus dosa dua tahun.
Nah, setelah Hari Raya Idul Adha, ada tiga hari lagi yang nggak kalah penting, namanya Hari Tasyrik. Tahun 2025 ini, Idul Adha diperkirakan jatuh pada 8 Juni. Itu artinya, Hari Tasyrik akan jatuh pada tanggal 9, 10, dan 11 Juni 2025. Khusus tanggal 9 Juni 2025, bertepatan dengan hari Senin dan tanggal 13 Dzulhijjah 1446 H, hari terakhir dari Hari Tasyrik.
Biasanya, puasa sunnah Senin-Kamis itu ibadah yang rutin dikerjakan banyak orang. Tapi kalau hari Senin itu ternyata bertepatan dengan Hari Tasyrik, gimana ya hukumnya? Boleh nggak kita puasa sunnah di hari yang istimewa ini? Yuk, kita cari tahu jawabannya berdasarkan ajaran Islam!
Apa Sih Hari Tasyrik Itu?¶
Hari Tasyrik itu adalah tiga hari setelah Hari Raya Idul Adha. Jadi, kalau Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka Hari Tasyrik adalah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Tiga hari ini masih dianggap bagian dari kemeriahan Hari Raya Idul Adha lho.
Nama “Tasyrik” sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab yang artinya menjemur atau mengeringkan daging. Zaman dulu, orang-orang mungkin mengeringkan daging kurban di bawah sinar matahari pada hari-hari ini supaya lebih awet. Jadi, namanya memang identik banget sama kegiatan kurban yang dilakukan saat Idul Adha.
Hari Tasyrik ini juga punya kedudukan khusus dalam Islam. Mereka adalah hari-hari di mana umat Islam disarankan untuk menikmati nikmat Allah, terutama daging kurban, sebagai bentuk syukur. Ini adalah momen kebersamaan, makan dan minum, serta memperbanyak mengingat Allah.
Hukum Puasa pada Hari Tasyrik: Dilarang!¶
Nah, inilah poin utamanya. Dalam ajaran Islam, kita dilarang keras untuk berpuasa pada Hari Tasyrik. Kenapa? Karena hari-hari ini adalah hari raya, hari untuk makan, minum, dan bergembira dalam rangka bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya, terutama rezeki dari hewan kurban.
Larangan puasa di hari Tasyrik ini sangat jelas disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Artinya: “Hari-hari Tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman.” (HR. Muslim, No. 1141)
Hadits ini dengan gamblang menyebutkan bahwa tiga hari ini (11, 12, 13 Dzulhijjah) adalah waktunya untuk makan dan minum. Ini bukan waktu untuk menahan diri dari makanan dan minuman seperti saat berpuasa. Ini adalah penegasan dari Nabi bahwa hari-hari ini adalah hari perayaan.
Selain itu, dalam Al-Quran juga ada isyarat tentang pentingnya mengingat Allah di hari-hari ini. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 203:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Artinya: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barang siapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 203)
Mayoritas ulama sepakat bahwa “beberapa hari yang berbilang” atau Ayyam Ma’dudat yang disebut dalam ayat ini merujuk pada Hari Tasyrik. Ayat ini menekankan anjuran untuk berdzikir, bukan berpuasa, pada hari-hari tersebut. Jadi, Hari Tasyrik adalah waktu yang tepat untuk merayakan nikmat Allah sambil mengingat dan mensyukuri-Nya.
Jadi, menjawab pertanyaan awal: Senin 9 Juni 2025 yang merupakan 13 Dzulhijjah 1446 H dan masuk dalam Hari Tasyrik, hukumnya tidak boleh atau haram untuk berpuasa. Meskipun bertepatan dengan hari Senin yang biasanya dianjurkan puasa sunnah, larangan puasa di hari Tasyrik lebih kuat dan mengesampingkan anjuran puasa Senin.
Hikmah di Balik Larangan Puasa Hari Tasyrik¶
Ada hikmah mendalam kenapa Allah dan Rasul-Nya melarang kita berpuasa di Hari Tasyrik. Ini bukan sekadar aturan tanpa makna, tapi ada tujuan baik di baliknya:
-
Sebagai Hari Raya Lanjutan: Hari Raya Idul Adha tidak hanya satu hari, tetapi diperluas sampai tiga hari setelahnya, yaitu Hari Tasyrik. Sama seperti Hari Raya Idul Fitri di mana puasa di hari itu dilarang sebagai bentuk perayaan, Idul Adha juga punya “hari perayaan” yang lebih panjang. Puasa itu identik dengan menahan diri, padahal hari raya adalah waktunya bersenang-senang dan menikmati rezeki Allah dalam batas yang syar’i.
-
Momen Menikmati Rezeki Kurban: Bagi yang berkurban, Hari Tasyrik adalah waktu utama untuk mengolah dan menikmati daging kurban, baik bersama keluarga maupun dibagikan ke fakir miskin. Melarang puasa di hari ini memastikan setiap orang bisa menikmati anugerah ini. Bahkan bagi yang tidak berkurban pun, mereka berkesempatan mendapat bagian daging kurban dan ikut merasakan keberkahan Idul Adha.
-
Memperkuat Kebersamaan Sosial: Hari Tasyrik seringkali diisi dengan acara makan-makan dan berkumpul bersama keluarga, tetangga, atau teman. Daging kurban menjadi menu utama. Larangan puasa mendorong interaksi sosial ini, menciptakan suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang erat. Bayangkan kalau sebagian puasa dan sebagian tidak, kebersamaan saat makan pun jadi kurang terasa.
-
Penekanan pada Syukur: Daripada menahan diri, Hari Tasyrik menekankan pada ekspresi syukur atas nikmat yang melimpah. Syukur itu ditunjukkan dengan menikmati rezeki yang halal, bukan malah menolaknya dengan berpuasa.
Jadi, larangan puasa di Hari Tasyrik adalah bagian dari kemudahan (rukhsah) dan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, serta cara untuk memperkuat ikatan sosial dan rasa syukur.
Bagaimana dengan Puasa Sunnah Lainnya di Bulan Dzulhijjah?¶
Bulan Dzulhijjah memang kaya dengan amalan puasa sunnah yang dianjurkan. Puasa di 10 hari pertama Dzulhijjah sangat utama, apalagi puasa Arafah (9 Dzulhijjah). Tapi setelah itu, ada aturan khusus terkait Hari Tasyrik.
Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Dzulhijjah¶
Puasa Ayyamul Bidh biasanya dikerjakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya. Tanggal 9 Juni 2025 bertepatan dengan 13 Dzulhijjah. Secara umum, tanggal 13 termasuk hari Ayyamul Bidh. Namun, karena 13 Dzulhijjah ini masuk dalam Hari Tasyrik, maka hukumnya mengikuti hukum Hari Tasyrik, yaitu dilarang berpuasa.
Jadi, khusus di bulan Dzulhijjah, puasa Ayyamul Bidh hanya bisa dikerjakan pada tanggal 14 dan 15 Dzulhijjah saja. Tanggal 13 Dzulhijjah (9 Juni 2025) tidak boleh dipuasakan meskipun itu hari Ayyamul Bidh, karena prioritas hukum ada pada larangan puasa Hari Tasyrik. Ini menunjukkan pentingnya memahami konteks dan prioritas hukum dalam Islam.
Amalan yang Dianjurkan pada Hari Tasyrik¶
Meskipun tidak boleh puasa, Hari Tasyrik tetap hari-hari yang punya keutamaan. Ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, termasuk tanggal 9 Juni 2025 (13 Dzulhijjah):
1. Menyembelih Hewan Kurban¶
Hari Tasyrik adalah perpanjangan waktu untuk melaksanakan ibadah kurban. Jadi, bagi umat Islam yang belum sempat atau belum bisa menyembelih pada Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), masih ada kesempatan di Hari Tasyrik.
Waktu penyembelihan kurban dimulai setelah shalat Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah dan berakhir saat matahari terbenam pada tanggal 13 Dzulhijjah. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Semua hari tasyrik boleh untuk menyembelih kurban.” (HR. Mawarid Al-Zhamā’n ilā Zawā’id Ibn Hibbā’n, Al-Hajj, Bab “Mā Ja’a fī al-Wuqūf bi ‘Arafah wa al-Muzdalifah”, hadits no. 1006)
Hadits ini memberikan kelonggaran waktu yang cukup bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah kurban. Penting untuk diingat bahwa penyembelihan yang dilakukan setelah matahari terbenam pada tanggal 13 Dzulhijjah tidak lagi dianggap sebagai kurban Idul Adha, melainkan hanya sembelihan biasa. Ini menekankan pentingnya melaksanakan ibadah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan syariat.
2. Memperbanyak Dzikir kepada Allah¶
Hari Tasyrik adalah waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah. Dzikir ini bukan hanya dalam hati, tapi juga lisan, seperti mengucapkan takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih.
Salah satu bentuk dzikir yang khas pada periode ini adalah Takbir Muqayyad. Takbir ini diucapkan setelah selesai melaksanakan shalat fardhu, dimulai sejak waktu tertentu (ada perbedaan pendapat, ada yang bilang dari Subuh hari Arafah, ada juga yang bilang setelah Shalat Idul Adha) dan berakhir setelah Shalat Ashar pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Takbir ini juga disunnahkan untuk diucapkan di berbagai kesempatan, seperti saat berjalan ke masjid, saat berkumpul, atau bahkan di pasar, sebagai bentuk menghidupkan syiar Islam di hari-hari raya. Berikut adalah bacaan takbir yang bisa diamalkan:
اَللّٰهُ أَكْبَرُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ
اَللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ، اَللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam walaupun orang-orang kafir membencinya. Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Dia menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan bala tentara-Nya, dan mengalahkan musuh-musuh-Nya seorang diri. Tiada Tuhan selain Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah.”
Memperbanyak dzikir di hari-hari ini adalah cara terbaik untuk mengisi waktu, menjaga hati tetap terhubung dengan Allah, dan menunjukkan rasa syukur yang mendalam atas segala nikmat-Nya.
3. Memperbanyak Doa¶
Selain dzikir, Hari Tasyrik juga merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Sebagaimana hari-hari lain di bulan Dzulhijjah, hari-hari ini penuh dengan keberkahan. Memanfaatkan waktu ini untuk memohon kepada Allah atas segala hajat dunia dan akhirat adalah amalan yang sangat dianjurkan.
Kita bisa memanjatkan doa apa saja, memohon kebaikan, ampunan, rezeki, kesehatan, dan perlindungan. Membaca doa-doa yang diajarkan Nabi atau para ulama juga sangat baik. Salah satu doa yang bisa diamalkan pada hari-hari mulia ini adalah doa yang dikutip sebelumnya:
اَللّٰهُمَّ (أَنْتَ) أَهْلَ الْكِبْرِيَاءِ وَ الْعَظَمَةِ وَ أَهْلَ الْجُوْدِ وَ الْجَبَرُوْتِ وَ أَهْلَ الْعَفْوِ وَ الرَّحْمَةِ وَ أَهْلَ التَّقْوَى وَ الْمَغْفِرَةِ، أَسْأَلُكَ بِحَقِّ هٰذَا الْيَوْمِ الَّذِيْ جَعَلْتَهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدًا وَ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ ذُخْرًا وَ (شَرَفًا) وَ مَزِيْدًا أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَنْ تُدْخِلَنِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ أَدْخَلْتَ فِيْهِ مُحَمَّدًا وَ آلَ مُحَمَّدٍ وَ أَنْ تُخْرِجَنِيْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ أَخْرَجْتَ مِنْهُ مُحَمَّدًا وَ آلَ مُحَمَّدٍ صَلَوَاتُكَ عَلَيْهِ وَ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عِبَادُكَ الصّٰالِحُوْنَ وَ أَعُوْذُ بِكَ (فِيْهِ) مِمَّا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عِبَادُكَ الصّٰالِحُوْنَ (الْمُخْلَصُوْنَ).
Artinya:
“Ya Allah, wahai Pemilik kebesaran dan keagungan, wahai Pemilik kedermawanan dan keagungan, wahai Pemilik maaf dan rahmat, wahai Pemilik takwa dan ampunan, aku memohon kepada-Mu demi hak hari ini yang telah Kau jadikan bagi Muslimin sebagai hari raya dan bagi Muhammad Saw sebagai simpanan, (kemuliaan), dan tambahan (kedudukan) agar Kau curahkan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, memasukkanku dalam setiap kebaikan yang telah Kau masukkan di dalamnya Muhammad dan keluarga Muhammad, dan mengeluarkanku dari setiap keburukan yang darinya telah Kau keluarkan Muhammad dan keluarga Muhammad shalawat-Mu atasnya dan atas mereka semua. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikan apa yang telah diminta oleh hamba-hamba-Mu yang salih kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang hamba-hamba-Mu yang salih berlindung kepada-Mu darinya.”
Doa ini mencakup permohonan kebaikan yang luas dan perlindungan dari keburukan, serta tawasul (menjadikan perantara) dengan kedudukan Nabi Muhammad SAW. Selain doa ini, jangan lupakan juga doa-doa pribadi yang tulus dari hati. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, terutama di waktu-waktu yang mulia.
Pentingnya Merayakan Hari Tasyrik¶
Intinya, Hari Tasyrik bukanlah hari untuk berpuasa, melainkan hari untuk bersyukur, merayakan, dan memperbanyak ibadah non-puasa seperti dzikir, doa, dan sedekah (terutama melalui distribusi daging kurban). Ini adalah momen istirahat yang dianjurkan setelah menjalankan berbagai amalan di awal Dzulhijjah dan puncaknya saat Idul Adha.
Ini juga waktu yang pas banget untuk mempererat tali silaturahmi. Mengunjungi keluarga, berbagi makanan, dan menghidupkan suasana hari raya adalah bagian dari ajaran Islam yang indah. Jangan sampai Hari Tasyrik terlewat begitu saja tanpa makna.
Hari Tasyrik mengingatkan kita bahwa Islam itu agama yang seimbang. Ada waktu untuk beribadah dalam bentuk menahan diri (puasa), ada waktu untuk beribadah dalam bentuk menikmati rezeki dan berbagi (hari raya dan kurban), dan ada waktu untuk terus menerus mengingat Allah dalam segala keadaan (dzikir dan doa).
Semoga kita semua bisa memanfaatkan Hari Tasyrik di tahun 2025 ini dengan sebaik-baiknya, menjauhi larangan puasa, dan justru memperbanyak amalan-amalan sunnah yang dianjurkan. Selamat menikmati hari-hari yang penuh berkah ini bersama keluarga dan orang-orang terkasih!
Bagaimana pengalamanmu merayakan Hari Tasyrik? Atau ada pertanyaan lain seputar amalan di hari-hari ini? Yuk, bagi ceritamu atau tanyakan di kolom komentar!
Posting Komentar