UBSI Kaliabang Ajarkan Sopan Santun ke Anak-Anak dengan Cara Seru!

Daftar Isi

UBSI Kaliabang Ajarkan Sopan Santun ke Anak-Anak dengan Cara Seru!

Mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Kaliabang, yang kita kenal banget sebagai Kampus Digital Kreatif, baru-baru ini bikin acara keren nih. Mereka nunjukin kepeduliannya sama anak-anak muda lewat kegiatan pengabdian masyarakat. Kali ini, sasarannya adalah adik-adik di salah satu Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang ada di Kota Bekasi. Acaranya seru dan pastinya bermanfaat banget!

Kegiatan ini punya tema yang pas banget, yaitu “Edukasi Anak-anak TPA dalam Menerapkan Sopan Santun Sehari-hari.” Jadi, tujuan utamanya adalah ngenalin dan nanemin nilai-nilai penting soal kesopanan dan budi pekerti dari kecil. Kenapa sopan santun penting? Ya, karena ini ibarat pondasi awal buat ngebangun karakter yang kuat dan punya akhlak mulia. Dalam ajaran agama Islam aja, adab atau sopan santun itu punya tempat yang istimewa dan ditekankan banget dalam kehidupan sehari-hari. Makanya, keren deh langkah mahasiswa UBSI ini!

Para mahasiswa UBSI ini datang dengan persiapan matang dan ide-ide kreatif. Mereka sadar kalau ngajarin anak-anak itu butuh cara yang beda, nggak bisa kaku. Jadi, mereka pakai pendekatan yang edukatif, tapi dibikin interaktif, menyenangkan, dan gampang dicerna sama si kecil. Rangkaian acaranya disusun supaya nggak ngebosenin sama sekali.

Kegiatan ini nggak cuma sekadar duduk manis dengerin materi. Ada macam-macam aktivitas seru, mulai dari penyampaian materi yang interaktif, main game yang punya unsur edukasi, sampai simulasi langsung. Nah, bagian simulasi ini nih yang paling asyik. Anak-anak diajak langsung buat praktikkin gimana sih sikap yang sopan itu dalam berbagai situasi di kehidupan sehari-hari. Pokoknya, belajar sambil main, jadi nggak berasa lagi belajar!

Salah satu mahasiswa UBSI yang ikutan acara ini cerita nih, kalau pembelajaran yang mereka kasih itu nggak cuma teori aja. “Kami pengen anak-anak nggak cuma dengerin ceramah atau teori doang,” katanya sambil senyum. “Tapi mereka juga bisa merasakannya langsung dalam praktik.” Jadi, mereka kasih contoh nyata gimana caranya kalau mau minta izin dengan sopan, gimana nyapa guru atau temen biar kelihatan ramah, atau gimana nunjukkin rasa hormat sama orang tua dan tamu yang datang.

Bayangin aja deh, daripada cuma dengerin, mereka langsung praktik. Misal, ada satu sesi dimana anak-anak pura-pura mau pinjem mainan temennya. Terus, mahasiswa yang jadi fasilitator ngasih contoh gimana cara ngomong yang baik: “Maaf, boleh aku pinjam mainannya sebentar?”. Atau simulasi pas mau lewat di depan orang yang lebih tua, mereka diajarin buat sedikit membungkuk sambil bilang “Permisi.” Hal-hal kecil gini kalau dibiasain dari kecil, efeknya gede banget buat masa depan mereka nanti.

Selain simulasi, ada juga metode lain yang bikin anak-anak makin betah dan semangat belajar. Mereka ngadain kuis-kuis seru seputar adab dan sopan santun. Misalnya, dikasih beberapa pilihan sikap, terus anak-anak disuruh tebak mana yang termasuk sikap sopan. Ada juga permainan tebak gaya atau tebak kata yang berhubungan sama tema sopan santun. Metode-metode ini bikin anak-anak jadi lebih antusias dan tanpa sadar mereka lagi nyerap pelajaran penting.

Nggak cuma itu, para mahasiswa UBSI ini juga langsung jadi contoh atau teladan buat adik-adik TPA. Gimana caranya mereka berinteraksi sama anak-anak, cara mereka mendengarkan, cara mereka ngomong pakai bahasa yang baik dan santun, itu semua diperhatikan. Mereka sadar, anak-anak itu paling jago meniru. Jadi, kalau yang dilihat itu contoh yang baik, insya Allah mereka bakal ikutin yang baik juga. Ini cara belajar yang paling efektif buat anak-anak.

Dwi Anggraini Permata Setiadi, salah satu mahasiswa dari Program Studi Manajemen UBSI yang ikutan kegiatan ini, juga setuju banget soal pentingnya teladan. “Kami percaya banget, anak-anak itu belajarnya paling cepet dan paling nempel di otak kalau lihat contoh langsung,” ujar Dwi dengan yakin. “Dengan kita nunjukkin sikap yang baik dan jadi figur yang bisa dicontoh, kita berharap bisa nanemin nilai-nilai positif itu ke mereka secara alami, tanpa paksaan.” Jadi, ini bukan cuma soal ngasih materi, tapi lebih ke nunjukkin gimana sih sebetulnya berperilaku yang baik itu.

Kegiatan ini buktiin kalau ngajarin hal-hal penting kayak sopan santun itu nggak harus kaku dan ngebosenin. Dengan sentuhan kreativitas, apalagi dari mahasiswa Kampus Digital Kreatif kayak UBSI Kaliabang, proses belajarnya bisa jadi petualangan seru yang bikin anak-anak semangat. Mereka nggak cuma belajar apa itu sopan santun, tapi juga gimana cara melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini nih yang bikin pembelajaran jadi lebih bermakna dan nempel di ingatan mereka sampai gede nanti.

Mengapa Sopan Santun Itu Fondasi Penting?

Mungkin ada yang nanya, kenapa sih UBSI Kaliabang milih tema sopan santun buat kegiatan pengabdian masyarakat di TPA ini? Alasannya kuat banget lho. Sopan santun itu bukan cuma sekadar formalitas atau aturan yang harus dipatuhi, tapi lebih dalam dari itu. Sopan santun adalah cerminan dari hati dan karakter seseorang. Kalau seseorang punya sopan santun, biasanya dia juga punya empati, menghargai orang lain, dan bisa menempatkan diri dengan baik di berbagai situasi sosial.

Coba deh bayangin masyarakat dimana orang-orangnya nggak punya sopan santun. Pasti bakal banyak gesekan, salah paham, dan nggak nyaman, kan? Nah, sopan santun ini berfungsi kayak pelumas dalam interaksi sosial. Dia bikin hubungan antarindividu jadi lebih harmonis, nyaman, dan penuh penghargaan. Dari cara kita ngomong, cara kita bersikap, sampai cara kita merespon orang lain, semuanya nunjukkin seberapa sopan kita.

Terus, kalau dikaitin sama ajaran Islam, adab itu pilar penting setelah akidah dan ibadah. Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menekankan pentingnya beradab yang baik. Beliau adalah teladan terbaik dalam bersikap sopan santun kepada siapapun, mulai dari keluarga, sahabat, bahkan kepada orang yang memusuhinya sekalipun. Mengajarkan sopan santun ke anak-anak TPA berarti juga menanamkan nilai-nilai luhur ajaran agama mereka, yang selaras dengan ajaran kebaikan universal. Ini kan double manfaat gitu!

Makanya, langkah mahasiswa UBSI ini patut diacungi jempol. Mereka melihat kebutuhan nyata di masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan anak usia dini seperti TPA. Menanamkan nilai ini sejak kecil itu krusial, karena di usia ini otak anak lagi kayak spons, gampang banget nyerap informasi dan kebiasaan baru. Kalau yang diserap itu kebiasaan baik kayak sopan santun, Insya Allah bakal kebawa sampai mereka dewasa nanti.

Detail Kegiatan dan Kreativitas Mahasiswa

Yuk, kita bedah sedikit lagi soal gimana sih mahasiswa UBSI ini ngemas kegiatan edukasi sopan santun biar jadi seru dan nggak ngebosenin. Tadi udah disebutin ada materi interaktif, permainan edukatif, sama simulasi. Nah, mari kita bayangin gimana bentuknya.

Untuk materi interaktif, mungkin mereka nyiapin flashcard warna-warni bergambar situasi sehari-hari. Misalnya, gambar anak lagi minta tolong, gambar anak lagi nyapa guru, atau gambar anak lagi ngasih sesuatu ke orang lain. Terus, mahasiswa nanya ke anak-anak, “Menurut kalian, ini sikapnya udah sopan belum ya? Kalau belum, gimana seharusnya?”. Ini kan bikin anak mikir dan langsung terlibat.

Ada juga kemungkinan mereka pakai boneka tangan atau alat peraga sederhana lainnya. Boneka bisa jadi tokoh yang baik (sopannya) dan tokoh yang kurang baik (kurang sopannya), terus mereka mainin drama singkat di depan anak-anak. Anak-anak disuruh nilai, mana tokoh yang perilakunya patut dicontoh. Cara ini bikin anak-anak fokus dan terhibur, tapi pesannya tetep sampai.

Nah, soal permainan edukatif, contohnya bisa jadi “Tebak Sikap Sopan”. Mahasiswa meragain satu sikap (misal, memotong pembicaraan orang tua) terus anak-anak disuruh angkat kartu merah kalau itu nggak sopan, dan kartu hijau kalau itu sopan. Atau bisa juga game “Rantai Sopan Santun”, dimana satu anak mulai dengan satu kalimat sopan, terus anak berikutnya nyambungin dengan situasi yang lain.

Simulasi situasi nyata ini yang paling mendekati pengalaman sehari-hari. Mahasiswa bisa nyiapin skenario-skenario sederhana. Contoh skenario:
* Simulasi mau masuk rumah orang lain (ketuk pintu, ucap salam).
* Simulasi saat diberi sesuatu (mengucapkan terima kasih dengan tulus).
* Simulasi saat nggak sengaja berbuat salah (mengucapkan maaf).
* Simulasi saat mau bertanya (mengangkat tangan, menggunakan kata “maaf” atau “permisi”).

Dengan memerankan situasi-situasi ini, anak-anak jadi kebayang langsung, oh ternyata begini ya cara bersikap yang sopan. Mereka nggak cuma hafal kata-kata sopan, tapi ngerti kapan dan gimana menggunakannya. Ini bukti kalau pendekatan UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif itu nggak cuma soal teknologi, tapi juga soal kreativitas dalam metode pembelajaran, meskipun topiknya non-digital. Kreativitas mereka terlihat dalam mengemas pesan moral jadi kegiatan yang disukai anak-anak.

Pembelajaran Bermakna Bagi Mahasiswa Juga

Jangan salah, kegiatan pengabdian masyarakat ini nggak cuma ngasih manfaat buat adik-adik TPA aja lho. Buat para mahasiswa UBSI yang terlibat, ini juga jadi ajang belajar yang luar biasa berharga. Tadi udah disebutin, mereka belajar soal kesabaran, keikhlasan, dan pentingnya memberi teladan. Tapi, pasti ada tantangan dan pembelajaran lain yang mereka dapetin di lapangan.

Ngajarin anak-anak kecil itu butuh level kesabaran yang beda. Kadang ada anak yang susah diatur, ada yang nggak mau diem, ada yang nggak fokus. Para mahasiswa ini pasti ngadepin situasi-situasi kayak gini. Nah, gimana cara mereka ngadepinnya dengan tenang dan tetap profesional? Itu latihan kesabaran yang nyata banget. Mereka belajar buat tetap sabar, ngulang materi dengan cara yang beda kalau ada yang nggak paham, dan nggak gampang nyerah.

Ikhlas juga jadi pelajaran penting. Kegiatan ini kan sifatnya pengabdian, mereka nggak dibayar, tapi mereka ngasih waktu, tenaga, dan ide mereka buat ngajarin anak-anak. Melakukannya dengan tulus dan ikhlas, karena pengen anak-anak ini tumbuh jadi pribadi yang baik, itu nilainya besar banget. Mereka belajar bahwa memberi itu nggak selalu soal materi, tapi juga bisa lewat berbagi ilmu, waktu, dan perhatian.

Menjadi teladan juga bukan perkara gampang. Mereka harus menjaga sikap dan perkataan mereka selama kegiatan. Mereka nggak bisa sembarangan ngomong atau bersikap, karena anak-anak lagi ngeliatin. Ini ngelatih mereka buat lebih hati-hati dalam berperilaku, karena mereka sadar ada mata-mata kecil yang mengamati dan meniru. Latihan ini penting banget buat mereka yang nantinya akan jadi calon pendidik, calon pemimpin, atau bahkan orang tua.

Menurut salah satu mahasiswa di akhir kegiatan, pengalaman ini bukan cuma sekadar ngisi waktu luang atau memenuhi tugas kuliah (kalau memang ada unsur tugas). “Ini nggak cuma pengabdian, tapi juga pembelajaran berharga bagi kami,” katanya. “Kami belajar banyak hal yang nggak didapetin di ruang kuliah. Gimana cara berkomunikasi efektif sama anak-anak, gimana mengelola kelompok, gimana tetap semangat meskipun ada kendala. Ini bekal banget buat kami sebagai calon pendidik dan pemimpin masa depan.”

Mereka jadi lebih peka sama kondisi lingkungan sekitar. Mereka sadar bahwa di luar sana masih banyak anak-anak yang butuh perhatian dan edukasi tentang nilai-nilai moral dasar. Pengalaman ini bisa buka mata mereka untuk terus berkontribusi positif buat masyarakat, nggak cuma di bidang digital atau kreatif sesuai jurusan mereka, tapi juga di bidang sosial kemanusiaan. Ini yang bikin mahasiswa UBSI Kaliabang beda, mereka nggak cuma jago digital, tapi juga punya hati yang peduli sama sekitar.

Relevansi dengan “Kampus Digital Kreatif”

Meskipun tema kegiatannya sopan santun yang kayaknya nggak langsung nyambung sama digital, sebetulnya ada benang merahnya lho sama identitas UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif. Kreativitas itu nggak cuma dipakai buat bikin aplikasi atau desain grafis keren. Kreativitas juga bisa dipakai buat ngeformat ulang cara belajar hal-hal dasar kayak sopan santun ini.

Contohnya, para mahasiswa ini menggunakan kreativitas mereka buat merancang metode pengajaran yang menarik dan interaktif. Mungkin mereka bikin presentasi materi pakai visual yang menarik di laptop atau tablet (kalau memungkinkan), pakai video singkat edukasi sopan santun yang mereka bikin sendiri, atau pakai game sederhana di smartphone (tentu dengan pengawasan ya) buat ngetes pemahaman anak-anak. Ini kan bukti kalau mindset digital dan kreatif itu bisa diaplikasikan di mana aja, bahkan buat ngajarin anak-anak di TPA.

Selain itu, sebagai mahasiswa di era digital, mereka juga sadar bahwa tantangan mendidik karakter anak di zaman sekarang itu beda. Anak-anak terpapar banyak informasi dari internet dan media sosial, nggak semuanya positif. Makanya, benteng karakter yang kuat, termasuk sopan santun, itu penting banget ditanamin dari awal. UBSI Kaliabang kayaknya pengen mahasiswanya nggak cuma jago teknologi, tapi juga punya fondasi moral yang kuat dan bisa nyebarin kebaikan itu ke lingkungan sekitar.

Kegiatan ini juga bisa jadi inspirasi buat orang lain, terutama di era digital ini. Gimana caranya kita manfaatin teknologi dan kreativitas buat nyampaiin pesan-pesan moral dan kebaikan dengan cara yang menarik dan efektif, terutama buat generasi muda? UBSI Kaliabang udah nunjukkin salah satu caranya nih lewat kegiatan ini. Mereka buktikan bahwa edukasi karakter itu tetap penting di tengah gempuran teknologi, dan bahkan bisa dikemas dengan sentuhan kreatif yang mengakomodasi cara belajar anak-anak zaman sekarang.

Sebagai Kampus Digital Kreatif, UBSI Kampus Kaliabang terus nunjukkin komitmennya buat nyetak generasi penerus yang komplet. Nggak cuma pinter secara akademik atau jago di bidang digital, tapi juga punya karakter yang kuat, moral yang tinggi, dan spiritual yang mantap. Lewat kegiatan pengabdian masyarakat kayak gini, mereka pengen nilai-nilai luhur itu jadi bagian yang nggak terpisahkan dari pendidikan. Ini investasi jangka panjang buat ngebangun bangsa yang lebih baik.

Kegiatan ini sukses nunjukkin kalau kolaborasi antara perguruan tinggi (dengan sumber daya dan pengetahuan mahasiswanya) dan lembaga pendidikan informal (seperti TPA) bisa menghasilkan dampak positif yang signifikan buat masyarakat, khususnya anak-anak. Mereka nggak cuma ngasih ilmu, tapi juga ngasih contoh dan inspirasi.

Tips Sopan Santun Sederhana untuk Anak:

  • Ucapkan “Tolong” dan “Terima Kasih”: Ini dua kata ajaib yang penting banget diajarkan.
  • Minta Izin: Ajarkan anak untuk selalu minta izin sebelum mengambil atau melakukan sesuatu.
  • Ucapkan Salam: Biasakan mengucapkan salam saat bertemu atau berpisah.
  • Dengarkan Saat Orang Lain Berbicara: Ajarkan untuk tidak memotong pembicaraan.
  • Hormati Orang yang Lebih Tua: Ajarkan cara berbicara dan bersikap yang sopan kepada orang tua, guru, atau siapapun yang lebih tua.

Dengan rutin mengajarkan dan mencontohkan hal-hal sederhana ini, Insya Allah anak-anak kita akan tumbuh jadi pribadi yang berkarakter dan disenangi banyak orang. Apa yang dilakukan mahasiswa UBSI Kaliabang ini adalah langkah nyata untuk mendukung proses tersebut.

Gimana pendapat kalian soal kegiatan pengabdian masyarakat yang kayak gini? Penting banget ya ngajarin sopan santun dari kecil? Yuk, sharing di kolom komentar!

Posting Komentar