Penasaran Soal Mimpi? Neurolog IPB Ungkap 4 Jenis Mimpi yang Sering Muncul!

Daftar Isi

Penasaran Soal Mimpi? Neurolog IPB Ungkap 4 Jenis Mimpi yang Sering Muncul!

Pentingnya Tidur Bukan Sekadar Istirahat

Siapa sih yang nggak butuh tidur? Pasti semua orang! Tapi, tidur itu ternyata bukan cuma sekadar ‘matiin’ badan sebentar biar nggak capek. Menurut dr. Yeni Quinta Mondiani, SpN, seorang dosen di Fakultas Kedokteran IPB University sekaligus dokter spesialis neurologi, tidur itu proses fisiologis yang super kompleks dan penting banget buat fungsi tubuh dan otak kita.

Selama kita terlelap, sistem saraf, jantung, paru-paru, bahkan metabolisme tubuh kita itu kerja keras lho! Ada perubahan yang naik turun dan dinamis banget di dalamnya. Jadi, tidur itu beneran waktu ‘perbaikan’ dan ‘pengaturan’ buat badan kita.

Dr. Yeni menjelaskan kalau tidur itu kondisi fisiologis yang normal dan terjadi berulang. Ciri utamanya adalah kesadaran kita menurun, tapi penurunan ini sifatnya reversible alias bisa kembali normal saat bangun. Makanya, waktu tidur, fungsi kognitif kita menurun drastis, bikin otak nggak bisa respons penuh terhadap stimulus di sekitar.

Bayangin aja, lagi tidur pules, ada suara sedikit mungkin nggak bangun, tapi kalau ada suara kenceng atau digoyang-goyang, pasti langsung melek kan? Nah, itu karena penurunan kesadaran saat tidur itu memang nggak permanen, bisa dibalikkan. Dan proses ini penting banget buat kelangsungan hidup kita sehari-hari.

Mengenal Siklus dan Fase Tidur Kita

Tidur itu nggak langsung nyenyak terus sepanjang malam. Ada siklus dan fase-fase yang berulang dan dikendalikan oleh jaringan saraf yang rumit di otak. Secara umum, siklus tidur kita dibagi jadi lima fase utama.

Empat fase pertama itu disebut Non-Rapid Eye Movement (NREM), yaitu Fase 1 sampai Fase 4. Nah, fase kelima itu baru namanya Rapid Eye Movement (REM). Kelima fase ini bakal berulang beberapa kali selama kita tidur semalam suntuk.

Setiap fase tidur punya fungsi fisiologisnya sendiri-sendiri yang spesifik banget buat pemulihan dan kinerja tubuh kita. Jadi, setiap tahapan tidur punya peran pentingnya masing-masing, nggak ada yang bisa dianggap sepele. Kalau salah satu fase terganggu, bisa berpengaruh ke kualitas tidur dan akhirnya ke kesehatan kita secara keseluruhan.

Fase Tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement)

Mari kita bedah sedikit tentang fase NREM ini. Fase 1 NREM itu biasanya cuma sebentar, semacam transisi dari bangun ke tidur. Otot mulai relaks, detak jantung dan pernapasan melambat, dan gelombang otak mulai berubah. Kadang kita bisa merasa ‘tersentak’ atau jatuh di fase ini, itu normal.

Fase 2 NREM itu tidur yang lebih stabil. Suhu tubuh mulai turun, detak jantung dan pernapasan makin melambat. Gelombang otak menunjukkan pola khas yang disebut ‘sleep spindles’ dan ‘K-complexes’, yang dipercaya penting buat memori dan pembelajaran. Kita menghabiskan sekitar 50% waktu tidur kita di fase ini.

Nah, fase 3 dan 4 NREM ini sering disebut tidur dalam atau deep sleep. Di fase ini, gelombang otak melambat banget (gelombang delta). Inilah waktu terbaik buat tubuh memperbaiki diri secara fisik. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan terjadi, sistem kekebalan tubuh menguat, dan energi fisik dipulihkan.

Fase tidur terdalam ini, yaitu Fase 3 dan 4 NREM, punya ambang tinggi banget buat kita terbangun. Makanya, kalau kebangun di fase ini, rasanya badan pegal, kepala pusing, dan agak disorientasi. Fungsi utamanya memang mengembalikan kesegaran tubuh dan merestorasi kondisi fisik setelah seharian beraktivitas. Karena ini fase tidur yang paling ‘dalam’, beberapa gangguan tidur yang berkaitan dengan gerakan fisik sering terjadi di sini.

Gangguan tidur seperti berjalan saat tidur atau yang dikenal sebagai sleep walking, dan juga night terror yang bikin seseorang tiba-tiba bangun dengan ketakutan hebat tapi nggak ingat mimpi, biasanya terjadi di fase NREM yang dalam ini. Ini menunjukkan betapa pentingnya fase ini buat pemulihan tubuh, sekaligus betapa rapuhnya sistem kita kalau terganggu di momen krusial ini. Menjaga kualitas tidur dalam sangat krusial buat kesehatan fisik dan mental jangka panjang.

Fase Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Setelah melewati fase-fase NREM, kita masuk ke fase REM. Fase ini dinamakan demikian karena mata kita bergerak cepat bolak-balik di bawah kelopak mata. Walaupun tubuh kita mayoritas lumpuh (untuk mencegah kita memeragakan mimpi kita), otak kita justru sangat aktif di fase ini, bahkan mirip dengan saat kita bangun!

Denyut jantung dan pernapasan meningkat dan jadi nggak beraturan di fase REM. Di sinilah keajaiban mimpi yang biasanya kita ingat dengan jelas saat terbangun itu terjadi. Fase REM sering diasosiasikan dengan konsolidasi memori, pembelajaran, dan pemrosesan emosi.

Proporsi waktu yang kita habiskan di fase REM meningkat seiring berjalannya malam. Di awal tidur, fase REM mungkin hanya sebentar, tapi di dekat waktu bangun, fase REM bisa lebih lama. Kualitas fase REM ini juga penting lho buat kesehatan mental dan kemampuan kognitif kita.

Mengulik Otak Saat Kita Sedang Bermimpi

Jadi, kenapa mimpi bisa begitu hidup dan kadang terasa nyata? Dr. Yeni menjelaskan bahwa ada beberapa area spesifik di otak yang bekerja sama dalam “memproduksi” mimpi. Salah satunya adalah nukleus laterodorsal (LTD nuclei) yang ada di batang otak, tepatnya di medulla oblongata.

Inti LTD ini punya peran penting sebagai generator siklus REM. Selain itu, dia juga bertanggung jawab memunculkan komponen visual dalam mimpi, bahkan halusinasi saat bangun. Bayangkan, area kecil ini seperti ‘saklar’ yang menyalakan mode REM di otak kita.

Hebatnya lagi, inti LTD ini dapat masukan dari amigdala, yang kita tahu adalah pusat emosi di otak, dan hipokampus, yang merupakan pusat memori. Nah, koneksi inilah yang menjelaskan kenapa mimpi sering terasa sangat emosional, kadang bikin senang, sedih, takut, atau bahkan campur aduk, dan kenapa mimpi bisa membekas banget di ingatan kita setelah bangun. Itu bukti bahwa emosi dan memori kita “ikut bermain” saat kita bermimpi.

Selain LTD nuclei, ada penelitian menarik dari University of Wisconsin-Madison yang mengidentifikasi area penting lainnya, yaitu posterior cortical hot zone. Area ini menunjukkan aktivitas listrik yang sangat tinggi ketika seseorang sedang bermimpi.

Para peneliti mengibaratkan area ini seperti layar proyeksi film di otak kita. Di layar inilah ‘ditayangkan’ gabungan dari emosi, memori, dan keinginan-keinginan manusia yang tersusun menjadi sebuah cerita mimpi. Jadi, mimpi itu semacam ‘bioskop pribadi’ di dalam kepala kita, lengkap dengan soundtrack emosional dan cuplikan dari kehidupan kita.

Tak ketinggalan, prefrontal cortex, bagian otak yang letaknya di depan dahi dan bertanggung jawab atas fungsi berpikir logis, perencanaan, dan pengambilan keputusan, juga disebut turut aktif selama tidur. Uniknya, kata dr. Yeni, semakin aktif bagian prefrontal cortex ini saat kita tidur, semakin besar kemungkinan kita untuk bisa mengingat isi mimpi kita. Mungkin karena bagian ini membantu ‘mengorganisir’ dan ‘menyimpan’ pengalaman mimpi tersebut ke dalam memori jangka panjang saat transisi ke bangun.

Jadi, untuk bisa mengalami mimpi yang sadar dan teringat, dibutuhkan kerja sama dari beberapa wilayah otak yang spesifik. Mulai dari batang otak yang mengatur siklus, area emosi dan memori, hingga ‘layar proyeksi’ kortikal dan bagian logis yang membantu mengingat. Kompleks ya!

Misteri Dibalik Fungsi Mimpi: Kenapa Kita Bermimpi?

Sampai saat ini, fungsi pasti dari mimpi dan tidur REM masih jadi perdebatan hangat di kalangan ilmuwan. Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan mengapa makhluk hidup, khususnya manusia, harus menghabiskan sepertiga hidupnya untuk tidur, dan sebagian dari waktu tidur itu dihabiskan untuk bermimpi.

Salah satu teori populer menyebutkan bahwa mimpi membantu otak kita dalam proses menyimpan memori penting dan mengonsolidasikan pelajaran yang didapat selama siang hari. Saat bermimpi, otak mungkin sedang menyortir informasi, memperkuat koneksi saraf yang relevan, dan ‘menyimpan’ pengalaman penting ke dalam memori jangka panjang. Jadi, mimpi bisa jadi semacam ‘berkas arsip’ otak.

Di sisi lain, ada juga teori yang berkebalikan, yaitu mimpi berfungsi justru untuk melupakan hal-hal yang tidak penting atau sebagai bentuk ‘reset’ otak. Ibarat membersihkan hard drive, mimpi membantu menghapus ‘file-file sampah’ yang menumpuk di otak, sehingga otak siap menerima informasi baru keesokan harinya tanpa terlalu penuh sesak. Ini semacam ‘pembersihan’ mental rutin.

Teori lain yang lebih bersifat psikologis juga menarik perhatian. Misalnya, mimpi sebagai bentuk pemenuhan keinginan atau hasrat yang tidak tercapai di dunia nyata. Dalam mimpi, kita bisa jadi siapa saja, melakukan apa saja yang mungkin sulit atau tidak mungkin dilakukan saat kita bangun. Ini memberi ruang bagi alam bawah sadar kita untuk ‘bermain’ dan mengekspresikan diri.

Menurut dr. Yeni, dalam mimpi, kita selalu hadir sebagai tokoh utama, dan selalu ada latar tempatnya. Ini dianggap seperti latihan terus-menerus bagi otak untuk merasa ‘aku ini ada’, ‘aku ini berbeda dari dunia sekitar’. Ini membantu memperkuat rasa diri atau self-identity. Meskipun aneh, mimpi itu mengonfirmasi eksistensi kita dalam ‘alam’ kita sendiri.

Menariknya, karena sebagian besar mimpi kita lupakan begitu saja setelah bangun, otak jadi tidak terlalu sibuk harus menyimpan semua detail dan pengalaman aneh dari mimpi itu. Ini mungkin salah satu mekanisme alam agar kita bisa terus belajar dan berkembang tanpa terlalu terbebani oleh ingatan-ingatan fantastis atau kadang absurd dari dunia mimpi. Kita mengambil esensinya (emosi, sensasi), tapi melupakan detail plot yang tidak relevan dengan realitas.

Bongkar Tuntas 4 Jenis Mimpi yang Paling Sering Muncul

Setelah memahami mengapa dan bagaimana mimpi terjadi, dr. Yeni mengklasifikasikan jenis-jenis mimpi yang umum dialami manusia. Ternyata, mimpi itu ada macam-macam lho, nggak cuma satu jenis aja. Pengklasifikasian ini membantu kita lebih memahami dinamika tidur dan pikiran bawah sadar kita.

Ada empat jenis mimpi yang sering muncul, menurut dr. Yeni. Mari kita bedah satu per satu jenis mimpi ini agar kamu nggak penasaran lagi!

1. Mimpi Standar

Ini adalah jenis mimpi yang paling umum kita alami sehari-hari. Mimpi standar biasanya terjadi sekitar 4-6 kali semalam, meskipun kita mungkin nggak ingat semuanya. Sebagian besar mimpi standar ini muncul saat kita berada di fase REM.

Mimpi standar umumnya bersifat visual, kita melihat gambar, kejadian, dan interaksi. Isinya sering banget dipengaruhi oleh aktivitas kita sehari-hari, hal-hal yang kita pikirkan atau alami sebelum tidur, atau bahkan stres yang kita rasakan. Makanya, nggak heran kalau habis nonton film horor, mimpi kita jadi serem, atau kalau lagi banyak pikiran kerjaan, bisa mimpi lagi di kantor.

Saat bangun dari tidur, mimpi standar ini biasanya bisa kita ingat dengan cukup jelas, setidaknya sebagian kecilnya. Mungkin nggak ingat detailnya, tapi alur cerita atau beberapa adegan kunci seringkali bisa teringat. Meskipun kadang aneh atau nggak masuk akal, mimpi standar ini dianggap bagian normal dari siklus tidur kita.

Contoh mimpi standar itu bisa macam-macam, mulai dari mimpi lagi jalan-jalan, ketemu teman, lagi di rumah, lagi kerja, atau bahkan melakukan aktivitas biasa lainnya. Kadang bisa juga mimpi yang agak campur aduk dan nggak logis, tapi tetap terasa seperti ‘cerita’ visual. Ini adalah cara otak memproses informasi harian.

2. Nightmares (Mimpi Buruk)

Nah, kalau yang satu ini pasti nggak ada yang suka. Nightmares atau mimpi buruk adalah jenis mimpi yang penuh dengan rasa takut, cemas, atau panik yang kuat. Biasanya, mimpi buruk ini begitu intens sehingga seringkali membuat kita terbangun tiba-tiba dalam kondisi yang sangat cemas atau ketakutan, jantung berdebar, dan napas terengah-engah.

Mimpi buruk juga umumnya terjadi di fase REM, sama seperti mimpi standar, dan isi mimpinya biasanya bisa diingat dengan jelas setelah terbangun. Isi mimpi buruk bisa bervariasi, mulai dari dikejar sesuatu, jatuh dari ketinggian, kehilangan orang tersayang, atau menghadapi situasi yang mengancam jiwa.

Pemicu mimpi buruk bisa macam-macam. Stres dan kecemasan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari adalah penyebab paling umum. Gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea, juga bisa meningkatkan risiko mimpi buruk. Selain itu, kondisi kesehatan mental seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa memicu terjadinya nightmares yang sering dan parah. Kalau mimpi buruk sangat sering dan mengganggu kualitas tidur, sebaiknya konsultasi ke dokter ya.

3. Night Terrors

Meskipun namanya mirip dengan nightmares, night terrors ini sebenarnya beda lho dan sering bikin orang tua panik kalau dialami anak mereka. Night terrors itu bukan mimpi dalam artian yang sama dengan nightmares atau mimpi standar. Ini termasuk gangguan tidur non-REM, tepatnya terjadi saat kita berada di fase tidur dalam (NREM Fase 3 dan 4).

Night terrors paling sering dialami oleh anak-anak, meskipun kadang juga bisa terjadi pada orang dewasa. Gejalanya cukup dramatis: orang yang mengalaminya tiba-tiba bangun (seperti terduduk atau berdiri), berteriak, tampak sangat ketakutan, bingung, mata terbuka lebar tapi pandangan kosong dan tidak responsif jika diajak bicara atau dihibur. Mereka bisa terlihat panik, berkeringat, dan detak jantungnya cepat.

Uniknya, orang yang mengalami night terror biasanya tidak ingat sama sekali apa yang terjadi setelah mereka benar-benar bangun dari episode tersebut, atau kalaupun ingat, hanya sepotong-sepotong dan tidak berbentuk seperti mimpi utuh. Karena terjadi di fase tidur dalam, mereka sangat sulit dibangunkan selama episode night terror berlangsung. Berbeda dengan nightmares yang membuat terbangun dan ingat mimpi buruknya, night terrors lebih seperti ‘panik’ saat tidur dalam tanpa ingatan mimpi yang jelas.

4. Lucid Dream

Ini nih jenis mimpi yang paling bikin penasaran dan sering dibahas. Lucid dream adalah kondisi di mana si pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi itu sedang berlangsung. Sadar kalau yang dialami itu bukan kenyataan, melainkan hanya mimpi.

Kesadaran ini bisa bervariasi tingkatannya. Kadang hanya sadar sedang bermimpi, kadang sampai bisa mengontrol alur cerita mimpi tersebut! Kita bisa memutuskan untuk terbang, mengubah lingkungan sekitar, atau berinteraksi dengan karakter mimpi sesuai keinginan. Ini seperti jadi ‘sutradara’ atau ‘pemain game’ dalam mimpi kita sendiri.

Lucid dream sering terjadi di fase REM, ketika aktivitas otak memang tinggi dan mirip dengan saat bangun. Kemampuan untuk mengalami dan mengontrol lucid dream bisa dilatih lho! Ada beberapa teknik yang bisa dicoba untuk meningkatkan kemungkinan mengalami lucid dream, seperti mencatat mimpi (dream journal), melakukan ‘reality check’ sepanjang hari, atau teknik bangun-tidur.

Lucid dream punya potensi aplikasi yang menarik. Salah satunya adalah sebagai terapi untuk mengatasi mimpi buruk kronis. Dengan sadar di dalam mimpi buruk, seseorang bisa belajar menghadapi ketakutannya atau bahkan mengubah alur mimpi buruk menjadi sesuatu yang lebih positif. Selain itu, lucid dream juga bisa jadi ajang eksplorasi kreativitas, latihan keterampilan (seperti pidato di depan umum atau mencoba gerakan olahraga baru), atau sekadar petualangan seru di dunia imajinasi tanpa batas.

Ringkasan Jenis-Jenis Mimpi

Biar lebih gampang diingat, yuk kita lihat ringkasan singkat tentang empat jenis mimpi ini dalam tabel:

Jenis Mimpi Fase Tidur Utama Ingatan Saat Bangun Emosi Dominan Karakteristik Lain
Standar REM Jelas Bervariasi Visual, terkait aktivitas harian/stres, paling umum
Nightmares REM Jelas Takut, Panik Intens, sering bikin terbangun cemas, dipicu stres/kondisi
Night Terrors NREM (dalam) Tidak Jelas/Lupa Takut (saat episode) Terjadi di tidur dalam, berteriak/panik, mata terbuka, non-responsif
Lucid Dream REM Jelas Bervariasi Sadar sedang bermimpi, kadang bisa mengontrol alur mimpi

Menjelajahi Lebih Dalam Dunia Mimpi dan Tidur Berkualitas

Memahami mimpi dan fase tidur memang seperti membuka jendela ke dunia lain yang terjadi setiap malam di dalam diri kita. Proses tidur itu sendiri adalah keajaiban biologis yang vital, dan mimpi adalah salah satu output paling misterius dan menarik darinya.

Penelitian tentang mimpi dan tidur terus berkembang, mengungkap kaitan antara tidur berkualitas, kesehatan otak, dan proses bermimpi. Tidur yang cukup dan berkualitas bukan hanya mencegah rasa ngantuk di siang hari, tapi juga mendukung fungsi kognitif optimal, pengaturan emosi, dan bahkan mungkin membantu kita memproses pengalaman hidup melalui mimpi.

Jadi, kalau kamu penasaran kenapa mimpimu aneh-aneh atau kenapa kadang nggak ingat mimpi sama sekali, semoga penjelasan dari Neurolog IPB ini bisa sedikit menjawabnya. Setiap mimpi, bagaimanapun bentuknya, adalah bagian dari aktivitas otak yang kompleks saat kita beristirahat.

Yuk, Cerita Pengalaman Mimpimu!

Kamu sendiri paling sering mengalami jenis mimpi yang mana? Pernah mengalami lucid dream atau night terror? Atau mungkin punya mimpi standar yang super aneh dan membekas? Jangan ragu berbagi pengalaman atau pertanyaanmu di kolom komentar di bawah ya! Siapa tahu ada yang punya pengalaman mirip atau bisa saling bertukar cerita seru tentang dunia mimpi.

Posting Komentar