Tahun Baru Islam 2025: Amalan Doa Awal & Akhir Tahun (Arab, Latin)

Daftar Isi

Tahun Baru Islam 2025 Doa Awal Akhir Tahun

Kita akan segera memasuki pergantian tahun dalam kalender Hijriah. Momen penting ini akan tiba pada malam 1 Muharam 1447 Hijriah. Menurut informasi dari Kementerian Agama (Kemenag), 1 Muharam 1447 Hijriah dijadwalkan jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025.

Menyambut kedatangan tahun baru Islam, ada amalan baik yang dianjurkan bagi umat muslim, yaitu membaca doa akhir tahun sebelum malam pergantian dan doa awal tahun sesudah memasuki tahun baru. Membaca doa menjadi cara refleksi diri sekaligus memohon keberkahan dari Allah SWT.

Doa ini menjadi jembatan spiritual untuk merenungi perjalanan setahun ke belakang dan memancarkan harapan untuk tahun yang akan datang. Mari kita persiapkan diri menyambut 1 Muharam 1447 Hijriah dengan penuh kekhusyukan. Berikut adalah bacaan doa akhir dan awal Tahun Baru Islam 2025, lengkap dengan teks Arab dan terjemahan latinnya.

Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun Islam 2025

Doa-doa ini dikutip dari Habib Sayid Utsman bin Yahya dalam kitab Maslakul Akhyar, yang merupakan doa yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW saat pergantian tahun baru Islam. Membaca doa ini merupakan bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT, menyadari segala kekurangan di masa lalu, dan memohon kekuatan serta bimbingan untuk masa depan.

Momen pergantian tahun Hijriah bukan hanya sebatas perubahan angka, melainkan sebuah kesempatan berharga untuk melakukan introspeksi mendalam. Kita diajak untuk mengevaluasi segala perbuatan, baik yang disengaja maupun tidak, serta memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu. Pada saat yang sama, kita memanjatkan doa untuk memohon bimbingan dan keberkahan agar di tahun yang baru dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan senantiasa dalam keridaan-Nya.

Doa Akhir Tahun Islam

Doa akhir tahun ini dibaca sebelum matahari terbenam pada hari terakhir bulan Dzulhijjah. Waktu terbaik untuk membacanya adalah menjelang maghrib, sebelum pergantian hari ke 1 Muharam. Dengan membaca doa ini, kita secara simbolis menutup lembaran tahun yang berlalu dengan memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Membaca doa akhir tahun juga mengingatkan kita akan nikmat Allah yang luar biasa, di mana Dia masih memberi kesempatan untuk bertobat meskipun kita seringkali khilaf dan melanggar perintah-Nya. Ini adalah bukti kasih sayang Allah yang tanpa batas kepada hamba-Nya.

Berikut adalah lafal doa akhir tahun:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْهَا عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنَّنِيْ أَسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْ لِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

  • Latin: Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.

  • Artinya: “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang–sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu–sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat–sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”

Membaca doa akhir tahun ini setidaknya tiga kali sebelum maghrib diharapkan dapat menghapus dosa-dosa yang telah diperbuat selama setahun, memberikan kesempatan baru untuk memulai lembaran hidup yang lebih bersih di tahun yang akan datang.

Doa Awal Tahun Islam

Setelah memasuki waktu maghrib, yang menandai dimulainya hari pertama bulan Muharam, kita dianjurkan untuk membaca doa awal tahun. Doa ini dibaca sebagai ungkapan syukur atas kesempatan memasuki tahun yang baru dan permohonan agar diberikan perlindungan, petunjuk, serta kemudahan dalam menjalani hari-hari di tahun tersebut.

Doa awal tahun ini biasanya dibaca tiga kali setelah salat maghrib pada malam 1 Muharam. Dengan membaca doa ini, kita memulai tahun yang baru dengan memohon pertolongan Allah SWT untuk senantiasa berada dalam ketaatan dan dijauhkan dari segala keburukan.

Berikut adalah lafal doa awal tahun:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ. وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَل. أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِه، وَالعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالِاشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

  • Latin: Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’i, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

  • Artinya: “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

Membaca doa awal tahun dengan penuh keyakinan dan pengharapan merupakan bentuk Tawakkal kepada Allah SWT. Kita memohon agar dijauhkan dari godaan setan dan hawa nafsu, serta diberikan kekuatan untuk mengisi tahun yang baru dengan amal-amal yang diridhai-Nya, sehingga setiap langkah kita semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

Amalan-amalan di Bulan Muharam

Bulan Muharam adalah salah satu dari empat bulan haram (bulan suci) dalam Islam, selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Keistimewaan bulan Muharam menjadikannya waktu yang sangat baik untuk meningkatkan ibadah dan menjauhi maksiat. Terdapat beberapa amalan sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk dikerjakan di bulan Muharam.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan sebaik-baiknya salat setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR. Muslim)

Hadis ini secara jelas menunjukkan keutamaan berpuasa di bulan Muharam. Selain puasa, ada beberapa amalan lainnya yang dianjurkan untuk memperbanyak kebaikan di bulan mulia ini.

1. Puasa Tasua dan Puasa Asyura

Puasa menjadi amalan utama yang ditekankan di bulan Muharam. Terdapat dua hari puasa yang paling utama di bulan ini, yaitu puasa Tasua dan puasa Asyura. Kedua puasa ini memiliki keutamaan dan sejarahnya masing-masing.

  • Puasa Tasua (9 Muharam)
    Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharam. Berdasarkan kalender Tahun Baru Islam 2025, 9 Muharam 1447 H akan jatuh pada hari Jumat, 4 Juli 2025. Anjuran puasa pada tanggal 9 Muharam ini didasarkan pada keinginan Rasulullah SAW di akhir hayatnya. Beliau ingin berbeda dengan tradisi Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharam.

    Dalam riwayat Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata:
    حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
    “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan –insya Allah– kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharam).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”
    Meskipun Rasulullah SAW belum sempat melaksanakan niatnya tersebut, keinginan beliau ini menjadi dasar sunah untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharam sebagai pelengkap puasa Asyura dan untuk membedakan diri dari kaum Yahudi.

  • Puasa Asyura (10 Muharam)
    Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam. Pada Tahun Baru Islam 2025, 10 Muharam 1447 H akan jatuh pada hari Sabtu, 5 Juli 2025. Puasa Asyura memiliki keutamaan yang luar biasa, yaitu dapat menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
    “… Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR Muslim no. 1162/2746)
    Puasa ini sudah dikenal dan diamalkan bahkan sejak masa Jahiliyah oleh kaum Quraisy, kemudian ditegaskan kembali oleh Rasulullah SAW. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:
    كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
    “Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”
    Meskipun hukumnya sunah setelah diwajibkan puasa Ramadhan, keutamaannya yang dapat menghapus dosa setahun lalu menjadikan puasa Asyura sangat dianjurkan.

  • Puasa 11 Muharam
    Beberapa ulama berpendapat tentang anjuran puasa pada tanggal 11 Muharam. Hal ini didasarkan pada riwayat Ibnu Abbas RA yang menganjurkan untuk berpuasa pada hari Asyura dan menyelisihi orang Yahudi dengan berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya.
    صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
    “Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.” (HR Ahmad no. 2153)
    Meskipun sebagian ulama menghukumi hadis ini lemah, berpuasa pada tanggal 11 Muharam (yang pada tahun 2025 jatuh pada Minggu, 6 Juli) tetap diperbolehkan dan termasuk dalam anjuran memperbanyak puasa di bulan Muharam. Jadi, opsi terbaik adalah berpuasa tanggal 9 dan 10, atau 10 dan 11, atau bahkan 9, 10, dan 11 Muharam.

2. Puasa Ayyamul Bidh

Selain puasa Tasua dan Asyura, bulan Muharam juga merupakan kesempatan untuk melaksanakan puasa Ayyamul Bidh. Puasa ini dilakukan selama tiga hari di pertengahan bulan Hijriah, yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya. Dilansir dari berbagai sumber terpercaya, puasa Ayyamul Bidh memiliki keutamaan yang setara dengan berpuasa sepanjang tahun.

Untuk bulan Muharam 1447 H, jadwal puasa Ayyamul Bidh akan jatuh pada tanggal 8, 9, dan 10 Juli 2025. Jadi, jika Anda memiliki kekuatan, Anda bisa menggabungkan puasa 9 dan 10 Muharam dengan rangkaian puasa Ayyamul Bidh, atau melaksanakannya secara terpisah.

Anjuran puasa Ayyamul Bidh ini bersumber dari hadis ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, di mana Rasulullah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari, no. 1979).
Mengamalkan puasa Ayyamul Bidh di bulan Muharam akan melipatgandakan pahala dan keberkahan yang didapat.

