Khutbah Jumat Spesial 1 Muharram 1447 H: Contoh Teks Inspiratif!

Daftar Isi

Khutbah Jumat Spesial 1 Muharram 1447 H

Tanggal 1 Muharram 1447 H adalah penanda dimulainya tahun baru dalam kalender Hijriyah. Kebetulan banget, tahun ini momen spesial tersebut jatuh di hari Jumat. Ini bikin awal tahun baru Islam jadi makin bermakna karena kita bisa mengawalinya dengan Khutbah Jumat 1 Muharram yang isinya penuh arti dan semangat buat berubah jadi lebih baik.

Khutbah Jumat di hari 1 Muharram itu bukan sekadar kewajiban mingguan biasa. Ini momen spiritual yang penting banget buat menanamkan nilai hijrah dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan tema yang pas dan disampaikan dengan hati, khutbah ini bisa jadi pendorong buat kita semua memulai perubahan positif di tahun baru Hijriyah ini.

Nah, buat kamu yang nyari inspirasi teks khutbah Jumat tentang tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H, di bawah ini ada beberapa contoh naskah yang bisa dipakai. Teks-teks ini diambil dari sumber terpercaya seperti Kementerian Agama dan NU Online. Semoga bisa menginspirasi ya!

Menyerap Pelajaran Penting Tahun Baru Hijriah

Oleh: Alif Budi Luhur

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضَ الشُّهُورِ وَالْأَيَّامِ وَاللَّيَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيهَا الْأَجْرُ وَالْحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأَنَامِ فِي أَنْحَاءِ الْبِلاَدِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.

Waktu itu terus berjalan, tanpa terasa kita sudah sampai lagi di pergantian tahun hijriah. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, sampai tahun itu terus bergerak maju. Ini artinya, usia kita juga terus bertambah. Tapi, pertanyaan pentingnya adalah: apakah bertambahnya usia kita juga dibarengi dengan bertambahnya keberkahan?

Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, tapi jawabannya butuh perenungan yang dalam. Kita perlu merefleksikan kembali perjalanan hidup kita yang sudah lewat. Tahun baru hijriah yang setiap tahun kita peringati ini punya sejarah dan nilai-nilai yang relevan banget buat kita sampai sekarang.

Menariknya, penetapan awal tahun baru Islam itu tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri, bahkan juga tidak oleh khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq. Keputusan resmi soal penanggalan hijriah ini baru ada di masa pemerintahan khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khathab. Beliau adalah sahabat Nabi yang terkenal berani dan banyak bikin terobosan.

Keputusan ini diambil setelah melalui proses musyawarah yang cukup panjang. Awalnya, ada beberapa usulan, misalnya menghitung tahun Islam mulai dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Usulan ini sebenarnya masuk akal banget. Kelahiran Rasulullah itu kan momen luar biasa yang jadi tonggak awal revolusi peradaban masyarakat Arab waktu itu. Sama seperti kalender Masehi yang dimulai dari kelahiran figur sentral mereka, Isa al-Masih.

Tapi, yang bikin beda, Sayyidina Umar bin Khatab justru menolak usulan kelahiran Nabi sebagai awal penanggalan. Setelah diskusi alot, forum musyawarah sepakat memilih momen hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah. Momen inilah yang akhirnya dijadikan awal perhitungan kalender Islam atau kalender qamariyah, yang acuannya perputaran bulan. Makanya, kalender ini disebut tahun hijriah, dari kata hijrah yang artinya pindah atau migrasi.

Jamaah salat Jum’at hafidhakumullah,

Ada makna mendalam di balik keputusan Sayyidina Umar dan para sahabat lain yang memilih momen hijrah, bukan kelahiran Nabi. Kelahiran manusia itu peristiwa alamiah yang tak bisa dihindari. Nabi Muhammad SAW pun saat lahir masih bayi biasa, baru diangkat jadi nabi setelah usia 40 tahun. Beliau kala itu hanya putra Abdullah bin Abdul Muthalib.

Beda banget sama hijrah yang mengandung tekad kuat, semangat perjuangan, perencanaan matang, dan kerja keras. Semua ini dilakukan demi mencapai tujuan yang jelas: mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan universal berlandaskan ketuhanan dalam Islam, yang dikenal sebagai rahmatan lil ‘alamin. Nabi memutuskan hijrah setelah 13 tahun penuh perjuangan di Makkah. Selama belasan tahun itu, beliau menghadapi berbagai tantangan berat.

Rasulullah berdakwah awalnya sembunyi-sembunyi, mulai dari keluarga dan orang terdekat, lalu perlahan terbuka ke masyarakat luas. Di masa itu, rintangan datang silih berganti: dicaci maki, dilempar kotoran unta, diserang fisik, bahkan percobaan pembunuhan. Semua dihadapi Nabi dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan luar biasa. Modal utama beliau hingga berhasil menyentuh hati banyak orang adalah akhlak mulia.

Rasulullah hadir sebagai agen perubahan di tengah masyarakat Arab yang saat itu banyak penyimpangan. Konsep tauhid sudah melenceng jauh, berhala disembah sebagai Tuhan. Nilai kemanusiaan juga miris, masih marak perbudakan, fanatisme suku yang kental, riba, penguburan hidup-hidup bayi perempuan, dan keburukan lainnya. Niat Rasulullah untuk mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat jahiliyah ini membuat beliau berhadapan dengan para pembesar suku yang tamak dan iri. Bahkan, paman beliau sendiri, Abu Jahal dan Abu Lahab, termasuk yang menentang keras.

Jumlah pengikut Islam terus bertambah, tapi tekanan dari kaum musyrikin Quraisy juga makin kuat. Sampai akhirnya, atas perintah Allah SWT, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya berhijrah dari Makkah ke kota Yatsrib. Kota Yatsrib inilah yang kelak dikenal dengan nama Madinah, kota yang jadi saksi bisu pembangunan peradaban Islam yang kokoh.

Perjalanan hijrah itu dilakukan malam hari, secara sembunyi-sembunyi, penuh kecemasan dan rintangan, demi menghindari kejaran musyrikin Quraisy. Alhamdulillah, di kota Yatsrib, Rasulullah dan para sahabat disambut baik oleh penduduk setempat. Sebagian dari mereka bahkan sudah mengenal Islam dan berbaiat kepada Nabi saat masih di Makkah. Di Madinah inilah, Nabi SAW meletakkan dasar pembangunan peradaban Islam yang kuat.

Jumlah pengikut Islam makin banyak. Semangat persaudaraan antara kaum Muhajirin (yang hijrah dari Makkah) dan kaum Ansor (penduduk asli Madinah yang menolong) dipupuk dengan kuat. Nabi juga membuat kesepakatan-kesepakatan penting dengan kelompok masyarakat di luar Islam, seperti orang Yahudi dan suku-suku lain di Madinah. Ini semua dilakukan demi terciptanya kehidupan masyarakat yang damai, harmonis, dan berkeadilan.

Hal pertama yang Nabi lakukan setelah tiba di Yatsrib adalah mengubah namanya menjadi Madinah. Kenapa Madinah? Secara bahasa, madînah artinya tempat peradaban. Perubahan nama ini mengandung pesan kuat tentang pergeseran pola perjuangan Nabi. Jika di Makkah fokusnya lebih pada penyadaran individu, di Madinah dakwah Islam bergerak ke konteks sosial yang terorganisir dalam sebuah negara.

Di sinilah konstitusi pertama, yang dikenal sebagai Mitsaq al-Madinah atau Piagam Madinah, dibangun. Struktur pemerintahan disusun, dan banyak aturan Islam terkait muamalah (hubungan antarsesama manusia) diturunkan di sana. Piagam Madinah ini luar biasa, Nabi menjadikannya sebagai titik temu bagi masyarakat Madinah yang sangat plural saat itu. Isinya meliputi jaminan kebebasan beragama, keamanan, penegakan akhlak mulia, dan semangat persaudaraan antar semua elemen masyarakat. Begitulah, hijrah Nabi yang monumental mencapai puncaknya: terwujudnya masyarakat yang beradab dan maju.

Jamaah salat Jum’at hafidhakumullah,

Dari kisah hijrah yang inspiratif ini, setidaknya ada dua poin utama yang patut kita renungkan. Pertama, tahun baru hijriah itu harus dimaknai dalam kerangka perjuangan Nabi SAW mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan universal berlandaskan ketuhanan (rahmatan lil ‘alamin). Sosok Nabi, termasuk momen kelahiran beliau, memang layak dihormati. Tapi yang lebih penting adalah menyerap spirit dan prestasi beliau sepanjang periode kenabiannya. Dalam perjuangan itu ada ikhtiar, pengorbanan, keteguhan prinsip, keseriusan, kesabaran, dan yang paling krusial, keikhlasan.

Keikhlasan ini penting banget, sesuai sabda Rasulullah SAW:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

Nabi dan para sahabatnya menunjukkan ketulusan luar biasa, mereka hijrah semata hanya demi jalan Allah. Justru karena niat yang tulus seperti inilah, mereka malah mendapatkan banyak hal: persaudaraan, keluarga baru, bahkan kekayaan dan kesejahteraan selama di Madinah. Keikhlasan dibarengi kerja keras dalam membangun masyarakat yang berketuhanan sekaligus berkeadaban ternyata membuahkan hasil yang manis, meskipun tantangan pasti akan selalu ada. Inilah teladan yang luar biasa dari hasil berhijrah.

Poin kedua adalah kenyataan bahwa Nabi SAW tidak membangun negara di Madinah berdasarkan fanatisme kelompok atau suku tertentu. Beliau menginisiasi lahirnya kesepakatan bersama yang melibatkan seluruh penduduk Yatsrib. Tujuannya mulia: menjamin kebebasan beragama, keamanan, penegakan akhlak mulia, dan memupuk persaudaraan antaranggota masyarakat yang beragam. Tujuan dari kesepakatan ini sangat relevan untuk kita terapkan sampai sekarang.

Inilah esensi hijrah yang sebenarnya, bukan hanya sekadar pindah tempat secara fisik, tapi juga pindah orientasi. Dari yang buruk menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik. Dan Rasulullah SAW sudah meneladankan, perubahan itu tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk masyarakat secara kolektif.

Semoga pergantian tahun hijriah ini membawa keberkahan bagi umur kita. Mari kita terus belajar dari peristiwa hijrah Rasulullah yang monumental ini, mengambil nilai-nilai positif di dalamnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. إِنَّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ كَرِيمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا أَمَرَ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوءَ الْفِتْنَةِ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. عِبَادَ اللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. وَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT dan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW itu kewajiban setiap khatib di khutbahnya. Selain itu, seorang khatib juga wajib mengingatkan jamaah tentang pentingnya wasiat ketakwaan. Nah, di momen khutbah kali ini, saya mengajak kita semua untuk senantiasa bersyukur pada Allah dan bershalawat pada Rasulullah, sekaligus meningkatkan ketakwaan kita.

Gimana sih cara meningkatkan takwa? Caranya ya dengan lebih semangat lagi menjalankan semua perintah Allah dan berusaha sekuat tenaga menjauhi segala larangan-Nya. Dengan terus berusaha begini, insyaallah kita akan tetap berada di jalan yang lurus, yang sudah dituntun oleh agama. Kita nggak akan mudah belok atau tersesat ke jalan yang salah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memang benar, hidup kita di dunia ini tuh kayak lagi melewati sebuah perjalanan panjang. Jalannya penuh dinamika, ada tanjakan terjal yang bikin ngos-ngosan, ada turunan dan jalan datar yang kadang bikin terlena. Perjalanan hidup kita meninggalkan masa lalu sebagai pengalaman berharga. Masa kini adalah kenyataan yang sedang kita jalani, dan masa depan adalah harapan yang terus kita kejar.

Supaya perjalanan ini lancar dan selamat sampai tujuan, kita butuh rambu-rambu. Dan ketakwaanlah rambu-rambu terbaik yang bisa memandu kita di jalan yang benar. Taqwa juga jadi bekal paling mantap buat kita dalam menempuh perjalanan hidup ini. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 197:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”

Jadi, jelas ya, bekal terbaik kita di dunia dan akhirat itu adalah takwa. Dengan takwa, kita punya kompas yang mengarahkan langkah, punya energi yang menguatkan niat, dan punya perisai yang melindungi dari godaan. Mari kita jadikan takwa sebagai prioritas utama dalam hidup kita.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah perjalanan panjang, kita kan pasti perlu istirahat sejenak. Buat apa? Ya buat ngumpulin lagi semangat dan tenaga, supaya bisa lanjut jalan sampai tujuan. Sama kayak hidup di dunia ini, kita juga butuh waktu untuk berhenti sejenak, merenung, mengevaluasi diri, menghitung-hitung amal, dan kontemplasi mendalam. Dalam bahasa Arab, kegiatan ini disebut muhasabah.

Pentingnya muhasabah ini sampai ditekankan oleh Sayyidina Umar bin Khattab. Beliau pernah bilang:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab (oleh Allah), dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hari Kiamat). Sesungguhnya hisab pada hari Kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Nasihat Sayyidina Umar ini sangat dalam maknanya. Introspeksi diri di dunia itu ibarat latihan sebelum ujian sesungguhnya di akhirat. Semakin sering kita latihan, semakin siap kita menghadapi ujian. Jadi, jangan tunda-tunda muhasabah, lakukanlah selagi kita masih diberi waktu dan kesempatan hidup.

Rasulullah SAW juga mengingatkan kita tentang pentingnya evaluasi diri. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, beliau bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”

Hadits ini mengajarkan kita bahwa kecerdasan sejati bukanlah soal IQ tinggi atau kekayaan melimpah di dunia. Orang cerdas menurut pandangan Islam adalah dia yang sadar akan akuntabilitas dirinya di hadapan Allah, mengevaluasi perbuatannya, dan giat beramal untuk bekal di akhirat. Sebaliknya, orang yang lemah adalah yang cuma nurut hawa nafsu dan banyak berkhayal tanpa usaha.

Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah SWT secara langsung memerintahkan kita untuk introspeksi. Surat Al-Hasyr ayat 18 berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini jelas memerintahkan kita untuk melihat apa yang sudah kita siapkan untuk “hari esok”, yaitu hari akhirat. Ini adalah perintah tegas untuk melakukan evaluasi diri, melihat kembali jejak langkah kita selama ini. Apakah jejak itu menuju kebaikan atau malah keburukan? Apakah bekal kita sudah cukup atau masih minim?

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari semua dalil dan nasihat tadi, kita bisa simpulkan banyak manfaat dari muhasabah atau introspeksi diri. Ini bukan sekadar kegiatan galau atau menyesali diri. Introspeksi adalah upaya proaktif untuk memperbaiki kualitas hidup dan menyiapkan diri menghadapi masa depan, baik di dunia maupun akhirat. Setidaknya, ada 5 manfaat keren yang bisa kita rasakan dari rutin ‘ngecas’ semangat hidup lewat introspeksi ini:

Pertama, sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi, kita bisa melihat kembali film perjalanan hidup kita. Mana adegan yang paling dominan? Apakah amal kebaikan atau keburukan? Apakah tindakan kita lebih banyak bermanfaat atau malah mudarat? Yang paling penting, apakah kita semakin dekat atau malah semakin jauh dari Allah SWT? Kita harus sadar penuh bahwa semua yang kita lakukan, sekecil apapun, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Ini ditegaskan dalam Surat Yasin ayat 65:

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

Bayangkan, anggota tubuh kita sendiri yang akan jadi saksi di hari Kiamat! Makanya, penting banget buat kita terus koreksi diri, biar nggak banyak “catatan merah” di buku amal kita.

Kedua, upaya memperbaiki diri. Setelah tahu mana kelebihan dan kekurangan kita lewat introspeksi, langkah selanjutnya adalah memperbaiki yang kurang dan mengembangkan yang sudah baik. Dengan terus memperbaiki diri, kualitas kehidupan kita akan meningkat. Waktu yang kita lewati pun akan lebih berkah, penuh manfaat dan kebaikan, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga buat orang lain di sekitar kita. Jangan sampai umur bertambah, tapi kualitas diri segitu-gitu aja, bahkan makin menurun.

Ketiga, momentum mawas diri. Kalau kita pernah lewat jalan yang banyak lubang atau licin, kita pasti lebih hati-hati kalau lewat situ lagi. Introspeksi juga begitu, pengalaman masa lalu, baik kegagalan maupun kesalahan, harus jadi pelajaran berharga. Mawas diri ini penting banget biar kita nggak terjerumus ke lubang yang sama. Allah SWT juga mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam menjalankan perintah-Nya:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah) dengan jelas.” (QS Al-Ma’idah: 92).

Ayat ini menggabungkan perintah taat dengan perintah hati-hati. Artinya, dalam ketaatan pun kita perlu mawas diri, memastikan niat dan cara kita sudah benar sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Keempat, memperkuat komitmen diri. Setiap manusia pasti pernah bikin salah, itu wajar. Introspeksi jadi waktu yang pas buat mengakui kesalahan itu dan berjanji, berkomitmen kuat, untuk tidak mengulangi lagi di masa depan. Seperti kata pepatah, jangan jatuh di lubang yang sama dua kali. Buang jauh-jauh masa lalu yang negatif, fokuslah melakukan hal positif hari ini dan untuk hari-hari mendatang. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُونٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ

“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

Hadits ini memotivasi kita untuk selalu meningkatkan diri setiap hari. Muhasabah membantu kita melihat apakah hari ini kita sudah lebih baik dari kemarin, atau malah sebaliknya.

Kelima, sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Coba deh, kalau kita introspeksi, kita akan sadar seberapa banyak nikmat yang sudah Allah kasih ke kita, dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Nikmat itu saking banyaknya, nggak mungkin bisa kita hitung satu per satu. Introspeksi bikin kita ingat semua nikmat itu. Dengan begitu, rasa syukur kita akan meningkat. Jangan sampai kita jadi golongan orang-orang yang kufur nikmat, nggak tahu diri padahal sudah diberi banyak banget. Allah SWT mengingatkan kita dalam Surat Ibrahim ayat 7:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Bersyukur itu kunci nikmat bertambah. Introspeksi membantu kita melihat betapa banyak hal yang harus disyukuri.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari semua uraian tadi, jelas banget ya, muhasabah atau introspeksi diri itu penting banget. Mari kita biasakan melakukannya setiap saat, nggak cuma nunggu momen pergantian tahun. Tapi, berhubung sekarang kita ada di penghujung tahun dan mau masuk tahun baru, ini momen ideal banget buat melakukan introspeksi besar-besaran.

Semoga dengan muhasabah di awal tahun ini, kita semua mendapatkan petunjuk terbaik dari Allah SWT. Semoga kita mampu mengambil pelajaran berharga dari perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan datang dengan penuh semangat, optimisme, dan tentu saja, bekal takwa yang makin tebal. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَحَبِيبُهُ وَخَلِيلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، اَلْمَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِينَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِينَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Tahun baru Hijriyah adalah pengingat bagi kita semua tentang perjalanan waktu dan panggilan untuk bertransformasi. Momen ini mengajak kita untuk berhenti sejenak, melihat ke dalam diri, dan merencanakan langkah ke depan. Jangan biarkan tahun baru berlalu begitu saja tanpa makna.

Mari kita manfaatkan semangat Hijrah dan Muhasabah di awal tahun ini. Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi berpindah sikap, dari malas jadi rajin, dari buruk jadi baik, dari egois jadi peduli. Muhasabah membantu kita mengidentifikasi area mana saja yang butuh perbaikan dalam diri kita.

Semoga khutbah spesial di 1 Muharram 1447 H ini memberikan inspirasi dan kekuatan bagi kita semua untuk memulai tahun ini dengan tekad baru, amal shaleh yang meningkat, dan iman yang semakin kuat. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah kita di tahun ini dan menjadikan setiap hari kita lebih baik dari hari sebelumnya. Amin.

Bagaimana perasaanmu menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H ini? Ada resolusi atau target apa nih di tahun ini? Yuk, bagikan di kolom komentar!

Posting Komentar