Latihan Soal PPA Umum 2 Modul 1 PPG 2025: Raih Nilai GTK Tertinggi!
Siap-siap! Buat kamu para peserta PPG Guru Tertentu 2025, ada info penting nih soal Post Test PPA Umum 2 Modul 1. Post test ini adalah kelanjutan langsung dari Post Test PPA Umum 1 Modul 1 yang mungkin sudah kamu kerjakan sebelumnya. Tujuannya tentu untuk mengukur sejauh mana pemahaman kamu setelah mempelajari modul pertama.
Modul 1 ini sendiri membahas Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang sifatnya umum. Isinya padat banget dengan empat topik utama yang pastinya relevan banget buat praktik mengajar sehari-hari. Menguasai materi ini bisa jadi kunci buat dapetin nilai GTK yang oke punya.
Berikut adalah topik-topik seru yang dibahas dalam Modul 1 Prinsip Pengajaran dan Asesmen (Umum):
No | Topik |
---|---|
1 | Menerapkan Prinsip Understanding by Design Pada Pembelajaran |
2 | Merancang Pembelajaran Berdifferensiasi |
3 | Menerapkan Pendekatan Teaching at The Right Level pada Pembelajaran |
4 | Menerapkan Pendekatan Culturally Responsive Teaching pada Pembelajaran |
Nah, katanya sih di Post Test ini, semua jawaban pilihan ganda itu benar. Ini bukan berarti kamu bisa asal pilih ya! Justru ini menandakan bahwa soal-soalnya didesain untuk melihat sudut pandang atau pemahaman kamu terhadap berbagai aspek dari satu konsep. Jadi, pilih opsi yang paling sesuai dengan cara pandang atau pengalaman mengajar kamu.
Di bawah ini kita akan ulas sedikit contoh soal dan pembahasannya berdasarkan topik-topik tersebut. Ingat ya, ini cuma contoh dan cara berpikirnya. Jawaban “benar” bisa bervariasi tergantung bagaimana soalnya disajikan dan bagaimana kamu memahami materinya secara personal.
Menjelajahi Topik-topik Kunci Modul 1¶
Sebelum kita loncat ke contoh soal, ada baiknya kita refresh sedikit pemahaman tentang masing-masing topik. Keempat topik ini saling melengkapi dan memberikan pandangan yang komprehensif tentang bagaimana seharusnya pengajaran dan asesmen dirancang di era modern, terutama untuk mengakomodasi keberagaman murid. Mari kita bedah satu per satu.
Topik pertama, Understanding by Design (UbD), mengajak kita untuk berpikir mundur dalam merancang pembelajaran. Alih-alih memulai dari aktivitas, kita diajak memulai dari tujuan akhir: apa yang kita ingin murid pahami dan mampu lakukan di akhir pembelajaran. Dari situ, baru kita tentukan bukti belajar atau asesmen apa yang bisa menunjukkan pemahaman tersebut, dan terakhir merancang aktivitas belajar yang relevan.
Topik kedua adalah Pembelajaran Berdiferensiasi. Ini konsep yang lagi ramai banget, dan memang krusial. Pembelajaran berdiferensiasi intinya adalah menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan profil belajar setiap murid yang unik. Kita bisa berdiferensiasi konten (apa yang diajarkan), proses (bagaimana mengajarkannya), atau produk (bagaimana murid menunjukkan pemahaman). Tujuannya agar semua murid, dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda, bisa mencapai tujuan pembelajaran yang sama secara optimal.
Selanjutnya, Teaching at The Right Level (TaRL) atau mengajar sesuai level kemampuan murid. Pendekatan ini menekankan pentingnya mengetahui level kompetensi murid saat ini, bukan hanya berdasarkan usia atau jenjang kelasnya. Pembelajaran kemudian disesuaikan agar murid belajar pada level yang tepat bagi mereka, sehingga tidak merasa terlalu sulit (frustasi) atau terlalu mudah (bosan). TaRL sering digunakan untuk mengatasi kesenjangan belajar.
Terakhir, Culturally Responsive Teaching (CRT) atau Pengajaran yang Responsif Budaya. Konsep ini mengajak guru untuk mengakui, menghargai, dan menggunakan latar belakang budaya, pengalaman, dan cara pandang murid sebagai sumber daya yang berharga dalam pembelajaran. Ini membantu murid merasa lebih terhubung dengan materi, meningkatkan motivasi, dan membangun rasa percaya diri serta identitas positif. CRT membantu menjembatani kesenjangan antara budaya sekolah dan budaya rumah murid.
Keempat topik ini adalah pondasi penting dalam mendesain pembelajaran yang efektif, adil, dan relevan bagi semua murid. Memahami keterkaitan antar topik ini juga penting. Misalnya, berdiferensiasi bisa jadi salah satu cara menerapkan TaRL, dan keduanya bisa dirancang menggunakan kerangka UbD, sambil tetap memperhatikan aspek budaya murid seperti dalam CRT.
Contoh Soal dan Cara Berpikirnya (Ingat, Semua Opsi Bisa Dianggap Benar!)¶
Oke, sekarang mari kita lihat beberapa contoh soal yang mungkin muncul, beserta penjelasan mengapa setiap opsi bisa dianggap benar dalam konteks memahami materi. Formatnya pilihan ganda, dan ingat aturan mainnya: pilihlah yang paling reson dengan pemahaman kamu, karena semua opsi mengindikasikan pemahaman materi.
Topik 1: Menerapkan Prinsip Understanding by Design (UbD)¶
Contoh Soal 1:
Manakah di antara pernyataan berikut yang paling mencerminkan esensi tahap pertama dalam kerangka UbD?
a) Merancang berbagai aktivitas belajar yang menarik dan bervariasi.
b) Menentukan tujuan pembelajaran dan apa yang diharapkan dipahami serta bisa dilakukan murid.
c) Membuat rubrik penilaian yang detail untuk mengukur hasil belajar.
d) Mengumpulkan sumber belajar yang relevan dengan topik materi.
Pembahasan: Dalam kerangka UbD, tahap pertama adalah “Identify Desired Results” atau Menentukan Hasil yang Diinginkan. Ini fokus pada apa yang kita ingin murid pahami secara mendalam dan mampu lakukan (transfer pengetahuan).
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Merancang aktivitas memang bagian dari proses, dan aktivitas yang menarik serta bervariasi bisa mendukung pencapaian hasil yang diinginkan. Pilihan ini menunjukkan pemahaman bahwa aktivitas adalah komponen penting, meski bukan tahap pertama yang utama.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Ini adalah deskripsi yang paling akurat untuk Tahap 1 UbD. Menentukan tujuan, pemahaman yang diharapkan (enduring understanding), dan kemampuan transfer adalah inti dari memulai dengan akhir dalam pikiran. Memilih opsi ini menunjukkan pemahaman konsep dasar UbD dengan tepat.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Rubrik penilaian terkait dengan asesmen, yang merupakan Tahap 2 UbD (“Determine Acceptable Evidence”). Namun, memikirkan bagaimana hasil belajar akan diukur (melalui asesmen yang dinilai dengan rubrik) adalah bagian dari perencanaan yang digerakkan oleh bukti, yang sejalan dengan semangat UbD untuk memastikan bukti pemahaman terkumpul.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Mengumpulkan sumber belajar adalah bagian dari persiapan mengajar, yang akan dilakukan di Tahap 3 (“Plan Learning Experiences and Instruction”). Pemahaman bahwa sumber belajar itu penting untuk mendukung pembelajaran menunjukkan pemahaman parsial dari proses perencanaan pembelajaran.
Jadi, meskipun (b) adalah jawaban yang paling tepat sesuai teori UbD Tahap 1, opsi lain juga menunjukkan pemahaman tentang elemen-elemen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang dirancang dengan baik, yang sejalan dengan prinsip UbD secara keseluruhan dalam konteks perencanaan komprehensif.
Contoh Soal 2:
Seorang guru merancang pembelajaran dengan memulainya dari pertanyaan esensial yang akan memandu penyelidikan murid. Tindakan ini paling sesuai dengan prinsip UbD pada tahap…
a) Tahap 1: Menentukan Hasil yang Diinginkan
b) Tahap 2: Menentukan Bukti Penilaian
c) Tahap 3: Merencanakan Pengalaman Belajar dan Pengajaran
d) Semua tahap dalam UbD
Pembahasan: Pertanyaan esensial (Essential Questions) adalah ciri khas dari Tahap 1 UbD. Pertanyaan ini dirancang untuk menggugah pemikiran mendalam, menghubungkan ide-ide, dan memfasilitasi transfer pengetahuan, yang merupakan inti dari pemahaman yang mendalam.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Ini adalah jawaban yang paling langsung dan akurat. Pertanyaan esensial adalah alat utama untuk mengeksplorasi “Enduring Understanding” (Pemahaman Abadi) di Tahap 1 UbD.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Pertanyaan esensial menginformasikan jenis bukti yang perlu dikumpulkan di Tahap 2. Murid akan menunjukkan pemahaman mereka atas pertanyaan esensial melalui tugas kinerja atau asesmen lainnya. Jadi, merancang pertanyaan esensial secara tidak langsung berhubungan dengan penentuan bukti penilaian.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Pertanyaan esensial memandu perancangan pengalaman belajar dan pengajaran di Tahap 3. Aktivitas belajar dirancang agar murid dapat mengeksplorasi dan menemukan jawaban atas pertanyaan esensial. Jadi, pertanyaan esensial relevan dengan tahap ini sebagai penuntun.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Karena pertanyaan esensial memainkan peran penting dalam memulai proses UbD (Tahap 1), mengarahkan jenis bukti yang dicari (Tahap 2), dan membentuk pengalaman belajar (Tahap 3), bisa dibilang pertanyaan esensial memiliki implikasi di semua tahap perencanaan UbD.
Dalam konteks “semua jawaban benar”, setiap opsi memang memiliki keterkaitan logis dengan peran pertanyaan esensial dalam proses UbD, meskipun (a) adalah peran utamanya.
Topik 2: Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi¶
Contoh Soal 3:
Ketika merancang pembelajaran berdiferensiasi, faktor utama yang perlu dipertimbangkan guru adalah…
a) Ketersediaan sumber belajar di sekolah.
b) Alokasi waktu pelajaran sesuai kurikulum.
c) Kesiapan belajar (readiness), minat (interest), dan profil belajar (learning profile) murid.
d) Jumlah murid dalam satu kelas.
Pembahasan: Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada kebutuhan individual murid. Tiga area kunci yang sering dijadikan dasar diferensiasi adalah kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Ketersediaan sumber belajar memang mempengaruhi bagaimana guru bisa melakukan diferensiasi (misalnya, apakah ada buku bacaan dengan level berbeda, materi audio-visual, dll.). Keterbatasan sumber bisa menjadi tantangan, jadi mempertimbangkan ini menunjukkan pemahaman praktis tentang implementasi.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Alokasi waktu juga membatasi atau memungkinkan jenis diferensiasi yang bisa dilakukan. Aktivitas yang kompleks atau membutuhkan eksplorasi mendalam mungkin butuh waktu lebih, atau sebaliknya, guru perlu merancang kegiatan singkat untuk kelompok yang cepat paham. Jadi, waktu adalah faktor perencanaan yang perlu dipertimbangkan.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Ini adalah jawaban yang paling tepat. Kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid adalah dasar mengapa guru perlu melakukan diferensiasi. Tanpa memahami ketiga hal ini dari muridnya, diferensiasi tidak akan efektif. Memilih opsi ini menunjukkan pemahaman inti dari konsep diferensiasi.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Jumlah murid berpengaruh pada kompleksitas manajemen kelas saat melakukan diferensiasi. Mengatur aktivitas untuk kelompok-kelompok kecil dengan tugas berbeda di kelas besar tentu lebih menantang. Jadi, ini adalah faktor praktis yang perlu dipertimbangkan guru saat merancang implementasi diferensiasi.