3. Memperbanyak Amalan Salih

Sebagai bulan yang mulia, Muharam adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan salih. Segala bentuk ketaatan kepada Allah SWT sangat dianjurkan di bulan ini.

Amalan-amalan salih yang bisa diperbanyak antara lain membaca Al-Qur’an, berdzikir mengingat Allah dalam setiap kesempatan, mendirikan salat-salat sunah seperti salat malam (Tahajud), salat Dhuha, dan salat rawatib, serta bersedekah kepada yang membutuhkan. Setiap kebaikan yang dilakukan di bulan Muharam diharapkan mendapat pahala yang lebih besar di sisi Allah.

4. Menjauhkan Diri dari Maksiat

Sebagaimana berlipatnya pahala kebaikan, dosa yang dilakukan di bulan haram juga memiliki bobot yang lebih besar. Oleh karena itu, di bulan Muharam umat muslim diingatkan untuk ekstra hati-hati dalam menjaga diri dari segala bentuk kemaksiatan dan dosa.

Qotadah rahimahullah menjelaskan:
“Sesungguhnya kezaliman pada bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kezaliman yang dilakukan di luar bulan-bulan haram tersebut. Meskipun kezaliman pada setiap kondisi adalah perkara yang besar, akan tetapi Allah Ta’ala menjadikan sebagian dari perkara menjadi agung sesuai dengan kehendaknya.”
Pernyataan ini menjadi pengingat keras bahwa melanggar perintah Allah atau berbuat zalim di bulan Muharam bukanlah perkara ringan.

5. Tidak Berbuat Zalim

Anjuran untuk menjauhkan diri dari maksiat secara spesifik diperkuat dengan larangan berbuat zalim di bulan-bulan haram. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 36:
…فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ…
“…Maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu…”
Ayat ini secara tegas melarang kita untuk menzalimi diri sendiri (dengan berbuat dosa) maupun menzalimi orang lain di bulan-bulan suci, termasuk Muharam. Kezaliman di bulan ini dianggap lebih besar dosanya karena melanggar kesucian waktu yang telah ditetapkan Allah.

6. Menyenangkan Keluarga

Ada amalan sunah yang sering kali luput dari perhatian, yaitu menyenangkan keluarga pada hari Asyura (10 Muharam). Meskipun amalan menyenangkan keluarga bisa dilakukan kapan saja, ada keutamaan khusus ketika melakukannya di hari Asyura.

Diriwayatkan dalam hadits dari Abu Hurairah RA:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Siapa yang melapangkan bagi keluarganya pada hari Asyura niscaya Allah akan melapangkan baginya sepanjang tahun.” (HR. Al Baihaqi dalam Syuabul Iman dan Ibnu Hibban)
Melapangkan di sini bisa berarti memberikan nafkah lebih, menyediakan makanan yang lebih baik dari biasanya, atau melakukan aktivitas menyenangkan bersama keluarga. Keutamaan hadits ini adalah janji Allah akan melapangkan rezeki atau urusan bagi orang tersebut selama setahun penuh.

7. Memperbanyak Zikir dan Bertaubat

Momen pergantian tahun Islam di bulan Muharam adalah waktu yang sangat tepat untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri). Merenungkan segala perbuatan, baik atau buruk, yang telah dilakukan selama setahun terakhir merupakan langkah awal untuk perbaikan diri.

Oleh karena itu, memperbanyak zikir (mengingat Allah) dan bertaubat (kembali kepada Allah) menjadi amalan yang sangat dianjurkan. Zikir dapat melembutkan hati, menenangkan jiwa, dan mengingatkan kita akan kebesaran Allah serta tujuan hidup kita.

Taubat adalah kesempatan emas yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk membersihkan diri dari noda dosa. Menyesali perbuatan dosa, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi, dan memperbanyak istighfar adalah wujud taubat yang sungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan setiap diri hendaklah memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Ayat ini mengajak kita untuk senantiasa berintrospeksi dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat, dan momen pergantian tahun Muharam adalah pengingat yang kuat untuk melakukan hal tersebut.

Menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah dengan doa akhir dan awal tahun serta mengamalkan sunah-sunah di bulan Muharam adalah cara terbaik untuk mengawali lembaran baru dalam kehidupan spiritual kita. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan senantiasa membimbing kita di jalan yang lurus.

Bagaimana Anda berencana menyambut Tahun Baru Islam 2025? Apakah ada amalan lain yang biasa Anda lakukan bersama keluarga? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar