Kisah Dr. Mala: Sumbawa dan Ide Otonomi Daerah yang Mengubah Dunia!
Sumbawa kembali menghadirkan kisah inspiratif dari timur Indonesia. Baru-baru ini, sebuah buku biografi menarik berjudul “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” karya Bapak Nurdin Ranggabarani, S.H., M.H., resmi diluncurkan dan dibedah tuntas. Acara bedah buku ini digelar dalam sebuah forum akademik yang berlokasi di Aula Lantai 3 Kantor Bupati Sumbawa pada hari Senin, 16 Juni 2025.
Buku ini bukan sekadar catatan sejarah biasa, melainkan persembahan istimewa untuk mengenang dan memahami jejak langkah seorang tokoh nasional hebat asal Sumbawa. Sosok yang diangkat dalam buku ini adalah Dr. H. M. Mala Sjarifuddin, S.H., DESS. Beliau dikenal luas sebagai salah satu pemikir paling penting di balik lahirnya gagasan sentral desentralisasi dan otonomi daerah di bumi pertiwi Indonesia.
Bedah Buku Inspiratif di Tanah Leluhur¶
Acara bedah buku ini terasa semakin spesial dengan kehadiran tiga figur penting yang ikut meramaikan diskusi. Ada sang penulis buku itu sendiri, Bapak Nurdin Ranggabarani. Kemudian, hadir pula anggota DPR RI Bapak H. Johan Rosihan, S.T., yang bertindak sebagai narasumber utama dalam sesi bedah buku. Tak ketinggalan, Bapak Bupati Sumbawa Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P., turut memberikan sambutan hangat, menandai pentingnya acara ini bagi masyarakat Sumbawa.
Dalam pidato sambutannya, Bupati Sumbawa menyampaikan rasa apresiasi yang mendalam atas upaya pelestarian sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh lokal yang luar biasa. Beliau menekankan betapa kayanya Sumbawa akan putra-putri terbaik yang telah mendunia, namun kisah mereka mungkin belum banyak diketahui generasi sekarang. Oleh karena itu, penelusuran dan dokumentasi sejarah seperti buku ini sangatlah krusial untuk menginspirasi generasi hari ini dan mendatang.
“Sudah banyak putra Sumbawa yang kiprahnya mengguncang panggung nasional bahkan dunia,” ujar Bupati dengan penuh kebanggaan. “Tulisan-tulisan semacam ini sangat penting untuk membangkitkan kebanggaan kolektif kita, terutama bagi generasi muda. Kita pernah punya panglima perang laut yang gagah berani seperti Laksamana Manambai, dan kini kita bisa belajar banyak dari pemikiran visioner seperti Dr. Mala.” Pesan ini begitu menggema, mengingatkan betapa besar warisan sejarah dan intelektual yang dimiliki Sumbawa.
Dr. Mala: Doktor Pertama dari NTB dan Gagasan Otonomi Daerah¶
Siapa sebenarnya sosok Dr. H. M. Mala Sjarifuddin? Beliau adalah pribadi istimewa, tercatat sebagai doktor pertama yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Pencapaian akademisnya tidak main-main, beliau menempuh pendidikan doktoralnya hingga ke negeri Prancis, salah satu pusat ilmu pengetahuan di Eropa pada masanya.
Disertasi doktoral yang beliau tulis di Prancis sangat relevan dan visioner untuk konteks Indonesia. Judulnya adalah “L’Administration Locale en Indonésie” yang berarti “Pemerintahan Daerah di Indonesia”. Menariknya, disertasi ini ditulis sepenuhnya dalam bahasa Prancis. Karya akademis yang mendalam ini kemudian hari menjadi salah satu referensi penting dalam kajian desentralisasi dan pemerintahan daerah di tanah air, jauh sebelum konsep ini benar-benar diimplementasikan secara luas.
Memikirkan gagasan otonomi daerah pada masa itu tentu membutuhkan keberanian intelektual yang luar biasa. Indonesia, dalam sejarahnya, pernah mengalami fase sentralisasi kekuasaan yang sangat kuat. Konsep bahwa daerah harus memiliki kewenangan dan kemandirian untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri bukanlah ide yang populer atau mudah diterima begitu saja. Dr. Mala, melalui kajian akademisnya yang mendalam, telah meletakkan fondasi intelektual bagi pergeseran paradigma tata kelola pemerintahan ini.
Puncak Eiffel sebagai Simbol Pencapaian Global¶
Narasumber bedah buku, Bapak H. Johan Rosihan, S.T., memberikan pandangan yang tajam mengenai makna di balik judul buku. Beliau menekankan bahwa buku ini jauh melampaui sekadar biografi biasa. “Judul ‘Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel’ itu bukan hanya simbolis belaka,” tegasnya. “Puncak Eiffel adalah lambang pencapaian tertinggi di kancah global, sebuah ikon dunia. Ini menggambarkan bahwa seorang anak dari Sumbawa, dari pelosok Nusantara, bisa menembus batas dunia pemikiran global dan diakui kontribusinya.”
Gagasan besar tentang otonomi daerah yang hari ini kita rasakan, yang memungkinkan setiap daerah memiliki DPRD, memilih kepala daerah, dan mengelola anggarannya sendiri, menurut Bapak Johan, awalnya memang muncul dari keberanian intelektual Dr. Mala. Keberanian untuk berpikir di luar kebiasaan, keberanian untuk meneliti dan mengusulkan sebuah sistem tata kelola pemerintahan yang lebih mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Ini adalah sebuah kebanggaan yang harus dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sumbawa.
Perjalanan Penulis dan Semangat “Kesamawaan”¶
Penulis buku, Bapak Nurdin Ranggabarani, berbagi cerita di balik proses kreatif penulisan buku biografi ini. Beliau mengungkapkan bahwa penyusunan buku ini melalui proses yang tidak pendek dan penuh perjuangan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah riset mendalam, bahkan hingga menelusuri jejak Dr. Mala langsung ke negeri Prancis. Dedikasi ini menunjukkan kesungguhan penulis dalam menggali setiap detail kehidupan dan pemikiran tokoh yang diangkat.
“Menulis buku ini adalah ikhtiar saya untuk mewariskan semangat tentang pentingnya sebuah gagasan,” ujar Bapak Nurdin. Beliau ingin menunjukkan kepada generasi penerus, terutama di Sumbawa, bahwa satu ide brilian bisa lahir dari mana saja dan memiliki dampak yang luar biasa. “Generasi Sumbawa saat ini harus percaya diri dengan identitas ‘Kesamawaan’ kita,” tambahnya penuh semangat. Ia menjelaskan bahwa identitas lokal Sumbawa, dengan segala sejarah perjuangan dan warisan pemikiran akademiknya, adalah modal besar yang patut dibanggakan dan menjadi landasan untuk berkarya.
Bapak Nurdin juga menyampaikan komitmennya agar buku ini dapat diakses seluas-luasnya oleh generasi muda. “Buku ini akan saya titipkan di perpustakaan seluruh sekolah di Kabupaten Sumbawa,” janjinya. Langkah ini patut diapresiasi, memastikan bahwa kisah inspiratif dan pemikiran Dr. Mala Sjarifuddin dapat sampai ke tangan para siswa, membangkitkan minat mereka pada sejarah lokal dan mendorong mereka untuk bermimpi setinggi mungkin.
Memahami Otonomi Daerah Warisan Dr. Mala¶
Gagasan otonomi daerah yang diperjuangkan secara intelektual oleh Dr. Mala Sjarifuddin merupakan salah satu pilar penting dalam sistem pemerintahan modern Indonesia. Sebelum era Reformasi, Indonesia menerapkan sistem pemerintahan yang sangat sentralistik, di mana sebagian besar kekuasaan dan sumber daya terpusat di pemerintah pusat di Jakarta. Daerah-daerah memiliki ketergantungan yang tinggi dan kewenangan yang terbatas dalam mengatur urusannya sendiri.
Namun, seiring berjalannya waktu dan dinamika politik, muncul kesadaran akan pentingnya memberikan kewenangan lebih kepada daerah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi pelayanan publik, mendorong pembangunan yang lebih merata sesuai dengan potensi lokal, serta mengakomodir aspirasi masyarakat di tingkat lokal. Inilah esensi dari desentralisasi dan otonomi daerah. Dr. Mala, jauh sebelum era Reformasi, sudah melihat urgensi dan potensi dari model pemerintahan yang terdesentralisasi ini melalui kajian akademisnya.
Implementasi penuh otonomi daerah di Indonesia baru benar-benar bergulir kencang pasca-Reformasi, ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (yang kemudian disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 23 Tahun 2014). Undang-undang ini memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten, dan kota untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, mulai dari pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, lingkungan hidup, hingga perhubungan dan lain sebagainya.
Dengan otonomi daerah, daerah memiliki kemandirian finansial yang lebih besar melalui transfer dana dari pusat (Dana Alokasi Umum/DAU, Dana Alokasi Khusus/DAK) dan kemampuan menggali sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kepala daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) dipilih langsung oleh rakyat, dan parlemen daerah (DPRD) memiliki peran penting dalam pengawasan dan penyusunan peraturan daerah. Ini adalah sebuah lompatan besar dalam sejarah tata kelola pemerintahan di Indonesia, dan Dr. Mala Sjarifuddin adalah salah satu arsitek intelektual di balik lompatan tersebut.
Dampak dan Tantangan Otonomi Daerah¶
Sejak diterapkan, otonomi daerah telah membawa berbagai perubahan signifikan di Indonesia. Pembangunan di daerah-daerah menjadi lebih dinamis, pelayanan publik di beberapa sektor menunjukkan peningkatan, dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal menjadi lebih terbuka. Daerah-daerah berlomba-lomba menggali potensi unik mereka untuk kemajuan.
Namun, implementasi otonomi daerah juga tidak luput dari tantangan. Isu-isu seperti kapasitas sumber daya manusia di daerah yang belum merata, potensi korupsi di tingkat lokal, ketimpangan pembangunan antar daerah, serta tumpang tindih kewenangan kadang masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus diperbaiki. Meski demikian, prinsip dasar untuk mendekatkan pemerintahan kepada rakyat dan memberdayakan daerah tetap menjadi semangat utama.
Memahami sejarah lahirnya gagasan otonomi daerah, seperti yang tertuang dalam disertasi Dr. Mala dan diulas dalam buku ini, sangat penting untuk menghargai proses panjang reformasi birokrasi di Indonesia. Beliau bukan hanya seorang akademisi, tetapi juga seorang visioner yang melihat masa depan pemerintahan Indonesia dengan kacamata yang berbeda.
Media Pendukung: Perbedaan Sentralisasi dan Desentralisasi¶
Untuk lebih memahami konteks gagasan Dr. Mala, mari kita lihat perbedaan mendasar antara sistem pemerintahan yang sentralistik dan yang terdesentralisasi (otonomi daerah).
Karakteristik | Sistem Sentralisasi | Sistem Desentralisasi (Otonomi Daerah) |
---|---|---|
Pusat Pengambilan Keputusan | Terpusat di pemerintah pusat | Tersebar ke pemerintah daerah (provinsi, kab/kota) |
Kewenangan | Hampir semua kewenangan ada di pusat | Kewenangan luas dilimpahkan ke daerah |
Pengelolaan Sumber Daya | Sumber daya (termasuk keuangan) dikelola pusat | Daerah memiliki kewenangan mengelola sumber daya lokal |
Pelayanan Publik | Standar dan pelaksanaan ditentukan pusat | Daerah bisa menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan lokal |
Partisipasi Masyarakat | Terbatas pada tingkat pusat | Lebih terbuka di tingkat lokal |
Inovasi Lokal | Kurang terdorong | Sangat didorong sesuai potensi dan masalah lokal |
Diagram ini menunjukkan pergeseran fundamental yang terjadi di Indonesia, sebuah pergeseran yang secara intelektual turut diprakarsai oleh pemikiran seperti Dr. Mala Sjarifuddin.
Kisah Inspiratif dari Pelosok Nusantara¶
Lebih dari sekadar kisah hidup seorang tokoh, buku “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” menjadi cermin perjalanan intelektual yang luar biasa. Ia membuktikan bahwa asal-usul geografis bukanlah penghalang untuk menghasilkan pemikiran besar yang dapat menjangkau panggung dunia. Dari Sumbawa, sebuah kabupaten di timur Indonesia, seorang putra daerah mampu menimba ilmu hingga ke Prancis dan menghasilkan sebuah karya akademis yang relevan dan berpengaruh terhadap kebijakan negara di kemudian hari.
Kisah Dr. Mala adalah pengingat bahwa ide-ide brilian bisa lahir dari mana saja, bahkan dari pelosok Nusantara yang jauh dari pusat kekuasaan. Perjalanan beliau dari kampung halaman di Sumbawa, menempuh pendidikan di Eropa, hingga pemikirannya menjadi rujukan dalam ruang-ruang kebijakan nasional, adalah bukti nyata bahwa dedikasi, kecerdasan, dan keberanian intelektual dapat membawa dampak perubahan yang luar biasa bagi bangsa. Buku ini mengajak kita untuk menghargai para pemikir lokal dan percaya pada potensi diri, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Dr. H. M. Mala Sjarifuddin.
Kisah ini patut menjadi inspirasi, terutama bagi generasi muda Sumbawa dan seluruh Indonesia. Jangan pernah merasa kecil atau terbatas oleh latar belakang. Dengan ilmu, kerja keras, dan visi, kita bisa menggapai “Puncak Eiffel” versi kita sendiri, memberikan kontribusi terbaik bagi daerah dan bangsa.
Bagaimana pendapatmu tentang kisah Dr. Mala Sjarifuddin dan pentingnya otonomi daerah ini? Pernahkah kamu mendengar tentang beliau sebelumnya? Bagikan pemikiranmu di kolom komentar!
Posting Komentar