Semua opsi di atas adalah faktor yang relevan dalam konteks merancang dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, meskipun © adalah faktor penggerak utama.
Contoh Soal 4:
Seorang guru memberikan pilihan kepada murid tentang cara mereka menunjukkan pemahaman terhadap topik perubahan iklim: mereka bisa membuat poster, menulis esai, atau membuat presentasi video singkat. Ini adalah contoh diferensiasi pada aspek…
a) Konten
b) Proses
c) Produk
d) Lingkungan Belajar
Pembahasan: Dalam pembelajaran berdiferensiasi, “produk” mengacu pada hasil akhir yang dibuat atau ditunjukkan oleh murid untuk mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari dan pahami.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Pilihan yang diberikan (poster, esai, video) memang menampilkan konten yang sama (perubahan iklim), tetapi cara menampilkannya berbeda. Dalam arti sempit, ini bisa dilihat sebagai cara murid berinteraksi dengan konten melalui format yang berbeda.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Proses pembelajaran yang mengarah pada produk tersebut mungkin berbeda tergantung pilihan murid. Misalnya, proses riset untuk esai bisa berbeda dengan riset untuk video. Jadi, memberi pilihan produk secara tidak langsung juga mempengaruhi proses.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Ini adalah jawaban yang paling akurat sesuai teori diferensiasi. Memberi pilihan cara murid mendemonstrasikan pembelajaran adalah bentuk diferensiasi produk.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Pilihan produk yang berbeda bisa jadi memerlukan penggunaan ruang atau alat yang berbeda (misal, area untuk menggambar poster vs. area untuk merekam video), sehingga secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan belajar fisik atau digital.
Meskipun © adalah kategorisasi yang paling tepat, opsi lain menunjukkan pemahaman tentang bagaimana satu bentuk diferensiasi (produk) bisa memiliki keterkaitan atau implikasi terhadap aspek lain dalam pembelajaran.
Untuk lebih memahami Pembelajaran Berdiferensiasi, coba simak video singkat berikut (cari video YouTube relevan tentang “Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas”):
*Contoh video edukatif tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Silakan cari video yang paling relevan)*
(Catatan: Karena saya tidak bisa browsing langsung, silakan ganti YOUR_VIDEO_ID_HERE
dengan ID video YouTube yang relevan dengan topik Pembelajaran Berdiferensiasi)
Topik 3: Menerapkan Pendekatan Teaching at The Right Level (TaRL)¶
Contoh Soal 5:
Prinsip utama dari pendekatan Teaching at The Right Level (TaRL) adalah…
a) Memastikan semua murid di kelas yang sama mempelajari materi yang sama pada waktu yang bersamaan.
b) Mengelompokkan murid berdasarkan usia atau jenjang kelas mereka.
c) Melakukan asesmen awal untuk mengetahui level kompetensi setiap murid dan menyesuaikan pengajaran berdasarkan level tersebut.
d) Menggunakan buku teks standar yang sama untuk semua murid di satu tingkatan.
Pembahasan: TaRL fokus pada pengajaran yang disesuaikan dengan level kemampuan aktual murid, bukan hanya berdasarkan kelas formal mereka.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Meskipun TaRL menekankan pengajaran berdasarkan level, tujuan akhirnya tetap agar murid dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan kurikulum, yang mungkin pada akhirnya mengharapkan pemahaman materi yang sama, hanya saja jalur atau kecepatan mencapainya berbeda. Pemahaman ini bisa dilihat sebagai target jangka panjang.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Pengelompokan berdasarkan usia atau kelas memang dasar dari sistem pendidikan formal kita, dan TaRL bekerja dalam sistem ini. Namun, TaRL justru menantang asumsi bahwa semua murid di kelas yang sama memiliki level kemampuan yang sama. Namun, pemahaman bahwa pengelompokan ini adalah titik awal bisa dianggap relevan.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Ini adalah deskripsi yang paling tepat dan inti dari pendekatan TaRL. Asesmen awal (sering disebut asesmen diagnostik) untuk mengidentifikasi level kemampuan adalah langkah krusial sebelum merancang intervensi TaRL.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Buku teks standar bisa menjadi salah satu sumber belajar, namun TaRL menyarankan penggunaan materi dan aktivitas yang sesuai dengan level murid, yang mungkin tidak selalu terpaku pada satu buku teks standar saja. Namun, mengetahui bahwa buku teks adalah sumber umum bisa dianggap menunjukkan pemahaman tentang konteks sekolah.
Opsi © adalah definisi paling akurat dari TaRL, namun opsi lainnya menunjukkan pemahaman tentang konteks kelas dan pembelajaran tradisional yang menjadi latar belakang mengapa TaRL diperlukan atau bagaimana TaRL berinteraksi dengan sistem yang sudah ada.
Contoh Soal 6:
Manakah skenario berikut yang paling mencerminkan penerapan TaRL di kelas?
a) Semua murid di kelas 4 membaca buku teks IPA yang sama.
b) Guru matematika memberikan latihan soal yang berbeda tingkat kesulitannya kepada kelompok murid yang berbeda berdasarkan hasil asesmen awal mereka.
c) Guru menugaskan semua murid untuk mengerjakan proyek yang sama secara mandiri.
d) Murid diminta menghafal fakta-fakta sejarah dari buku teks.
Pembahasan: Penerapan TaRL terlihat ketika guru secara sengaja menyesuaikan pengajaran atau tugas dengan level kemampuan murid.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Menggunakan buku teks yang sama menunjukkan pengajaran yang tidak berdiferensiasi atau berbasis level. Namun, memahami skenario ini sebagai contoh pengajaran “tradisional” atau kebalikan dari TaRL bisa jadi adalah pemahaman yang dimaksud.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Ini adalah contoh yang paling jelas dari TaRL. Guru menyesuaikan materi (latihan soal) dan mengelompokkan murid berdasarkan hasil asesmen level mereka. Ini persis prinsip TaRL.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Menugaskan proyek yang sama kepada semua murid, meskipun dikerjakan mandiri, tidak secara langsung menunjukkan penyesuaian dengan level kemampuan yang berbeda. Namun, proses pengerjaan proyek mandiri bisa memungkinkan murid bekerja sesuai kecepatan dan kedalaman mereka sendiri, yang secara tidak langsung mengakomodasi perbedaan level.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Menghafal fakta juga merupakan metode pengajaran tradisional yang biasanya diterapkan secara seragam. Namun, jika fakta yang dihafal disesuaikan dengan level pemahaman atau kompleksitas yang berbeda untuk kelompok murid yang berbeda, barulah ini mendekati TaRL. Dalam skenario umum menghafal, ini bukan TaRL, namun pemahaman bahwa ini adalah salah satu metode pengajaran bisa jadi yang diuji.
Skenario pada opsi (b) adalah ilustrasi TaRL yang paling tepat. Opsi lainnya menggambarkan skenario yang kurang atau tidak mencerminkan TaRL, namun mungkin disertakan untuk menguji pemahaman kontras atau konteks pengajaran yang ada.
Topik 4: Menerapkan Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT)¶
Contoh Soal 7:
Manakah tindakan guru yang paling menunjukkan penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT)?
a) Menggunakan buku teks impor yang menampilkan banyak contoh dari budaya Barat.
b) Mengintegrasikan cerita rakyat, lagu daerah, atau tradisi lokal ke dalam materi pelajaran.
c) Menekankan pentingnya standarisasi dalam semua aspek pembelajaran.
d) Memperlakukan semua murid sama persis tanpa memperhatikan latar belakang mereka.
Pembahasan: CRT menekankan penggunaan budaya murid sebagai jembatan untuk pembelajaran dan membuat materi terasa relevan.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Menggunakan buku teks impor dengan fokus budaya Barat bukan contoh CRT, melainkan kebalikannya. Namun, memahami bahwa ini adalah praktik yang tidak responsif budaya bisa jadi pemahaman yang diuji.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Ini adalah contoh penerapan CRT yang sangat baik. Mengintegrasikan elemen budaya lokal atau budaya murid ke dalam pembelajaran membuat materi lebih relevan, menarik, dan memberdayakan bagi murid.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Menekankan standarisasi tanpa fleksibilitas bisa bertentangan dengan prinsip CRT yang menghargai perbedaan. Namun, pemahaman bahwa ada tuntutan standarisasi dalam sistem pendidikan bisa jadi konteks yang perlu dipahami oleh guru.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Memperlakukan semua murid sama persis (colorblind approach) seringkali dianggap sebagai keadilan, namun dalam konteks CRT, keadilan justru berarti mengakui dan merespons perbedaan latar belakang dan kebutuhan. Mengabaikan latar belakang murid bisa membuat mereka merasa tidak terlihat atau tidak dihargai. Namun, pemahaman bahwa niat guru mungkin adalah untuk berlaku adil (meski pendekatannya tidak responsif budaya) bisa jadi sudut pandang yang diuji.
Opsi (b) adalah contoh CRT yang paling jelas. Opsi lain menggambarkan praktik yang kurang atau tidak responsif budaya, namun mungkin disertakan untuk menguji pemahaman tentang apa yang bukan CRT.
Contoh Soal 8:
Seorang guru menyadari ada beberapa murid di kelasnya yang berasal dari suku dengan tradisi komunikasi tidak langsung. Saat diskusi kelas, murid-murid ini cenderung diam dan jarang mengangkat tangan. Bagaimana guru yang menerapkan CRT sebaiknya merespons situasi ini?
a) Memaksa murid-murid tersebut untuk berbicara lebih banyak agar aktif di kelas.
b) Menganggap murid tersebut pasif dan memberikan nilai partisipasi yang rendah.
c) Mencari cara lain bagi murid untuk berkontribusi, misalnya melalui tulisan, gambar, atau diskusi kelompok kecil, sambil perlahan menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk bersuara.
d) Mengabaikan perbedaan ini dan tetap menggunakan metode diskusi kelas yang sama.
Pembahasan: CRT mendorong guru untuk memahami dan menghargai perbedaan gaya komunikasi antarbudaya dan menyesuaikan praktik pengajaran agar lebih inklusif.
- Mengapa (a) bisa dianggap benar? Memaksa murid bicara secara langsung mungkin bertentangan dengan norma budaya mereka dan bisa membuat mereka tidak nyaman atau malu. Namun, pemahaman bahwa guru perlu mendorong partisipasi murid bisa jadi niat di balik opsi ini, meski caranya kurang tepat dari perspektif CRT.
- Mengapa (b) bisa dianggap benar? Memberi nilai rendah karena gaya komunikasi yang berbeda adalah contoh praktik yang tidak responsif budaya. Ini menilai murid berdasarkan norma budaya mayoritas atau norma yang tidak mereka kuasai. Namun, memahami bahwa partisipasi dinilai dalam beberapa konteks kelas bisa jadi pemahaman yang diuji.
- Mengapa © bisa dianggap benar? Ini adalah respons yang sangat mencerminkan CRT. Guru mengakui perbedaan budaya (gaya komunikasi), mencari cara alternatif bagi murid untuk menunjukkan pemahaman atau berpartisipasi (diferensiasi proses/produk), dan berusaha membangun lingkungan yang aman agar lambat laun murid merasa nyaman untuk berpartisipasi dengan cara lain, termasuk lisan jika mereka siap.
- Mengapa (d) bisa dianggap benar? Mengabaikan perbedaan budaya dan memaksakan satu metode yang tidak cocok bagi sebagian murid bukan CRT. Namun, pemahaman bahwa guru mungkin belum menyadari atau tahu cara merespons perbedaan ini bisa jadi skenario yang digambarkan oleh opsi ini.
Opsi © adalah respons guru yang paling sejalan dengan prinsip CRT dalam menghadapi perbedaan gaya komunikasi antarbudaya di kelas. Opsi lain menggambarkan respons yang kurang tepat atau tidak responsif.
Pentingnya Memahami Konteks “Semua Jawaban Benar”¶
Seperti yang disebutkan di awal, Post Test PPA Umum 2 Modul 1 ini punya keunikan: katanya, semua pilihan jawaban di soal pilihan ganda itu benar. Ini bisa jadi bikin bingung kalau kita terbiasa dengan soal pilihan ganda yang hanya punya satu jawaban mutlak benar.
Interpretasi yang paling masuk akal dari format ini adalah bahwa soal-soal tersebut dirancang untuk menguji pemahaman kamu terhadap berbagai aspek atau berbagai tingkat kedalaman dari konsep yang dibahas. Setiap opsi mungkin merepresentasikan:
1. Definisi atau prinsip inti (jawaban paling tepat).
2. Contoh penerapan konsep (bisa tepat atau kurang tepat).
3. Keterkaitan konsep dengan aspek lain dalam pendidikan.
4. Konteks atau tantangan dalam menerapkan konsep di lapangan.
5. Pemahaman yang parsial atau dari sudut pandang yang berbeda.
Jadi, ketika mengerjakan post test ini, jangan khawatir mencari satu jawaban “paling benar” secara mutlak. Pilihlah opsi yang menurut kamu paling masuk akal atau paling sesuai dengan pemahaman kamu setelah mempelajari modul. Setiap pilihan yang kamu ambil akan memberikan informasi tentang bagaimana kamu memahami materi, yang mungkin akan digunakan untuk tujuan refleksi atau pemetaan pemahaman peserta secara keseluruhan.
Intinya, post test ini lebih ke arah self-assessment atau pemetaan pemahaman, bukan ujian yang menentukan lulus atau tidak berdasarkan skor tunggal seperti Uji Pengetahuan (UP). Jadi, manfaatkan kesempatan ini untuk benar-benar merefleksikan apa yang sudah kamu pelajari dari Modul 1.
Strategi Menghadapi Post Test¶
Meskipun semua jawaban dianggap benar, ada baiknya kamu tetap mempersiapkan diri. Berikut beberapa tips:
- Pelajari Modul dengan Seksama: Baca dan pahami materi di setiap topik Modul 1. Jangan cuma dibaca lewat, tapi coba pahami konsep intinya dan bagaimana penerapannya di kelas.
- Hubungkan dengan Pengalaman: Saat mempelajari materi, coba hubungkan dengan pengalaman mengajar kamu sendiri. Di situasi apa kamu pernah menerapkan UbD? Bagaimana kamu sudah atau bisa menerapkan diferensiasi? Refleksi ini akan membantu pemahamanmu lebih dalam.
- Diskusikan: Jika memungkinkan, diskusikan materi dengan sesama peserta PPG. Berbagi pemahaman bisa membuka sudut pandang baru.
- Pikirkan dari Berbagai Sisi: Saat mengerjakan soal, coba lihat setiap opsi jawaban dari berbagai sudut pandang. Mengapa opsi ini relevan dengan topik? Dalam konteks apa opsi ini bisa dianggap benar? Ini akan membantu kamu memilih opsi yang paling sesuai dengan pemahaman kamu, meskipun opsi lain juga “benar”.
- Fokus pada Pemahaman, Bukan Nilai: Karena semua jawaban benar, fokus utamamu adalah mengukur dan merefleksikan pemahamanmu sendiri terhadap materi. Jangan terbebani dengan target nilai tertentu.
Post Test PPA Umum 2 Modul 1 ini adalah kesempatan bagus untuk mengukur seberapa baik kamu menyerap materi Prinsip Pengajaran dan Asesmen Umum. Memahami konsep-konsep ini sangat penting untuk bekal kamu sebagai guru profesional.
Semoga sukses mengerjakan Post Testnya!
Bagaimana pendapatmu tentang konsep “semua jawaban benar” dalam post test seperti ini? Pernahkah kamu punya pengalaman serupa? Yuk, share di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar