Siap Upacara Pancasila 2025? Ini 8 Contoh Pidato Singkat + PDF!
Hari Lahir Pancasila selalu kita peringati setiap tanggal 1 Juni. Momen ini penting banget buat kita semua, karena Pancasila itu dasar negara kita. Biasanya, peringatan ini ditandai dengan upacara bendera dan ada pidato yang isinya soal Pancasila.
Buat yang lagi cari inspirasi atau referensi teks pidato untuk upacara Hari Lahir Pancasila, kebetulan ada beberapa contoh yang bisa kalian lihat. Pidato-pidato ini bisa jadi panduan, entah untuk dibacakan atau sekadar diambil intinya.
Menurut Surat Edaran Kepala BPIP Nomor 3 Tahun 2025, tema Hari Lahir Pancasila tahun ini itu “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya”. Tema ini nunjukkin betapa pentingnya Pancasila sebagai fondasi biar Indonesia bisa terus maju dan jaya di masa depan.
Pancasila ini bukan cuma hafalan di buku pelajaran, tapi harus bener-bener meresap di jiwa kita. Terutama buat generasi muda, penting banget buat paham apa sih esensi Pancasila itu. Jangan sampai kita malah lebih suka sama ideologi dari luar yang belum tentu cocok buat bangsa kita.
Nah, salah satu cara buat ngebangun jiwa Pancasilais di diri kita adalah lewat pidato yang isinya ngena dan relevan. Berikut ini ada beberapa contoh teks pidato upacara Hari Lahir Pancasila yang bisa jadi referensi buat kalian.
Kumpulan Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025¶
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #1¶
(sumber: pidato kepala BPIP upacara Hari Lahir Pancasila 2025)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan,
Salam Pancasila!
Saudara-saudari sebangsa dan setanah air yang saya cintai,
Hari ini, 1 Juni 2025, kita kembali mengenang tanggal bersejarah bagi bangsa kita: Hari Lahir Pancasila. Ini bukan sekadar hari untuk memperingati rumusan dasar negara, tapi lebih dari itu, ini adalah momen untuk meneguhkan kembali komitmen kita terhadap nilai-nilai luhur yang jadi pondasi kuat berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita di sini bersama-sama untuk merenungkan dan menghidupkan kembali semangat kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila itu bukan cuma dokumen lama atau teks undang-undang yang tertulis di Pembukaan UUD 1945. Lebih dari itu, Pancasila adalah jiwa bangsa kita, pegangan hidup bersama, dan bintang penunjuk jalan buat mewujudkan cita-cita luhur Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Ia adalah identitas yang membedakan kita dengan bangsa lain.
Dalam semangat memperkokoh ideologi Pancasila, mari kita renungkan bareng bahwa Pancasila itu rumah besar buat keberagaman Indonesia yang luar biasa. Ia berhasil mempersatukan lebih dari 270 juta penduduk dengan latar belakang suku, agama, ras, budaya, dan bahasa yang beda-beda banget. Di dalam Pancasila, kita belajar bahwa perbedaan itu bukan alasan buat pecah belah, tapi justru jadi kekuatan buat makin erat bersatu.
Setiap sila dalam Pancasila, dari sila pertama sampai sila kelima, mengandung prinsip-prinsip mulia yang membimbing kita dalam membangun bangsa. Prinsip-prinsip ini mengajarkan pentingnya gotong royong, keadilan sosial, dan menghargai martabat setiap manusia. Pancasila adalah cerminan dari kearifan lokal dan nilai-nilai universal yang sudah hidup di tengah masyarakat Indonesia sejak lama.
Hadirin yang saya hormati,
Pemerintah saat ini punya program prioritas yang namanya Asta Cita, delapan agenda utama menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu yang paling mendasar dari Asta Cita itu adalah memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia. Ini menunjukkan keseriusan negara dalam menjaga dan mengamalkan Pancasila di tengah perubahan zaman.
Kenapa memperkokoh Pancasila jadi prioritas utama? Karena kita sadar, kemajuan fisik tanpa arah ideologis yang jelas itu gampang goyah. Kemajuan di bidang ekonomi tanpa pondasi nilai Pancasila bisa malah melahirkan ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang melebar.
Kemajuan teknologi yang pesat tanpa bimbingan moral Pancasila juga bisa menjerumuskan bangsa kita ke arah dehumanisasi, di mana nilai-nilai kemanusiaan terpinggirkan. Oleh karena itu, lewat Asta Cita, kita semua diajak buat merevitalisasi dan menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila di semua aspek kehidupan.
Bagaimana cara kita menghidupkan Pancasila? Pertama, di dunia pendidikan, kita perlu menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini. Bukan cuma teori di kelas, tapi juga dipraktikkan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah atau kampus. Lembaga pendidikan harus jadi tempat lahirnya generasi yang pintar, punya karakter kuat, dan punya integritas moral tinggi.
Kedua, di lingkungan pemerintahan dan birokrasi, nilai-nilai Pancasila harus tercermin dalam pelayanan publik yang adil, transparan, dan pro rakyat. Setiap kebijakan dan program pemerintah harus benar-benar mencerminkan semangat kemanusiaan dan keadilan sosial, bukan malah menguntungkan kelompok atau golongan tertentu. Ini penting agar kepercayaan masyarakat terhadap negara tetap terjaga.
Ketiga, di bidang ekonomi, kita harus memastikan bahwa pembangunan itu dinikmati oleh semua rakyat, bukan hanya segelintir orang kaya. Keadilan sosial, yang ada di sila kelima, harus jadi tujuan utama. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), ekonomi kerakyatan, dan koperasi harus terus kita dorong dan berdayakan. Tujuannya biar nggak ada satu pun warga negara yang tertinggal dalam kemajuan bangsa.
Keempat, di ruang digital yang makin ramai ini, kita harus punya kesadaran kolektif bahwa dunia maya itu bukan ruang tanpa aturan atau nilai. Etika, toleransi, dan saling menghargai tetap harus dijunjung tinggi. Pancasila harus jadi panduan kita saat berinteraksi di media sosial atau platform digital lainnya. Mari kita lawan hoax, ujaran kebencian, dan provokasi dengan meningkatkan literasi digital dan semangat gotong royong.
Hadirin yang saya banggakan,
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebagai lembaga yang diberi amanah buat membina dan memperkuat ideologi Pancasila, terus bekerja keras menghadirkan program-program strategis. Ada pembinaan ideologi di sekolah dan kampus, pelatihan buat ASN dan aparat negara, penguatan kurikulum Pancasila, sampai kolaborasi lintas sektor buat membumikan Pancasila di masyarakat. Semua ini tujuannya biar Pancasila nggak cuma dihafalkan, tapi benar-benar dihayati dan dijalankan dalam tindakan nyata sehari-hari.
Tapi, tugas besar ini nggak bisa dikerjain sendirian. Kita semua, seluruh elemen bangsa, dari pusat sampai daerah, dari pejabat sampai rakyat biasa, dari tokoh agama sampai pemuda, punya peran penting buat jadi agen utama dalam membumikan Pancasila. Ini adalah tanggung jawab bersama.
Mari kita jadikan Hari Lahir Pancasila ini bukan cuma acara seremonial tahunan, tapi momen buat memperkuat komitmen kita terhadap nilai-nilai luhur bangsa. Jadikan setiap langkah kita, setiap kebijakan yang diambil, setiap ucapan dan tindakan kita, selalu mencerminkan semangat Pancasila. Ini adalah ujian bagi kita semua.
Kita ingin Indonesia yang maju, bukan cuma secara teknologi atau ekonomi, tapi juga maju dalam hal moral dan karakter bangsanya. Kita ingin Indonesia yang sejahtera, bukan hanya di data statistik, tapi benar-benar dirasakan keadilannya dan rasa persaudaraannya oleh seluruh rakyat. Kita ingin Indonesia dihormati dunia, bukan cuma karena kekayaan alam atau kekuatan ekonominya, tapi karena keluhuran budi dan kebijaksanaan rakyatnya yang berlandaskan Pancasila.
Saudara-saudari sekalian,
Peringatan Hari Lahir Pancasila ini harus jadi pengingat kuat bahwa masa depan bangsa ini ada di tangan kita semua. Kalau kita beneran mau mewujudkan Indonesia Raya yang dicita-citakan para pendiri bangsa, maka satu-satunya jalan adalah memastikan Pancasila tetap jadi jiwa yang menggerakkan setiap denyut nadi pembangunan dan kehidupan berbangsa.
Akhirnya, mari kita terus bergotong-royong, menjaga persatuan di tengah perbedaan, menghargai satu sama lain, dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan kita. Jadikan Pancasila sebagai sumber inspirasi tak terbatas dalam berkarya, berbangsa, dan bernegara.
Dirgahayu Pancasila!
Jayalah Indonesiaku!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om santi santi santi om,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Salam Pancasila!
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #2¶
(sumber: sambutan presiden RI Hari Lahir Pancasila 2017)
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om Swastiastu,
Namo buddhaya.
Hadirin yang saya hormati,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pagi ini kita bisa berkumpul dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila untuk pertama kalinya (pada tahun 2017). Upacara ini punya arti penting banget, karena meneguhkan kembali komitmen kita buat lebih mendalami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar kita dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Momen ini mengingatkan kita pada perjalanan panjang perumusan dasar negara.
Pancasila itu lahir dari proses yang panjang dan berkesinambungan. Dimulai dari gagasan Pancasila yang disampaikan Ir. Sukarno pada 1 Juni 1945, lalu ada Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945, sampai rumusan final Pancasila pada 18 Agustus 1945 yang disahkan bersamaan dengan UUD 1945. Ini semua bisa terjadi berkat jiwa besar para founding fathers kita, para ulama, para pejuang kemerdekaan dari Sabang sampai Merauke. Mereka berhasil membangun kesepakatan bangsa yang luar biasa, yang akhirnya mempersatukan kita semua.
Kita harus selalu ingat bahwa kodrat bangsa Indonesia itu keberagaman. Takdir dari Tuhan buat kita memang hidup dalam kemajemukan. Dari ujung barat di Sabang sampai ujung timur di Merauke, dari utara di Miangas sampai selatan di Rote, semuanya adalah representasi keberagaman yang unik. Berbagai suku, bahasa daerah, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan golongan, semuanya bersatu padu membentuk Indonesia. Itulah Bhinneka Tunggal Ika kita yang sesungguhnya, semboyan yang bukan cuma kata-kata, tapi jiwa bangsa.
Namun, dalam perjalanan berbangsa dan bernegara kita, ada aja tantangannya. Keberagaman kita seringkali diuji. Belakangan ini, muncul pandangan-pandangan dan tindakan-tindakan yang mengancam kebinekaan dan persatuan kita. Ada sikap-sikap intoleran yang mencoba memasukkan ideologi lain yang nggak sejalan sama Pancasila. Ini jadi masalah yang makin bikin khawatir, apalagi ditambah penyalahgunaan media sosial yang marak menyebarkan hoax alias berita bohong, yang bisa memecah belah.
Hadirin yang saya hormati,
Kita perlu banget belajar dari pengalaman buruk negara-negara lain di dunia yang harus menghadapi radikalisme, konflik sosial, terorisme, bahkan perang saudara. Untungnya, dengan Pancasila dan UUD 1945, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, kita bisa terhindar dari masalah-masalah serius itu. Kita masih bisa hidup rukun, berdampingan, dan bergotong royong buat memajukan negeri tercinta ini.
Berkat Pancasila, Indonesia dilihat oleh masyarakat internasional sebagai negara yang punya harapan dan bisa jadi rujukan. Kita dianggap mampu membangun dunia yang damai, adil, dan makmur di tengah kondisi global yang penuh kemajemukan. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila itu relevan, nggak cuma buat kita, tapi juga buat dunia.
Oleh karena itu, saya mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia buat ikut berperan aktif menjaga Pancasila. Para ulama, ustadz, pendeta, pastor, bhiksu, pedanda, tokoh masyarakat, guru, seniman, budayawan, pegiat media, jajaran birokrasi, TNI, Polri, dan semua elemen masyarakat, mari kita jaga Pancasila. Pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, di rumah, di lingkungan kerja, di masyarakat, harus terus kita tingkatkan.
Ceramah-ceramah keagamaan, materi pendidikan di sekolah dan kampus, fokus pemberitaan di media massa, sampai perdebatan dan diskusi di media sosial, semuanya harus jadi bagian dari upaya kita mendalami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Gunakan platform yang kita punya buat menyebarkan pesan positif Pancasila.
Komitmen pemerintah buat memperkuat Pancasila itu udah jelas dan sangat kuat. Berbagai langkah udah dan terus kita lakuin. Dulu, bahkan sampai dibuat Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (sekarang BPIP). Lembaga ini, bersama seluruh komponen bangsa lainnya, punya tugas penting buat memperkuat pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya penguatan Pancasila ini terintegrasi dengan program-program pembangunan nasional. Misalnya, program pengentasan kemiskinan, pemerataan kesejahteraan, dan program pembangunan lainnya, itu semua adalah bagian integral dari pengamalan nilai-nilai Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila bukan hanya soal ide, tapi juga soal aksi nyata mewujudkan kesejahteraan.
Hadirin yang saya hormati,
Nggak ada pilihan lain buat kita selain harus bahu membahu, bekerja sama menggapai cita-cita luhur bangsa yang tertuang dalam Pancasila. Nggak ada pilihan lain kecuali seluruh anak bangsa harus menyatukan hati, pikiran, dan tenaga buat menjaga persatuan dan persaudaraan kita. Nggak ada pilihan lain kecuali kita harus kembali ke jati diri kita sebagai bangsa yang santun, suka bergotong royong, dan toleran.
Nggak ada pilihan lain kecuali kita harus menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat di mata internasional. Ini adalah target kita bersama, yang hanya bisa dicapai kalau kita konsisten memegang teguh nilai-nilai Pancasila dalam setiap langkah.
Namun demikian, kita juga harus selalu waspada terhadap segala bentuk pemahaman dan gerakan yang nggak sejalan dengan Pancasila. Pemerintah akan bertindak tegas terhadap organisasi atau gerakan apapun yang Anti-Pancasila, Anti-UUD 1945, Anti-NKRI, dan Anti-Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah juga pasti akan bertindak tegas kalau masih ada paham atau gerakan komunisme yang secara jelas sudah dilarang di bumi Indonesia.
Sekali lagi, mari kita jaga perdamaian, jaga persatuan, dan jaga persaudaraan di antara kita semua. Mari kita saling bersikap santun, saling menghormati perbedaan, saling toleran, dan saling membantu demi kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa. Mari kita saling bahu-membahu, bergotong royong demi kemajuan Indonesia yang kita cintai.
Selamat Hari Lahir Pancasila. Kita Indonesia, Kita Pancasila. Semua Anda Indonesia, semua Anda Pancasila. Saya Indonesia, saya Pancasila.
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om shanti shanti shanti om,
Namo buddhaya.
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #3¶
(sumber: pidato kepala BPIP Hari Lahir Pancasila 2024)
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
SALAM PANCASILA!
Saudara dan saudariku sebangsa dan setanah air yang berbahagia,
Pada hari ini, 1 Juni 2024 (atau 2025 sesuai konteks peringatan), kita memperingati Hari Lahir Pancasila. Ini adalah hari yang sangat penting dalam sejarah bangsa kita. Pada tanggal inilah, Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan dan Bapak Pendiri Bangsa, untuk pertama kalinya memperkenalkan gagasan Pancasila melalui pidatonya di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) pada tahun 1945. Pidato beliau saat itu sungguh visioner dan menjadi cikal bakal dasar negara kita.
Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini (2024/2025) adalah “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”. Tema ini punya makna mendalam, yaitu bahwa Pancasila adalah kekuatan yang menyatukan kita di tengah segala perbedaan yang kita miliki. Perbedaan suku, agama, budaya, dan bahasa, semuanya terangkul dalam jiwa Pancasila saat kita bersama-sama menyongsong 100 tahun Indonesia Emas. Kita bercita-cita menuju Indonesia yang maju, mandiri, dan berdaulat sepenuhnya.
Kita patut bersyukur banget sebagai bangsa yang sangat majemuk, Pancasila dan nilai-nilai luhur di dalamnya bisa jadi bintang penuntun kehidupan bangsa. Ia mengarahkan kita agar selalu berjalan sesuai dengan cita-cita awal pendirian negara. Keberadaan Pancasila ini adalah anugerah luar biasa dari Tuhan Yang Maha Esa buat bangsa Indonesia. Di dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai mulia yang menjunjung tinggi inklusi, toleransi, dan gotong royong.
Keberagaman yang ada di Indonesia ini bukan hambatan, tapi justru berkah yang sudah dirajut dengan indah dalam identitas nasional kita, “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan ini bukan sekadar hiasan, tapi prinsip hidup yang mengajarkan kita untuk bersatu dalam perbedaan. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Dalam momentum yang sangat bersejarah ini, saya mengajak seluruh komponen bangsa, di mana pun kalian berada, untuk bahu membahu membumikan nilai-nilai Pancasila. Artinya, kita harus menerapkan nilai-nilai itu dalam setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berinteraksi di keluarga, di lingkungan masyarakat, sampai dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila itu ibarat dua sisi mata uang. Sebagai meja statis, ia terbukti tangguh dan mampu mempersatukan kita dalam menghadapi berbagai gelombang tantangan dan ujian sejarah yang berat. Buktinya, sampai hari ini, Indonesia tetap berdiri kokoh dan kuat sebagai bangsa yang besar. Kita nggak mudah terpecah belah meskipun banyak perbedaan.
Di sisi lain, Pancasila juga adalah leitstar dinamis, yaitu bintang penuntun yang bergerak dan membimbing kita. Ia membawa Indonesia menuju gerbang kemajuan dan kemakmuran, terutama di era globalisasi teknologi dan informasi yang berkembang begitu pesat saat ini. Pancasila memberikan arah moral dan etika dalam menghadapi perubahan dunia.
Pancasila harus senantiasa kita jiwai dan jadikan pedoman agar ia nggak cuma jadi ideologi di atas kertas, tapi benar-benar menjadi ideologi yang bekerja. Maksudnya, kehadirannya dan manfaatnya harus benar-benar dirasakan oleh seluruh tumpah darah Indonesia. Selain perlu regulasi atau aturan yang berlandaskan semangat Pancasila, kita juga butuh keteladanan. Keteladanan ini harus tercermin dari etika, integritas, dan karakter para pemimpin kita, serta seluruh rakyat Indonesia. Contoh nyata itu penting banget.
Perkembangan situasi global yang ditandai kemajuan teknologi komunikasi yang super cepat jadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Informasi menyebar tanpa batas. Di sinilah Pancasila diharapkan bisa jadi filter atau penyaring. Ia membantu kita agar bangsa Indonesia nggak mengalami disorientasi atau kehilangan arah di masa depan. Kita perlu bijak dalam menyaring informasi yang masuk.
Pesatnya kemajuan teknologi informasi saat ini, dengan maraknya penggunaan smartphone dan akses informasi lewat berbagai media, harus bisa kita manfaatkan dengan bijak. Gunakan teknologi itu untuk menyiarkan konten-konten dan narasi positif yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, saya mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai arus utama, disampaikan dengan metode dan cara-cara yang kekinian. Ini penting banget dalam menyongsong bonus demografi yang akan menempatkan kaum milenial dan Gen-Z sebagai pelaku utama pembangunan bangsa. Mereka harus akrab dengan Pancasila.
Dengan semangat Pancasila yang kuat, saya yakin semua tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa depan pasti bisa diatasi. Kita punya modal sosial dan spiritual yang luar biasa. Terlebih lagi, di tengah krisis global yang terjadi belakangan ini, Indonesia terbukti berhasil menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politiknya. Ini prestasi yang patut kita syukuri.
Keberhasilan menjaga stabilitas itu tentu bukan kebetulan, tapi hasil dari sumbangsih gotong royong seluruh anak bangsa. Dan fondasi dasarnya adalah ideologi Pancasila. Kita juga patut bersyukur dan bangga karena bangsa Indonesia telah terbukti menjadi bangsa yang dewasa. Dewasa dalam berdemokrasi, dewasa dalam berbangsa, dan dewasa dalam bernegara.
Kita harus bersyukur dan berbangga karena telah berhasil melewati Pemilihan Umum yang demokratis secara aman dan damai. Ini adalah bukti nyata dari tegaknya kedaulatan rakyat, konstitusi, serta persatuan dan kesatuan bangsa. Kita mampu mengelola perbedaan pendapat secara konstitusional.
Mengakhiri pidato ini, saya mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama bergotong royong merawat anugerah terindah yang kita punya, yaitu Pancasila. Mari kita rawat lewat peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni ini dan juga lewat tindakan nyata setiap hari. Kita harus terus bekerja sama dan berkolaborasi menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa. Ini adalah wujud nyata pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Semoga peringatan Hari Lahir Pancasila ini bisa makin memompa semangat kita semua untuk terus mengamalkan Pancasila. Semoga kita bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, dan berwibawa di kancah dunia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan perlindungan dan petunjuk kepada kita semua untuk kejayaan bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai.
Selamat Hari Lahir Pancasila!
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
SALAM PANCASILA!
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #4¶
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan.
Salam Pancasila!
Hadirin sekalian, teman-teman sebangsa dan setanah air,
Hari ini, 1 Juni 2025, kita berkumpul lagi buat memperingati Hari Lahir Pancasila. Jujur aja, seringkali momen ini cuma jadi rutinitas tahunan, sekadar upacara dan pidato. Tapi, pernah nggak sih kita berhenti sejenak dan merenung: apakah Pancasila itu masih kita hayati dalam kehidupan sehari-hari, atau jangan-jangan cuma kita hafal di luar kepala aja? Jangan-jangan, Pancasila itu cuma hidup di baliho-baliho besar di pinggir jalan dan di pidato-pidato pejabat, tapi mati di tengah kemacetan saat kita nggak sabar dan saling serobot, atau mati di lampu merah saat kita nggak mau antri sesuai aturan.
Pancasila itu bukan benda keramat yang harus ditaruh di lemari kaca dan cuma dilihatin aja. Ia adalah jalan hidup, pedoman praktis yang seharusnya kita pakai setiap hari. Baik dalam pikiran kita, ucapan kita, maupun tindakan kita. Tapi kadang-kadang, kita malah lebih sibuk memperdebatkan siapa yang paling Pancasilais, siapa yang paling nasionalis, daripada berlomba untuk menjadi orang yang paling jujur, paling adil, dan paling peduli terhadap sesama.
Bayangkan aja kalau setiap sila dalam Pancasila itu bisa menjelma jadi manusia. Sila kelima, “Keadilan Sosial”, mungkin lagi duduk termenung sedih karena merasa jarang diajak bicara atau diwujudkan dalam praktik sehari-hari. Sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, mungkin lagi luka parah, karena terlalu sering diabaikan oleh mereka yang lebih memilih menuruti ego dan kepentingan diri sendiri daripada menunjukkan empati dan menghargai martabat orang lain.
Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, bisa jadi bertanya-tanya, kenapa banyak yang mengaku beriman tapi perilakunya jauh dari nilai-nilai ketuhanan. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, mungkin lagi pusing melihat bagaimana gampangnya kita diadu domba dan terpecah belah gara-gara perbedaan kecil atau informasi yang nggak bener. Sila keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”, mungkin lagi sedih karena proses pengambilan keputusan seringkali didominasi kepentingan sesaat, bukan hikmat kebijaksanaan demi kebaikan bersama.
Pancasila itu bukan cuma slogan sakral yang diucapkan dalam upacara. Ia butuh ruang bernapas di tengah masyarakat kita yang belakangan ini terasa makin terpolarisasi dan gampang tersulut emosi. Ia butuh dihidupkan dalam interaksi kita sehari-hari.
Mari kita mulai menghidupkan Pancasila dari hal-hal yang paling kecil dan sederhana. Misalnya, dengan menyapa tetangga, peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar, menolong orang yang kesusahan tanpa mengharapkan imbalan. Coba terapkan jujur dalam setiap ucapan dan tindakan, meskipun godaannya besar untuk berbohong atau curang. Hormati orang yang berbeda pendapat atau keyakinan dengan kita. Karena sejatinya, Pancasila itu bukan cuma tugas negara semata, bukan cuma tanggung jawab pemerintah atau BPIP, tapi kewajiban kita bersama sebagai warga negara Indonesia.
Jangan tunggu sampai kita merasa sempurna untuk mulai berbuat baik dan mengamalkan Pancasila. Mulai aja dari sekarang. Ambil satu sila yang paling mudah kita terapkan hari ini, lalu lakukan satu langkah kecil yang mencerminkan nilai sila itu. Satu sila, satu langkah, satu kebaikan. Kalau setiap warga negara mau melakukan ini, bayangkan betapa indahnya Indonesia kita nanti.
Mari kita jadikan peringatan ini sebagai pengingat pribadi. Tanyakan pada diri sendiri: “Sejauh mana Pancasila hidup dalam diriku?” Jangan biarkan Pancasila hanya jadi fosil sejarah, tapi jadikan ia kompas yang menuntun setiap langkah kita menuju Indonesia yang lebih baik.
Terima kasih atas perhatiannya,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam Pancasila!
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #5¶
(sumber: amanat presiden RI Hari Lahir Pancasila 2023)
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,
Salam Pancasila,
Saudara-saudara sebangsa & setanah air yang saya cintai,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya, kita bisa berkumpul pada pagi yang berbahagia ini untuk memperingati Hari Lahir Pancasila. Momen ini mengingatkan kita kembali untuk terus menerus mengamalkan nilai-nilai luhur ideologi Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini juga waktu yang tepat untuk mengenang jasa-jasa para pendahulu bangsa yang telah berjuang keras merumuskan Pancasila, serta mensyukuri berbagai prestasi yang berhasil diraih bangsa Indonesia selama ini, yang semuanya berkat bimbingan Pancasila.
Di tengah berbagai krisis yang melanda dunia, termasuk krisis kesehatan global, krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan, Indonesia termasuk satu dari sangat sedikit negara di dunia yang berhasil menanganinya dengan relatif baik. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik kita tetap stabil terjaga, bahkan semakin kokoh dari waktu ke waktu. Inflasi bisa kita kendalikan, investasi terus tumbuh pesat, dan peluang kerja bagi masyarakat semakin terbuka lebar.
Semua capaian ini tentu adalah anugerah luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi, ini juga adalah hasil dari sumbangsih seluruh anak bangsa Indonesia. Karena berkat persatuan dan kesatuan kita yang kuat, bangsa ini jadi tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang. Kita mampu melakukan terobosan-terobosan penting. Berkat kerja keras dan semangat gotong royong kita semua, bangsa ini berhasil meraih kepercayaan dan makin disegani di mata masyarakat dunia. Ini adalah bukti bahwa semangat kebersamaan kita itu luar biasa dampaknya.
Dan pondasi dari semua keberhasilan itu apa? Jawabannya adalah ideologi Pancasila. Ideologi inilah yang diwariskan dengan susah payah oleh para founding fathers kita, termasuk Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, yang menggagasnya pada 1 Juni. Ideologi inilah yang selama ini menjadi jangkar kuat dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila ini bukan cuma sekadar kata-kata, tapi pegangan hidup yang harus terus kita genggam erat untuk memperkokoh kemajuan bangsa ke depan.
Saudara-saudara sebangsa & setanah air,
Saat ini, pemerintah dan seluruh komponen bangsa terus berjuang keras untuk menghadirkan pembangunan yang Indonesia Sentris, artinya pembangunan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Kita bekerja keras membangun daerah-daerah pinggiran yang sebelumnya kurang diperhatikan, wilayah perbatasan negara, dan juga desa-desa di pelosok negeri. Ini adalah perjuangan panjang yang sudah dimulai dari generasi ke generasi, dan perjuangan ini membutuhkan kesinambungan dan keberlanjutan.
Personil dalam pemerintahan bisa berganti, periode kepemimpinan bisa berakhir, tapi perjuangan untuk mewujudkan keadilan sosial dan pemerataan pembangunan ini tidak boleh terhenti. Keadilan dan pemerataan harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat. Itulah tujuan utama yang ingin kita wujudkan melalui berbagai program.
Ada program reformasi struktural untuk perbaikan fundamental, ada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) kita agar makin unggul, dan ada program hilirisasi industri untuk mengolah kekayaan alam di dalam negeri. Kita ingin kekayaan alam Indonesia ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, bukan malah dinikmati bangsa lain. Kita ingin mengolahnya sendiri di sini, biar bisa buka lapangan kerja baru dan dapat nilai tambah yang tinggi.
Program besar lainnya yang juga dirancang demi pemerataan dan kemajuan bangsa adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Kita ingin masyarakat di luar Pulau Jawa juga merasakan manfaat signifikan dari pembangunan besar ini. Ini bukan cuma soal memindahkan ibu kota, tapi juga soal pemerataan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di luar Jawa. Sekali lagi, perjuangan besar ini belum selesai dan harus dilanjutkan oleh para pemimpin pemerintahan selanjutnya.
Saudara-saudara sebangsa & setanah air,
Di tengah kondisi geopolitik dunia yang sedang panas dan penuh ketegangan, Indonesia terus berusaha keras untuk berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Kita berusaha menjadi titik temu, jembatan komunikasi untuk menjembatani perbedaan antarnegara. Indonesia memegang teguh prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, artinya kita punya prinsip sendiri dan tidak memihak pada blok kekuatan tertentu. Inilah Indonesia, negara yang tidak bisa didikte oleh pihak manapun, tapi selalu ingin berkontribusi positif bagi dunia.
Ideologi Pancasila yang mengajarkan sikap toleran, keberanian untuk bersikap adil, dan menghargai perbedaan, telah membuat kepemimpinan Indonesia di kancah internasional diterima dan diakui dunia. Contohnya, Presidensi G20 yang berhasil kita laksanakan dengan sukses di Bali. Negara-negara yang sedang berseteru atau bahkan sedang berperang, bisa duduk bersama di meja perundingan yang difasilitasi oleh Indonesia untuk mencari solusi damai.
Saat ini, Indonesia juga memegang Keketuaan ASEAN. Momentum ini akan kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk membuat ASEAN semakin kokoh, semakin bersatu, dan terus menjadi jangkar stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara. Ini semua adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai Pancasila itu nggak cuma utama dan relevan buat Indonesia, tapi juga relevan dan dibutuhkan oleh dunia.
Toleransi, persatuan, dan gotong royong adalah kunci penting dalam membangun bangsa yang kokoh dan menciptakan dunia yang damai serta sejahtera. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk bergerak bersama, bersatu padu. Kita tolak segala bentuk ekstrimisme, yang mencoba memaksakan kehendak dan merusak tatanan sosial. Kita tolak politisasi identitas dan agama, yang bisa memecah belah persatuan kita. Kita tolak segala bentuk provokasi yang sengaja disebarkan untuk mengganggu ketenangan dan kerukunan.
Mari kita sambut pesta demokrasi, Pemilihan Umum, dengan kedewasaan, suka cita, dan tetap memegang teguh nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman. Perbedaan pilihan itu wajar, tapi persatuan bangsa jauh lebih penting. Mari kita perjuangkan bersama visi besar Indonesia 2045, yaitu menjadi Indonesia Maju. Kita harus naik kelas dari negara berkembang menjadi negara maju, negara yang adil, sejahtera, merata pembangunannya, dan punya wibawa tinggi dalam pergaulan dunia.
Selamat Hari Lahir Pancasila!
Merdekа !!
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya.
Salam Pancasila!
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #6¶
Teman-teman sebangsa dan setanah air yang saya sayangi,
Coba sekarang kita berhenti sejenak. Tarik napas perlahan, dalam-dalam. Rasakan udara yang masuk ke paru-paru kita. Lalu coba bayangkan, betapa beruntungnya kita bisa berdiri di atas tanah Indonesia ini. Tanah yang dulu nggak didapat dengan cuma-cuma, tapi diperjuangkan dengan cucuran darah dan air mata oleh para pahlawan kita. Indonesia ini bukan negeri yang tiba-tiba jatuh dari langit. Ia lahir dari sebuah ide, dari perlawanan gigih terhadap penjajahan, dan dari tekad besar untuk tidak lagi tunduk pada bangsa lain. Dan di tengah perjalanan penuh perjuangan menuju kemerdekaan itulah, sebuah pemikiran yang sangat agung lahir. Pemikiran yang hari ini kita rayakan kelahirannya, yang kita sebut dengan nama Pancasila.
Mari kita flashback sejenak ke tanggal satu Juni tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima. Suasana saat itu jauh dari kata tenang. Jepang masih bercokol sebagai penjajah. Rakyat Indonesia masih banyak yang menderita dalam kesulitan. Tapi di Gedung Chuo Sangi In di Jakarta, sekumpulan tokoh bangsa yang brilian sedang berkumpul. Mereka sedang memikirkan masa depan negeri ini yang akan segera merdeka. Mereka ingin merdeka, tapi juga sadar, kemerdekaan itu butuh dasar yang kokoh, pondasi yang kuat biar nggak gampang roboh.
Maka, berdirilah seorang pria kurus tapi punya aura dan kharisma yang luar biasa, beliau adalah Ir. Soekarno. Beliau menyampaikan sebuah pidato yang singkat, namun berisi gagasan-gagasan revolusioner. Pidato itulah yang nantinya akan mengubah arah sejarah bangsa kita. Dalam pidato itu, Bung Karno nggak cuma ngomongin soal dasar negara secara teknis. Lebih dari itu, beliau bicara soal jiwa bangsa. Beliau memperkenalkan lima nilai, lima prinsip, yang dirumuskan bukan dari buku-buku impor atau ruang kosong. Gagasan itu lahir dari denyut kehidupan rakyat Indonesia sendiri, dari kearifan lokal yang sudah mengakar.
Pancasila itu unik, ia nggak datang dari luar negeri. Ia bukan teori Barat yang dicomot begitu saja, atau doktrin Timur yang dipaksakan. Pancasila itu lahir dari sawah, dari surau, dari hutan lebat, dari hiruk pikuk pasar tradisional, dari rumah-rumah sederhana di sudut desa. Ia tumbuh dan berkembang dari nilai-nilai luhur seperti gotong royong, kekeluargaan, musyawarah, yang sudah ada dan hidup di tengah masyarakat Indonesia jauh sebelum negara ini berdiri.
Bung Karno, dengan kejeniusannya sebagai orator dan pemikir, hanya merangkumnya, memformulasikannya, dan menyusunnya menjadi sebuah dasar yang bisa diterima oleh semua golongan, dari Sabang sampai Merauke. Dan itulah kehebatan beliau. Beliau tidak memaksakan satu ideologi sempit, tapi berhasil menyatukan semua kebaikan dan nilai-nilai mulia yang sudah hidup subur di tengah rakyat Indonesia. Maka, ketika beliau menyebutkan lima sila itu, sejatinya beliau sedang menuliskan ulang hati nurani bangsa ini, mengenali kembali siapa diri kita sebenarnya.
Mungkin telinga kita udah terlalu sering mendengar kata Pancasila. Kita hafal isinya, urutan silanya dari satu sampai lima. Kita tahu maknanya secara teori. Tapi yang perlu kita tanyakan pada diri kita masing-masing hari ini, di momen peringatan ini, adalah: apakah kita masih menjalankan nilai-nilai Pancasila itu dalam praktik nyata? Karena Pancasila itu bukan mantra yang bekerja cuma dengan diucapkan berulang-ulang. Ia hanya hidup ketika kita memberikan pertolongan tanpa mengharapkan pamrih, ketika kita menunjukkan sikap toleransi dan menghormati mereka yang berbeda keyakinan, ketika kita memilih jujur dan lurus meski godaan untuk berbuat curang begitu besar.
Pancasila bukan sekadar bahan pidato yang dibacakan di mimbar upacara. Ia seharusnya menjadi arah kompas yang menuntun setiap langkah kita dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi dengan tetangga, dalam bekerja, dalam belajar, bahkan dalam menggunakan media sosial. Dan kalau kita merasa saat ini bangsa kita sedang sedikit limbung, agak goyang, mungkin salah satu penyebabnya adalah karena kompas Pancasila itu tidak lagi kita pedulikan sebagaimana mestinya.
Mari, pada momen sakral ini, kita tidak hanya sekadar merayakan tanggal 1 Juni. Mari kita jadikan ini sebagai waktu untuk merefleksikan ulang makna Pancasila dalam diri kita. Bukan cuma dengan seremonial atau pidato yang indah, tapi dengan membiarkan nilai-nilai Pancasila itu menyentuh kembali cara kita berpikir, cara kita bersikap, dan cara kita bertindak dalam kehidupan nyata. Mari kita peluk kembali semangat satu Juni. Semangat untuk merumuskan hidup bersama yang adil dan damai. Semangat untuk mendahulukan kemanusiaan di atas kekuasaan atau harta benda. Semangat untuk menyatukan berbagai perbedaan, bukan malah memperbesar jurang pemisah.
Karena kalau bukan kita sebagai anak bangsa yang menjaga dan menghidupkan Pancasila, siapa lagi yang mau? Dan kalau bukan sekarang, di tengah tantangan dan godaan zaman ini, kapan lagi kita harus memulainya? Mari bersama-sama kita jaga api Pancasila agar terus menyala terang membimbing Indonesia menuju masa depan yang gemilang.
Terima kasih banyak.
Salam Pancasila!
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #7¶
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua.
Hadirin sekalian,
Hari ini, di bawah naungan bendera merah putih, kita berkumpul untuk sebuah momen yang sangat penting: memperingati Hari Lahir Pancasila. Ini bukan sekadar acara seremonial untuk mengenang pidato bersejarah Bung Karno puluhan tahun lalu. Ini adalah kesempatan buat kita semua untuk berhenti sejenak dan merenungi kembali makna dari lima sila yang selama ini mungkin cuma kita hafal di luar kepala, tapi kadang lupa kita hayati sepenuh hati dalam tindakan.
Pancasila itu sebetulnya bukan sekumpulan kata-kata indah yang cuma ditulis untuk jadi pajangan di dinding kelas atau di kantor. Ia adalah nilai-nilai hidup, prinsip-prinsip dasar yang lahir dan tumbuh dari akar budaya kita sendiri sebagai bangsa Indonesia. Pancasila mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi manusia yang utuh, manusia yang beriman, manusia yang adil, manusia yang punya empati, dan tidak egois dalam menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, itu mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini, bukan cuma soal kekayaan atau kekuasaan yang paling penting, tapi soal iman dan ketundukan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia mengajarkan kita pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral dalam setiap perbuatan.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan kita dengan tegas bahwa setiap manusia itu punya martabat yang sama. Setiap orang harus diperlakukan dengan hormat, dengan adil, tanpa memandang apa pun suku bangsanya, apa pun agamanya, atau apa pun kedudukannya dalam masyarakat. Sila ini menuntut kita untuk punya empati dan belas kasih.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, ini tentang pentingnya kebersamaan. Di zaman sekarang, saat perbedaan seringkali dianggap sebagai ancaman atau alasan untuk bermusuhan, sila ini makin relevan. Padahal, justru dari perbedaan itulah bangsa Indonesia ini menjadi kuat dan berwarna. Persatuan itu butuh usaha dan pengorbanan, bukan datang begitu saja.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, memberi kita cara untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Caranya adalah melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, bukan dengan cara-cara kekerasan atau memaksakan kehendak. Ini mengajarkan kita untuk mendengarkan pendapat orang lain dan mencari solusi terbaik secara bersama-sama, dengan penuh hikmat kebijaksanaan.
Dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menuntut kita untuk berlaku adil kepada siapa saja. Bukan hanya adil kepada orang yang kita suka, orang yang sealiran, atau orang yang sepaham dengan kita. Tapi adil kepada seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Ini bicara soal pemerataan kesejahteraan, kesempatan yang sama, dan perlakuan yang setara di mata hukum.
Makna Pancasila sesungguhnya sangat sederhana dan bisa kita praktikkan setiap hari. Intinya adalah: menjadi manusia Indonesia yang mau hidup berdampingan dengan damai, saling menghargai, dan dengan cara-cara yang beradab. Kalau saja setiap individu mau berusaha menjalankan nilai-nilai ini dalam kehidupannya, saya yakin Indonesia kita akan jauh lebih tenang, lebih jujur, lebih rukun, dan lebih damai.
Maka di hari kelahirannya ini, mari kita jaga Pancasila bukan hanya dengan mengadakan upacara yang khidmat atau mengucapkan kata-kata indah di pidato. Mari kita jaga Pancasila lewat tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari lingkungan terdekat kita. Karena Pancasila itu bukan cuma milik negara, bukan cuma tanggung jawab pemerintah, tapi milik kita semua sebagai warga negara Indonesia yang bangga akan identitasnya.
Selamat memperingati Hari Lahir Pancasila. Mari kita terus menghidupi dan mengamalkan nilai-nilai luhurnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Contoh Teks Pidato Upacara Hari Lahir Pancasila #8¶
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Wahai anak-anak bangsa yang penuh semangat, penerus cita-cita luhur, bangkitlah!
Jangan biarkan bara api perjuangan yang telah dinyalakan oleh para pendahulu kita padam begitu saja dalam dada kalian! Semangat itu harus terus menyala.
Satu Juni itu bukan cuma sekadar tanggal merah di kalender libur kita. Itu adalah saat yang sangat krusial di mana pondasi kuat negara kesatuan kita ini diletakkan. Pondasi itu adalah sebuah gagasan besar yang bernama Pancasila. Pancasila ini ibarat petunjuk arah, kompas moral yang harus terus kita pegang erat-erat agar Indonesia tetap utuh, tidak terpecah belah, dan terus bergerak maju mencapai kemajuan.
Pancasila mengajarkan kita bahwa berbangsa itu bukan cuma soal punya tanah air yang luas dan kaya sumber daya. Tapi lebih dari itu, berbangsa itu soal punya jiwa yang sama. Jiwa yang mengikat kita semua, dari berbagai latar belakang yang berbeda, menjadi satu keluarga besar yang kita sebut Indonesia. Tanpa Pancasila, kita cuma akan jadi kumpulan pulau-pulau indah tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kita bisa kehilangan identitas.
Kelima sila dalam Pancasila itu bukanlah sekadar kata-kata indah yang ditulis di atas kertas piagam atau diukir di tugu-tugu. Mereka adalah prinsip hidup, panduan praktis yang mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap. Mereka mengajarkan kita untuk percaya dan berserah diri kepada Tuhan, menghargai dan memperlakukan sesama manusia dengan adil dan beradab, menjaga keutuhan dan persatuan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan, menyelesaikan masalah melalui musyawarah mufakat secara adil, dan selalu berusaha mewujudkan kehidupan yang berkeadilan sosial bagi semua orang.
Ketika kita sungguh-sungguh memahami dan berupaya mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita sedang membangun jembatan kokoh. Jembatan yang menghubungkan masa lalu kita yang penuh perjuangan, menuju masa depan Indonesia yang gemilang. Masa depan yang kita impikan itu bukan hanya maju dalam hal teknologi canggih, tapi juga maju dalam hal hati, maju dalam hal akhlak mulia, dan maju dalam hal kebersamaan.
Anak-anak muda, kalian adalah penerus estafet perjuangan bangsa ini. Kalian adalah harapan Indonesia di masa depan. Jangan biarkan semangat persatuan yang sudah susah payah dibangun oleh para pahlawan terkikis begitu saja hanya karena perbedaan-perbedaan kecil atau pengaruh dari luar yang negatif. Jadikan Pancasila sebagai panduan hidup yang menguatkan setiap langkah kalian dalam menghadapi dunia yang makin kompleks.
Kita hidup di zaman yang penuh dengan berbagai tantangan baru yang mungkin belum pernah dihadapi generasi sebelumnya. Tapi di saat yang sama, zaman ini juga penuh dengan berbagai peluang luar biasa. Dengan menghidupi dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, kita punya modal spiritual dan moral yang kuat. Kita mampu menjawab semua tantangan itu dengan kepala tegak, dengan keyakinan penuh, dan dengan cara-cara yang sesuai dengan jati diri bangsa.
Mari kita buktikan kepada dunia bahwa kita, generasi penerus ini, bukan hanya generasi yang pandai bicara atau pandai menggunakan teknologi. Tapi kita adalah generasi yang mampu membawa perubahan nyata ke arah yang lebih baik, demi Indonesia. Pancasila adalah senjata paling ampuh kita dalam menghadapi disrupsi dan tantangan ideologi dari luar. Dan persatuan adalah kekuatan terbesar kita untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan beradab.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bangkitlah wahai anak-anak bangsa! Masa depan Indonesia yang maju ada di tangan kalian semua!
Nah, itu dia delapan contoh teks pidato upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni yang bisa kalian jadikan referensi. Semoga contoh-contoh ini bermanfaat dan bisa menginspirasi kalian untuk menyampaikan pidato yang berkesan, ya. Mengingat pentingnya Pancasila, mana nih contoh pidato yang paling ngeklik sama kalian? Atau mungkin kalian punya ide lain untuk menghidupkan Pancasila di era sekarang? Yuk, bagikan pendapat atau pengalaman kalian di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar