Jual Pemain Mahal? MU Belajar Sukses dari Liverpool Lepas Coutinho, Nih!

Table of Contents

Bruno Fernandes dan Philippe Coutinho

Situasi Manchester United belakangan ini memang lagi nggak baik-baik saja. Setelah menjalani musim yang penuh gejolak dan hasil yang kurang memuaskan, Setan Merah dipastikan absen dari kompetisi antarklub Eropa musim depan. Ini jelas pukulan telak, bukan cuma dari sisi prestise, tapi juga finansial. Pendapatan dari hak siar, sponsor, hingga tiket pertandingan di ajang Eropa itu gede banget, lho.

Makanya, nggak heran kalau muncul wacana Manchester United harus melakukan perombakan besar-besaran di dalam skuad. Dan salah satu nama yang paling sering disebut-sebut, sekaligus bikin fans was-was, adalah sang kapten, Bruno Fernandes. Gelandang asal Portugal ini memang jadi nyawa permainan MU selama beberapa musim terakhir, tapi performa tim yang naik-turun bikin posisinya juga jadi sorotan. Apalagi belakangan ada tawaran menggiurkan dari klub Arab Saudi yang siap gelontorkan dana fantastis buat memboyongnya.

Godaan Tawaran Triliunan Rupiah untuk Bruno Fernandes

Rumor transfer Bruno Fernandes ke Arab Saudi itu bukan isapan jempol belaka. Klub kaya raya Al Hilal disebut-sebut sangat serius ingin merekrutnya. Mereka siap memberinya gaji selangit yang angkanya bisa mencapai triliunan rupiah per tahun. Selain gaji, Al Hilal juga berani membayar mahal Manchester United untuk mendapatkan tanda tangan Bruno.

Angka yang beredar kabarnya mencapai 100 juta Pounds, atau kalau dirupiahkan itu setara Rp 1,2 triliun! Jumlah yang fantastis, apalagi buat pemain yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Dari sisi pemain, Bruno Fernandes sendiri sempat menyatakan masih ingin bertahan di Old Trafford. Loyalitasnya patut diacungi jempol, tapi dalam bisnis sepak bola modern, keinginan pemain kadang bisa berubah atau klub punya pertimbangan lain demi kebaikan tim secara keseluruhan. MU mungkin saja tergoda untuk melepas aset berharganya ini demi mendapatkan dana segar yang sangat dibutuhkan.

Saran dari Legenda Arsenal: Belajar dari Liverpool & Coutinho

Di tengah spekulasi masa depan Bruno Fernandes, muncul suara dari legenda Arsenal, Martin Keown. Ia memberikan saran yang cukup ‘nyeleneh’ bagi sebagian fans MU. Keown justru meyakinkan Setan Merah untuk menjual Bruno Fernandes. Kenapa Keown berani bilang begitu? Dia punya contoh sukses dari rival abadi, Liverpool.

Menurut Keown, Manchester United harus belajar dari cara Liverpool mengelola transfer pemain. Dia secara spesifik mencontohkan ketika The Reds memutuskan menjual Philippe Coutinho ke Barcelona pada tahun 2018. Saat itu, Coutinho adalah bintang utama Liverpool, playmaker brilian yang jadi idola fans. Melepasnya terasa seperti sebuah kerugian besar. Namun, keputusan itu ternyata justru jadi titik balik kesuksesan Liverpool di era Jurgen Klopp.

Kilas Balik Transfer Philippe Coutinho ke Barcelona

Mari kita ingat kembali momen transfer Philippe Coutinho dari Liverpool ke Barcelona. Saat itu awal tahun 2018, jendela transfer musim dingin dibuka. Coutinho sudah lama jadi incaran Barca, dan sang pemain sendiri juga dikabarkan ngebet banget pindah ke Camp Nou. Situasi ini bikin Liverpool berada dalam posisi sulit. Coutinho adalah pemain kunci, performanya lagi di puncak, dan dia sangat dicintai fans Anfield. Melepasnya saat itu terasa sangat berat.

Namun, Barcelona datang dengan tawaran yang sulit ditolak. Mereka bersedia membayar 135 juta Euro untuk Coutinho. Angka itu termasuk biaya awal dan berbagai add-ons atau bonus tergantung performa dan pencapaian. Itu adalah rekor transfer termahal ketiga di dunia saat itu! Liverpool akhirnya memutuskan untuk melepas pemain Brasil tersebut, meskipun banyak fans yang protes dan khawatir tim akan kesulitan tanpanya. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang oleh manajemen dan Jurgen Klopp. Mereka melihat ada peluang besar di balik penjualan mahal ini.

Dana Coutinho Jadi Pondasi Sukses Liverpool

Inilah poin utama yang ditekankan oleh Martin Keown. Uang hasil penjualan Philippe Coutinho yang sangat besar itu tidak dihambur-hamburkan begitu saja oleh Liverpool. Justru sebaliknya, dana tersebut digunakan untuk memperkuat area yang memang masih menjadi titik lemah tim. Liverpool segera bergerak cepat di pasar transfer setelah melepas Coutinho.

Tidak lama setelah Coutinho pergi, Liverpool berhasil mendatangkan bek tengah kelas dunia, Virgil van Dijk, dari Southampton. Transfer ini terjadi di jendela transfer yang sama (Januari 2018) dengan biaya sekitar 75 juta Pounds, rekor transfer termahal untuk seorang bek saat itu. Van Dijk langsung memberikan dampak instan. Pertahanan Liverpool yang tadinya sering rapuh, mendadak kokoh. Kepemimpinannya, ketenangannya, dan kemampuannya membaca permainan mengubah wajah lini belakang Liverpool.

Kemudian di musim panas 2018, Liverpool kembali memecahkan rekor transfer untuk posisi penjaga gawang. Mereka merekrut Alisson Becker dari AS Roma dengan biaya sekitar 66,8 juta Pounds. Sama seperti Van Dijk, Alisson juga langsung nyetel dan jadi tembok tangguh di bawah mistar. Kemampuannya menggagalkan peluang lawan, distribusi bolanya, dan kepercayaan diri yang dibawanya menular ke seluruh tim.

Kombinasi Van Dijk dan Alisson ini benar-benar mengubah Liverpool dari tim penyerang yang bagus tapi pertahanan rapuh menjadi tim yang komplit, solid di belakang dan tajam di depan. Hasilnya? Liverpool mencapai final Liga Champions 2018 (sebelum Alisson), juara Liga Champions 2019, juara Liga Inggris 2020 (mengakhiri puasa gelar liga 30 tahun), serta berbagai trofi lainnya. Van Dijk dan Alisson bukan cuma sekadar pemain baru, mereka menjelma jadi legenda klub.

Nasib Berbeda: Coutinho di Barcelona vs. Liverpool Pasca-Jual

Ironisnya, kepindahan Coutinho ke Barcelona tidak berjalan sesuai harapan. Di Camp Nou, dia kesulitan menemukan performa terbaiknya. Perannya kurang jelas, dia sering berganti posisi, dan tidak bisa mengeluarkan potensi briliannya seperti saat di Liverpool. Kariernya di Barca bisa dibilang ‘pesakitan’. Dia sempat dipinjamkan ke Bayern Munchen (dan ironisnya mencetak dua gol ke gawang Barca saat Bayern menang 8-2!), lalu pindah permanen ke Aston Villa dan kini bermain di klub Qatar.

Keputusan Liverpool melepas Coutinho, meskipun berat, ternyata sangat cerdas dari sisi bisnis dan pembangunan tim. Mereka rela kehilangan satu pemain bintang demi mendapatkan dana yang cukup untuk membeli dua pemain super penting yang posisinya memang lebih vital saat itu (bek tengah dan kiper). Hasilnya, Liverpool melesat, sementara Coutinho justru meredup setelah meninggalkan Anfield.

Kembali ke Old Trafford: Dilema Manchester United

Pelajaran dari Liverpool inilah yang menurut Martin Keown harus ditiru Manchester United. Situasi MU saat ini mirip dengan Liverpool di tahun 2018, dalam artian butuh perombakan dan suntikan dana segar. Absen dari Eropa musim depan membuat MU kehilangan potensi pendapatan yang signifikan. Mereka perlu dana untuk merekrut pemain baru yang bisa mengangkat performa tim, sekaligus menambal kekurangan di berbagai lini.

Menjual Bruno Fernandes dengan harga mahal (sekitar Rp 1,2 triliun dari Al Hilal) akan memberikan MU likuiditas yang luar biasa besar. Dana sebesar itu bisa digunakan untuk merekrut dua atau bahkan tiga pemain berkualitas di posisi yang berbeda. Misalnya, satu gelandang kreatif untuk menggantikan peran Bruno, satu bek tengah tangguh, dan satu striker cadangan. Atau kombinasi lain sesuai kebutuhan pelatih baru (jika ada) atau arahan manajemen.

Namun, menjual Bruno juga punya risiko besar. Dia adalah kapten, pemimpin di lapangan, dan seringkali jadi sumber kreativitas tim. Kehilangan Bruno bisa membuat lini tengah MU kehilangan taji. Fans mungkin juga akan sangat kecewa melihat pemain kesayangannya dilepas, apalagi ke Liga Arab Saudi.

Bukan Cuma Satu: MU Perlu Lepas Banyak Pemain?

Martin Keown bahkan menegaskan bahwa Manchester United tidak hanya perlu menjual satu pemain saja, tapi banyak pemain. Melihat performa tim di musim lalu dan kebutuhan akan perombakan besar, wajar jika ada beberapa pemain lain yang juga masuk daftar jual. Pemain dengan gaji tinggi tapi kontribusi minim, pemain yang sudah tidak sesuai dengan skema pelatih, atau pemain yang kontraknya hampir habis dan bisa dilepas sekarang untuk mendapatkan uang.

Melepas beberapa pemain ‘minor’ atau dengan nilai transfer yang lebih rendah memang tidak akan memberikan suntikan dana sebesar penjualan Bruno. Tapi, jika dilakukan dalam jumlah yang signifikan, total pendapatan yang didapat bisa cukup besar. Selain itu, menjual pemain yang tidak lagi dibutuhkan juga bisa memangkas beban gaji klub. Ini penting agar neraca keuangan klub tetap sehat, apalagi tanpa pendapatan tambahan dari kompetisi Eropa.

Pertanyaannya sekarang, siapa saja pemain lain yang siap ‘dikorbankan’ selain Bruno Fernandes? Ada beberapa nama yang kerap dikaitkan dengan pintu keluar Old Trafford, entah itu pemain yang dipinjamkan, pemain yang kurang berkontribusi, atau pemain yang harganya masih cukup tinggi di pasar. Keputusan ini tentu ada di tangan manajemen dan staf teknis Manchester United, di bawah kepemimpinan Sir Jim Ratcliffe.

Membangun Ulang Tim dengan Dana Segar

Inti dari saran Keown dan pelajaran dari Liverpool adalah: terkadang, melepas pemain bintang dengan harga super mahal bisa menjadi langkah strategis untuk membangun tim yang lebih kuat secara keseluruhan. Dana hasil penjualan itu bisa jadi modal awal yang krusial untuk mendatangkan beberapa pemain berkualitas tinggi di posisi yang lebih dibutuhkan, atau untuk mendanai perombakan skuad secara masif.

Tantangan bagi Manchester United adalah bagaimana menggunakan dana tersebut dengan bijak. Liverpool membuktikan bahwa mereka bisa menemukan Van Dijk dan Alisson, yang menjadi kepingan hilang dalam puzzle mereka. MU perlu menemukan pemain-pemain ‘transformasional’ serupa, yang kedatangannya bisa mengangkat level seluruh tim dan membawa kembali kejayaan ke Old Trafford. Ini bukan tugas mudah, pasar transfer penuh risiko, tapi contoh dari Liverpool menunjukkan bahwa ini bisa berhasil.

MU harus pintar dalam negosiasi, jeli dalam memilih pemain incaran, dan memastikan pemain baru yang datang benar-benar cocok dengan filosofi dan kebutuhan tim. Jika mereka bisa meniru kecerdasan transfer Liverpool pasca-Coutinho, mungkin saja penjualan Bruno Fernandes (atau pemain mahal lainnya) bisa menjadi awal kebangkitan Setan Merah.


Selain wacana penjualan pemain, Manchester United tentu juga punya rencana mendatangkan pemain baru untuk memperkuat tim. Kabar transfer pemain baru selalu jadi topik hangat di kalangan fans.

Berikut salah satu video yang membahas potensi rekrutan atau update transfer Manchester United:

[YouTube Video - Manchester United Transfer News]
(Silakan cari video berita transfer Manchester United terbaru di YouTube dan sisipkan linknya di sini. Contoh pencarian: “Manchester United Transfer News Latest”, “Update Transfer MU Terbaru”)

Video ini bisa memberikan gambaran bagaimana MU bergerak di pasar transfer, seiring dengan rencana penjualan pemain untuk mendapatkan dana.


Bagaimana menurut kalian, apakah Manchester United sebaiknya mengikuti saran Martin Keown dan menjual Bruno Fernandes? Atau Bruno Fernandes terlalu penting untuk dilepas? Kira-kira pemain mana lagi yang menurutmu layak dijual MU untuk mendapatkan dana segar? Yuk, diskusikan di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar