Puasa Tasua Asyura: Sejarah, Keutamaan, & Kisah Nabi Musa vs Firaun!
Bulan Muharram adalah momen spesial bagi umat Islam. Bulan ini menandai dimulainya tahun baru dalam kalender Hijriyah. Selain itu, Muharram juga termasuk salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah SWT. Makanya, banyak amalan sunah yang dianjurkan banget buat dikerjakan di bulan ini.
Salah satu amalan yang paling utama dan populer adalah puasa sunah. Nah, ada dua hari di bulan Muharram yang sangat dianjurkan untuk kita berpuasa, yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram. Puasa di tanggal 9 Muharram dikenal sebagai puasa Tasua, sementara puasa di tanggal 10 Muharram disebut puasa Asyura. Kedua puasa ini punya sejarah dan keutamaan yang luar biasa.
Makna Bulan Muharram dan Keutamaan Puasa Asyura¶
Seperti yang sudah disebut, Muharram adalah bulan yang istimewa. Diawali dengan Tahun Baru Islam, bulan ini juga menyimpan banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam. Yang paling terkenal dan jadi latar belakang puasa Asyura adalah kisah heroik penyelamatan Nabi Musa AS dan kaumnya, Bani Israel, dari kejaran Firaun yang zalim.
Puasa Asyura pada 10 Muharram ini jadi wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT atas pertolongan-Nya. Allah memberikan kemenangan kepada kebenaran dan membinasakan kezaliman Firaun. Makanya, berpuasa di hari Asyura punya keutamaan besar, salah satunya bisa menghapus dosa setahun yang lalu. Subhanallah, ya!
Keutamaan Puasa Asyura¶
Puasa Asyura punya keutamaan yang dahsyat banget lho. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, berpuasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa-dosa (kecil) kita selama satu tahun yang telah berlalu. Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”…Puasa hari ‘Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu.”
Ini menunjukkan betapa besar pahala dan ampunan yang bisa kita raih dengan berpuasa di hari istimewa ini. Selain itu, berpuasa di bulan Muharram secara umum juga sangat dianjurkan. Bulan ini adalah bulan terbaik untuk berpuasa setelah bulan Ramadan. Jadi, memperbanyak puasa sunah di bulan ini adalah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Asal-Usul Puasa Asyura: Kisah Nabi Musa dan Firaun¶
Kisah di balik puasa Asyura ini memang sangat menarik dan penuh hikmah. Ceritanya berawal ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Saat itu, beliau mendapati kaum Yahudi di Madinah berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Nabi pun bertanya kepada mereka mengapa mereka berpuasa pada hari itu.
Kaum Yahudi menjawab bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari besar. Pada hari itu, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari cengkeraman Firaun dan bala tentaranya. Mereka menyeberangi Laut Merah dengan mukjizat, sementara Firaun dan pasukannya tenggelam. Puasa itu adalah bentuk syukur mereka. Mendengar penjelasan itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kami (umat Islam) lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.”
Kemudian, Rasulullah SAW memerintahkan dan menganjurkan umat Islam untuk berpuasa pada hari Asyura. Ini menegaskan bahwa risalah para nabi sebelumnya, termasuk Nabi Musa, adalah bagian dari mata rantai Islam. Meskipun kaum Yahudi juga mengenang peristiwa tersebut, penghormatan umat Islam terhadap Nabi Musa didasarkan pada ajaran tauhid yang sama.
Menariknya, puasa Asyura ini ternyata sudah dikenal oleh suku Quraisy di Mekah bahkan sebelum Islam datang. Menurut beberapa riwayat, mereka juga melakukan puasa pada hari tersebut. Para ulama menjelaskan bahwa praktik ini mungkin berasal dari ajaran Nabi Ibrahim AS yang dilestarikan secara turun-temurun, bahkan sampai ke masa jahiliyah dan kemudian diakui dalam syariat Islam melalui Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan akar sejarah yang panjang dari puasa Asyura.
Kisah Lengkap Nabi Musa dan Firaun¶
Untuk lebih memahami makna Asyura, yuk kita ulas sedikit lebih detail kisah Nabi Musa dan Firaun yang luar biasa ini. Firaun adalah raja Mesir yang sangat kejam dan sombong. Dia menganggap dirinya sebagai tuhan dan menindas Bani Israel, keturunan Nabi Ya’qub AS, yang tinggal di Mesir. Firaun sangat khawatir dengan jumlah Bani Israel yang terus bertambah, bahkan dia memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israel.
Namun, Allah punya rencana lain. Di tengah kekejaman Firaun, lahirlah seorang bayi laki-laki dari Bani Israel yang diberi nama Musa. Atas perintah Allah, ibu Musa menghanyutkan bayinya ke Sungai Nil dalam sebuah peti, dan takdir membawanya sampai ke istana Firaun. Istri Firaun, Asiyah, yang berhati mulia, menemukan bayi itu dan meminta Firaun agar dia boleh membesarkan Musa. Firaun setuju, tanpa menyadari bahwa bayi yang dibesarkannya kelak akan menjadi orang yang menentangnya.
Musa tumbuh besar di istana Firaun. Setelah dewasa dan melalui berbagai peristiwa, Allah memilihnya menjadi nabi dan rasul. Allah memerintahkan Nabi Musa dan saudaranya, Harun, untuk pergi kepada Firaun dan mengajaknya beriman kepada Allah serta membebaskan Bani Israel dari perbudakan.
Firaun menolak dengan angkuh dan malah menantang Musa. Allah kemudian menurunkan sembilan mukjizat (tanda-tanda kekuasaan-Nya) sebagai peringatan bagi Firaun dan kaumnya, seperti topan, belalang, kutu, katak, darah, paceklik, kekurangan buah-buahan, dan air yang berubah menjadi darah. Namun, Firaun tetap sombong dan enggan beriman. Setiap kali ditimpa musibah, Firaun berjanji akan membiarkan Bani Israel pergi jika musibah itu diangkat, tapi begitu musibah hilang, dia mengingkari janjinya.
Akhirnya, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk membawa Bani Israel keluar dari Mesir pada malam hari. Firaun dan pasukannya mengetahui kepergian mereka dan segera mengejar dengan marah. Bani Israel merasa panik saat melihat lautan di depan mereka dan pasukan Firaun di belakang mereka.
Di saat genting itu, Allah mewahyukan kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Dengan kuasa Allah, Laut Merah terbelah menjadi dua, membentuk jalan kering di tengahnya. Nabi Musa dan Bani Israel pun menyeberang dengan selamat. Ketika Firaun dan pasukannya mencoba mengikuti, Allah memerintahkan laut untuk kembali seperti semula, menenggelamkan seluruh pasukan Firaun beserta dirinya. Itulah akhir dari kekuasaan zalim Firaun dan kemenangan bagi kebenaran. Peristiwa menakjubkan inilah yang terjadi pada tanggal 10 Muharram.
Perbedaan dengan Yom Kippur¶
Ada yang mungkin bertanya-tanya, puasa Asyura ini kok mirip dengan Yom Kippur, hari besar Yahudi yang juga diisi dengan puasa? Memang benar, hari Asyura dalam kalender Islam berdekatan dengan Yom Kippur dalam kalender Yahudi. Keduanya juga terkait dengan kisah Nabi Musa dan keselamatan Bani Israel.
Namun, perlu ditegaskan bahwa puasa Asyura dalam Islam bukanlah bentuk meniru ibadah Yahudi. Seperti yang sudah dijelaskan, puasa Asyura memiliki akar sejarahnya sendiri yang kuat dalam ajaran tauhid, bahkan mungkin sudah dipraktikkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Islam mengakui nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, termasuk Nabi Musa, dan ajaran mereka tentang keesaan Allah.
Jadi, kemiripan tersebut lebih karena kedua agama ini berbagi sejarah para nabi yang sama. Namun, puasa Asyura dalam Islam didasarkan pada perintah dan anjuran langsung dari Nabi Muhammad SAW setelah peristiwa di Madinah. Motifnya adalah syukur kepada Allah atas pertolongan-Nya kepada Nabi Musa, bukan sekadar mengikuti praktik agama lain.
Anjuran Puasa Tasua: Membedakan Diri¶
Setelah mengetahui bahwa kaum Yahudi juga berpuasa pada 10 Muharram, Nabi Muhammad SAW ingin membedakan praktik umat Islam. Beliau tidak ingin ibadah umat Islam terlihat sama persis dengan ibadah kaum Yahudi. Maka, beliau berniat untuk berpuasa juga pada hari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Jika aku masih hidup sampai tahun depan, insya Allah aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Muharram).’”
Namun, qadarullah, Rasulullah SAW wafat sebelum sempat menjalankan niatnya untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram di tahun berikutnya. Meskipun begitu, niat dan sabda beliau ini menjadi dasar anjuran kuat bagi umat Islam untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram, yang dikenal sebagai puasa Tasua.
Dengan berpuasa Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) secara berbarengan, umat Islam menunjukkan perbedaan identitas ibadah mereka. Ini adalah salah satu prinsip dalam Islam untuk tidak meniru ibadah yang menjadi ciri khas agama lain. Puasa Tasua dan Asyura menjadi paket lengkap sunah yang sangat dianjurkan.
Hukum dan Niat Puasa Tasua dan Asyura¶
Hukum melaksanakan puasa Tasua dan Asyura adalah sunah muakkadah. Artinya, ini adalah amalan sunah yang sangat ditekankan dan sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Meskipun tidak wajib, meninggalkannya tanpa alasan syar’i itu sayang banget, karena pahalanya besar. Melaksanakannya menunjukkan kecintaan kita pada sunah Nabi dan keinginan meraih keutamaan yang dijanjikan Allah.
Puasa Tasua dan Asyura bukan cuma soal menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, ada pesan spiritual yang dalam. Puasa Asyura mengingatkan kita pada perjuangan panjang melawan kezaliman dan kekuatan Allah dalam memberikan kemenangan bagi hamba-Nya yang beriman. Ini mengajarkan kita pentingnya bersyukur dan selalu memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi tantangan hidup. Sementara itu, puasa Tasua mengajarkan kita pentingnya menjaga identitas keislaman dan tidak mencampuradukkan ajaran agama kita dengan yang lain.
Niat Puasa Tasua dan Asyura¶
Sama seperti puasa lainnya, puasa Tasua dan Asyura juga butuh niat. Niat ini dibaca dalam hati pada malam hari sebelum berpuasa, atau paling lambat sebelum waktu subuh. Kalau lupa niat di malam hari, masih boleh berniat di pagi hari asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
Niat Puasa Tasua (9 Muharram):
- Arab: Ù†َÙˆَÙŠْتُ صَÙˆْÙ…َ تَاسُوعَاءَ سُÙ†َّØ©ً Ù„ِÙ„ّٰÙ‡ِ تَعَالَÙ‰
- Latin: Nawaitu shauma Tasu’a sunnatan lillahi ta’ala
- Artinya: “Saya berniat puasa Tasu’a sunah karena Allah Ta’ala.”
Niat Puasa Asyura (10 Muharram):
- Arab: Ù†َÙˆَÙŠْتُ صَÙˆْÙ…َ عَاشُورَاءَ سُÙ†َّØ©ً Ù„ِÙ„ّٰÙ‡ِ تَعَالَÙ‰
- Latin: Nawaitu shauma Asyura sunnatan lillahi ta’ala
- Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunah karena Allah Ta’ala.”
Jika ingin menggabungkan niat puasa qadha Ramadan dengan puasa Tasua atau Asyura, ini diperbolehkan menurut sebagian ulama, dan insya Allah pahala keduanya bisa didapatkan. Niatnya bisa disesuaikan, misalnya berniat puasa qadha sekaligus puasa Asyura. Namun, yang paling utama adalah mengerjakan puasa qadha terlebih dahulu karena hukumnya wajib. Jika sudah selesai qadha, maka puasa sunah Tasua-Asyura bisa dikerjakan dengan niat sunah murni.
Waktu Pelaksanaan dan Urutan Puasa¶
Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, dan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Kedua puasa ini dikerjakan secara berurutan. Jadi, kita berpuasa Tasua dulu, lalu keesokan harinya berpuasa Asyura.
Namun, ada juga yang berpuasa pada tanggal 11 Muharram sebagai tambahan (dikenal sebagai puasa 11 Muharram). Ini juga merupakan anjuran sebagian ulama untuk lebih menyempurnakan perbedaan dengan Yahudi. Jadi, ada tiga pilihan:
1. Puasa Asyura saja (10 Muharram). Ini sah, tapi kurang sempurna.
2. Puasa Tasua dan Asyura (9 dan 10 Muharram). Ini yang paling utama berdasarkan sunah Nabi SAW.
3. Puasa Tasua, Asyura, dan sehari setelahnya (9, 10, dan 11 Muharram). Ini juga baik untuk lebih membedakan diri.
Melaksanakan puasa 9 dan 10 Muharram adalah yang paling kuat anjurannya dan paling sering dibahas dalam hadis.
Amalan Lain di Bulan Muharram¶
Selain puasa Tasua dan Asyura, ada juga amalan lain yang dianjurkan di bulan Muharram. Karena bulan ini adalah bulan haram, memperbanyak amal saleh di dalamnya akan dilipatgandakan pahalanya. Beberapa amalan yang bisa kita lakukan antara lain:
* Memperbanyak sedekah, terutama di hari Asyura.
* Memperbanyak salat sunah.
* Membaca Al-Qur’an.
* Berzikir dan berdoa.
* Menjauhi perbuatan maksiat, karena dosa di bulan haram juga lebih berat.
Ada juga tradisi lokal yang mengaitkan Muharram (atau Suro dalam penanggalan Jawa) dengan berbagai amalan, seperti membersihkan diri atau merawat benda pusaka. Namun, secara syariat Islam, amalan yang paling utama dan jelas sumbernya adalah puasa Tasua dan Asyura serta memperbanyak amal saleh secara umum.
Kesimpulan¶
Puasa Tasua dan Asyura adalah dua amalan sunah yang sangat dianjurkan di bulan Muharram. Puasa Asyura pada 10 Muharram berakar pada kisah penyelamatan Nabi Musa AS dan Bani Israel dari Firaun, sebagai wujud syukur atas nikmat dan pertolongan Allah. Keutamaan puasa Asyura adalah menghapus dosa setahun yang lalu.
Sedangkan puasa Tasua pada 9 Muharram dianjurkan untuk membedakan ibadah umat Islam dari praktik agama lain, mengikuti niat suci Rasulullah SAW. Melaksanakan kedua puasa ini secara berurutan (9 dan 10 Muharram) adalah cara terbaik untuk mengikuti sunah Nabi dan meraih keutamaan bulan Muharram.
Mari kita manfaatkan momen bulan Muharram ini dengan sebaik-baiknya, terutama dengan menjalankan puasa Tasua dan Asyura. Selain mendapat pahala besar dan ampunan dosa, kita juga belajar banyak dari kisah Nabi Musa tentang keberanian melawan kezaliman, keyakinan pada pertolongan Allah, dan pentingnya menjaga identitas keislaman.
Gimana nih, kamu sudah siap menyambut bulan Muharram dan menjalankan puasa Tasua dan Asyura? Ceritain dong pengalaman atau rencanamu di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar