Ups, Salah Jurusan? Ini 10 Jurusan Kuliah Bergaji 'Pas-pasan'!

Daftar Isi

jurusan kuliah bergaji pas-pasan

Memilih jurusan kuliah itu kayak memilih jalan hidup. Enggak cuma soal passion atau apa yang kita suka, tapi juga mikirin nanti setelah lulus mau jadi apa dan dapat penghasilan berapa. Jujur saja, realitas dunia kerja itu kadang beda banget sama bayangan kita pas masih di bangku kuliah. Ada yang merasa cocok banget, tapi enggak sedikit juga yang nyesel setengah mati karena gajinya jauh dari harapan.

Survei terbaru dari ZipRecruiter mencoba menggali perasaan para lulusan universitas. Mereka ngobrol sama 1.500 pencari kerja bergelar sarjana dan hasilnya cukup mengejutkan. Banyak banget yang bilang kalo mereka nyesel sama jurusan yang diambil. Kenapa? Ternyata alasan utamanya karena penghasilan setelah lulus itu gak sesuai sama yang mereka bayangin atau butuhkan.

Sinem Buber, ekonom utama di ZipRecruiter, bilang kalo meskipun awalnya banyak mahasiswa yang tertarik dan cinta banget sama bidang studinya, tapi pas dihadapkan sama biaya hidup, cicilan, atau kebutuhan finansial lainnya, mereka mulai mikir ulang. Ternyata passion aja kadang gak cukup buat bayar tagihan. Ini yang bikin penyesalan itu muncul.

Nah, dari survei itu, muncul daftar 10 jurusan yang paling banyak bikin lulusannya nyesel karena prospek gajinya dianggap rendah. Penasaran jurusan apa aja? Yuk, kita bedah satu per satu.

10 Jurusan Kuliah dengan Tingkat Penyesalan Tinggi Soal Gaji

Daftar ini bukan berarti jurusan-jurusan ini gak penting atau gak punya masa depan sama sekali ya. Semua jurusan itu pasti ada gunanya dan memberikan kontribusi buat masyarakat. Tapi, dari sisi potensi penghasilan rata-rata, terutama di awal karier, beberapa jurusan ini memang dianggap punya tantangan lebih besar dibandingkan jurusan lain yang lebih “basah”. Angka persentase di bawah ini menunjukkan kalo segitu banyak responden dari jurusan tersebut yang merasa menyesal.

1. Jurnalisme (87 persen)

Wow, angka penyesalannya tinggi banget, mencapai 87%! Kenapa ya? Profesi jurnalisme itu sangat penting buat demokrasi dan informasi publik. Lulusan jurnalisme dibekali kemampuan menulis, riset, wawancara, dan analisis berita yang kuat. Mereka bisa bekerja di media cetak, online, televisi, atau radio.

Namun, realitanya, industri media, terutama yang tradisional, sedang menghadapi tantangan besar. Digitalisasi mengubah model bisnis, pendapatan iklan menurun, dan banyak perusahaan media melakukan efisiensi. Ini berdampak langsung ke gaji, terutama untuk jurnalis pemula. Pekerjaan ini seringkali menuntut jam kerja yang panjang, tekanan tinggi, dan mobilitas, tapi kompensasinya kadang gak sebanding. Lulusan jurnalisme yang ingin gaji lebih tinggi seringkali beralih ke bidang Public Relations, content writing untuk perusahaan, atau marketing komunikasi yang gajinya cenderung lebih stabil dan tinggi.

2. Sosiologi (72 persen)

Sosiologi mempelajari masyarakat, interaksi antarmanusia, budaya, dan struktur sosial. Lulusannya punya kemampuan analisis yang mendalam tentang isu-isu sosial, riset, dan pemikiran kritis. Jurusan ini sangat relevan untuk memahami dinamika sosial di sekitar kita.

Typical karier lulusan sosiologi meliputi peneliti sosial, pekerja sosial (meskipun ini kadang butuh gelar spesifik lain), analis kebijakan, atau bekerja di lembaga non-profit. Sayangnya, banyak posisi di bidang riset sosial atau non-profit seringkali menawarkan gaji yang lebih rendah dibandingkan sektor korporat. Untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi, lulusan sosiologi mungkin perlu mengambil pendidikan lanjutan (S2/S3) untuk menjadi akademisi atau peneliti senior, atau mengembangkan skill tambahan di bidang data analisis, riset pasar, atau Human Resources (HR) yang bisa diterapkan di dunia bisnis.

3. Seni (72 persen)

Seni adalah bidang yang luas, mencakup seni rupa, musik, tari, teater, dan lain-lain. Ini adalah jurusan yang sangat mengedepankan kreativitas, ekspresi diri, dan bakat. Tentu sangat menyenangkan bagi mereka yang punya passion kuat di bidang ini.

Namun, mengandalkan penghasilan murni dari “berkarya” di bidang seni murni bisa sangat menantang, terutama di awal karier. Persaingan ketat, butuh waktu lama untuk membangun reputasi, dan pendapatan bisa sangat fluktuatif. Lulusan seni yang ingin penghasilan lebih stabil seringkali beralih ke bidang seni terapan seperti desain grafis, ilustrasi komersial, animasi, kurator, pengajar seni, atau menggabungkan kemampuan seninya dengan skill bisnis untuk mengelola galeri atau studio. Potensi gaji di bidang seni terapan atau komersial ini biasanya lebih menjanjikan daripada seni murni.

4. Komunikasi (64 persen)

Jurusan komunikasi itu sangat populer dan serbaguna. Lulusannya belajar tentang komunikasi interpersonal, massa, organisasi, dan digital. Mereka dibekali kemampuan public speaking, negosiasi, penulisan efektif, dan pemahaman media.

Prospek karier lulusan komunikasi sangat luas: PR, marketing, periklanan, penyiar, content creator, spesialis media sosial, dan banyak lagi. Dengan cakupan yang sangat lebar, variasi gajinya juga sangat besar. Gaji awal di beberapa posisi mungkin tidak terlalu tinggi, terutama di lembaga kecil atau entry-level. Namun, dengan pengalaman dan spesialisasi di bidang-bidang yang sedang hype seperti digital marketing, social media strategy, atau corporate communication di perusahaan besar, potensi gajinya bisa melesat. Mungkin penyesalan ini muncul karena banyak yang hanya membayangkan bekerja di bidang komunikasi secara umum, tanpa spesialisasi yang bisa mendongkrak nilai tawar.

5. Pendidikan (61 persen)

Jurusan pendidikan mencetak para calon guru dan tenaga pendidik lainnya. Ini adalah profesi yang sangat mulia dan krusial untuk masa depan bangsa. Lulusan pendidikan dibekali ilmu pedagogi, manajemen kelas, dan materi ajar sesuai bidang studi yang diambil.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, gaji guru, terutama guru honorer atau di sekolah negeri dengan status awal, memang seringkali dianggap belum memadai jika dibandingkan dengan beban kerja dan tanggung jawabnya. Proses sertifikasi atau kenaikan pangkat bisa butuh waktu. Namun, potensi gaji bisa lebih tinggi jika mengajar di sekolah internasional atau swasta bonafit, menjadi tutor privat, membuka kursus sendiri, atau beralih ke bidang pendidikan non-formal, edutech, atau training di perusahaan. Penyesalan ini mungkin lebih terkait dengan sistem penggajian guru secara umum, bukan berarti profesinya tidak berharga.

6. Manajemen Marketing dan Riset (60 persen)

Jurusan ini fokus pada bagaimana memasarkan produk atau jasa, memahami perilaku konsumen, dan melakukan riset pasar. Lulusannya dibekali kemampuan strategi pemasaran, analisis data penjualan, branding, dan periklanan.

Bidang marketing ini sangat dinamis dan penting bagi bisnis. Lulusan bisa bekerja sebagai marketing executive, market researcher, brand manager, digital marketer, dll. Gaji awal di posisi entry-level mungkin tidak fantastis. Namun, sama seperti komunikasi, potensi pertumbuhan gaji di bidang marketing sangat tinggi, terutama jika punya spesialisasi di area digital marketing, SEO/SEM, data analytics for marketing, atau berhasil memegang brand-brand besar. Penyesalan mungkin datang dari ekspektasi awal yang terlalu tinggi atau kurangnya pemahaman bahwa gaji di bidang ini sangat dipengaruhi oleh performa, industri, dan skala perusahaan.

7. Pendamping Medis (Medical Assistant) (56 persen)

Jurusan ini, atau program pelatihan untuk profesi ini, biasanya melatih individu untuk membantu dokter atau profesional kesehatan lain dalam tugas klinis dan administrasi di fasilitas kesehatan seperti klinik atau rumah sakit. Tugasnya bisa mencakup mengambil tanda vital, mempersiapkan pasien, mencatat riwayat kesehatan, atau mengurus administrasi.

Profesi pendamping medis sangat penting dalam sistem kesehatan, namun level pendidikannya biasanya setara diploma atau associate degree, yang berbeda dengan perawat (Ners) atau dokter. Oleh karena itu, gaji rata-rata profesi ini cenderung lebih rendah dibandingkan perawat atau tenaga medis lain yang memerlukan pendidikan sarjana atau lebih tinggi. Penyesalan bisa muncul jika lulusan membandingkan penghasilan mereka dengan profesi kesehatan lain yang kualifikasinya lebih tinggi, padahal peran dan tanggung jawabnya pun berbeda.

8. Ilmu Politik dan Pemerintahan (56 persen)

Jurusan ini mempelajari sistem pemerintahan, politik domestik dan internasional, teori politik, serta kebijakan publik. Lulusannya dibekali kemampuan analisis politik, riset, penulisan, dan pemahaman mendalam tentang proses pemerintahan.

Prospek karier lulusan ilmu politik antara lain bekerja di lembaga pemerintahan, partai politik, DPR/DPRD, kedutaan, lembaga think tank, lembaga survei politik, atau jurnalis politik. Banyak posisi awal di sektor publik atau lembaga non-profit gajinya memang tidak setinggi di sektor swasta tertentu. Untuk meningkatkan potensi penghasilan, lulusan bisa melanjutkan ke jenjang S2/S3, masuk ke sekolah hukum, atau bekerja di organisasi internasional. Penyesalan mungkin timbul karena idealisme politik seringkali tidak sejalan dengan realitas penghasilan di lapangan.

9. Biologi (52 persen)

Jurusan biologi mempelajari seluk-beluk makhluk hidup, dari level molekuler hingga ekosistem. Ini adalah fondasi penting untuk banyak ilmu terapan seperti kedokteran, pertanian, dan bioteknologi. Lulusannya dibekali kemampuan riset laboratorium, analisis data biologis, dan pemahaman proses kehidupan.

Karier lulusan biologi seringkali meliputi asisten peneliti, analis laboratorium, quality control di industri pangan atau farmasi, pengajar, atau bekerja di lembaga lingkungan hidup. Banyak posisi riset murni membutuhkan pendidikan lanjutan (S2/S3) untuk bisa mencapai posisi senior dengan gaji tinggi. Gaji awal di posisi entry-level laboratorium atau asisten peneliti mungkin tidak terlalu tinggi. Potensi penghasilan bisa meningkat jika spesialisasi ke bidang yang sedang berkembang seperti bioteknologi, bioinformatika, atau masuk ke industri farmasi/kesehatan di bagian sales atau aplikasi produk.

10. Sastra Inggris (52 persen)

Jurusan sastra Inggris mendalami karya sastra, linguistik, dan budaya berbahasa Inggris. Lulusannya punya kemampuan analisis teks yang tajam, pemikiran kritis, dan terutama, kemampuan menulis dan berbahasa Inggris yang unggul.

Kemampuan berbahasa Inggris yang baik adalah skill yang sangat dicari di banyak bidang. Namun, bekerja murni di bidang sastra (akademisi, kritikus sastra) seringkali membutuhkan pendidikan lanjutan dan jalurnya tidak selalu mudah. Lulusan sastra Inggris yang ingin penghasilan lebih tinggi seringkali memanfaatkan kemampuan bahasanya untuk bekerja sebagai penerjemah/interpreter, editor/proofreader (terutama untuk publikasi internasional), penulis konten berbahasa Inggris, guru bahasa Inggris (baik di institusi formal maupun kursus privat/online), atau masuk ke bidang komunikasi/marketing di perusahaan multinasional. Penyesalan mungkin muncul jika hanya terpaku pada karier “sastrawan” atau “pengajar sastra” yang gajinya mungkin tidak terlalu tinggi di awal.

Kenapa Gaji Awal Kadang Rendah dan Bagaimana Menyiasatinya?

Jadi, melihat daftar di atas, bukan berarti kamu yang kuliah di jurusan-jurusan itu harus langsung down atau merasa sia-sia ya. Ingat, daftar itu berdasarkan tingkat penyesalan yang salah satu alasannya adalah gaji, tapi bukan satu-satunya faktor penentu kebahagiaan atau kesuksesan lho.

Ada beberapa alasan kenapa gaji di beberapa bidang itu terkesan “pas-pasan”, terutama di awal karier:

  1. Sektor Industri: Beberapa sektor seperti non-profit, pendidikan, atau pemerintahan memang punya struktur gaji yang berbeda dengan sektor swasta yang berorientasi profit.
  2. Kebutuhan Pendidikan Lanjutan: Banyak jurusan yang “gaji tinggi” baru bisa dicapai dengan pendidikan lanjutan (S2/S3, profesional degree seperti dokter, lawyer, arsitek berizin) atau sertifikasi khusus. Lulusan S1 mungkin baru menapaki tangga awal.
  3. Keahlian Spesifik vs. Umum: Jurusan yang memberikan keahlian sangat spesifik dan langsung bisa diterapkan di industri dengan permintaan tinggi (misal: coding, data science, teknik tertentu) cenderung punya gaji awal lebih tinggi. Jurusan yang lebih “umum” atau “teoritis” mungkin butuh waktu atau skill tambahan untuk menemukan ceruk pasar yang bergaji tinggi.
  4. Saturasi Pasar: Untuk beberapa jurusan populer, jumlah lulusan mungkin lebih banyak dari ketersediaan lapangan kerja yang relevan, sehingga menurunkan daya tawar gaji.
  5. Lokasi: Standar gaji sangat bervariasi tergantung kota atau negara tempat kamu bekerja.

Terus, gimana dong kalau kamu sudah terlanjur kuliah atau malah baru mau masuk ke salah satu jurusan di daftar itu? Jangan khawatir! Ada banyak cara untuk meningkatkan potensi penghasilan kamu:

  • Asah Skill Tambahan: Jangan cuma andalkan mata kuliah. Ikut kursus online, workshop, atau sertifikasi di bidang yang relevan atau melengkapi jurusanmu. Misalnya, lulusan sosiologi belajar data analysis, lulusan sastra Inggris belajar SEO writing atau copywriting, lulusan seni belajar UI/UX design, dll.
  • Cari Pengalaman Kerja: Manfaatkan waktu kuliah untuk magang atau kerja part-time di bidang yang gak hanya sesuai jurusan, tapi juga punya potensi gaji bagus. Ini bisa membuka pintu ke pekerjaan tetap dengan gaji lebih baik setelah lulus.
  • Bangun Jaringan (Networking): Kenal banyak orang di bidang yang kamu minati, dosen, alumni, atau profesional. Networking bisa membuka informasi lowongan kerja yang bagus atau peluang karier baru.
  • Jangan Takut Berpindah Bidang: Ilmu yang kamu dapat di kuliah adalah fondasi, tapi gak berarti kamu harus kerja persis di situ seumur hidup. Banyak orang sukses bekerja di bidang yang berbeda jauh dari jurusan awalnya. Yang penting bisa “menjual” skill yang relevan.
  • Pertimbangkan Pendidikan Lanjutan: Jika memang gaji yang lebih tinggi di bidangmu membutuhkan S2 atau sertifikasi profesi, jadikan itu target jangka panjang.

Mempertimbangkan Pilihan dengan Lebih Matang

Daftar ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi lebih sebagai pengingat bahwa saat memilih jurusan, ada baiknya kita juga realistis memikirkan prospek karier dan potensi penghasilannya. Passion itu penting banget supaya kita enjoy menjalani kuliah dan kerja. Tapi, kenyamanan finansial juga penting untuk kehidupan jangka panjang.

Diagram di bawah ini bisa jadi ilustrasi sederhana bagaimana faktor-faktor ini saling terkait saat memilih jurusan:

```mermaid
graph TD
A[Minat / Passion] → C{Pilih Jurusan?}
B[Prospek Karir & Gaji] → C

C --> D{Realita Dunia Kerja}
D --> E{Kepuasan Karir}
D --> F{Penyesalan?}

F --> G[Evaluasi & Penyesuaian]

%% Style to make it look okay
classDef important fill:#f9f,stroke:#333,stroke-width:2px;
class A,B,C,D,E,F,G important;

```
Diagram ini menunjukkan alur sederhana bagaimana minat dan prospek karier bisa mempengaruhi pilihan jurusan, yang kemudian berhadapan dengan realita dunia kerja dan bisa berujung pada kepuasan atau penyesalan, yang mendorong evaluasi ulang.

Selain diagram, menonton video atau membaca artikel tentang pengalaman para profesional di berbagai bidang juga bisa sangat membantu. Cari video yang mengupas tuntas soal career path dan salary range untuk jurusan-jurusan yang kamu minati. Misalnya, kamu bisa cari video dengan judul seperti:

[Contoh Video: Prospek Karier dan Gaji Lulusan Jurnalisme di Era Digital]
(Gantilah ini dengan link video YouTube yang relevan jika ada, atau biarkan sebagai placeholder ide)

Intinya, riset yang mendalam itu kunci. Jangan cuma lihat kurikulum atau cerita indah dari senior. Cari tahu juga tantangan di dunia kerja, berapa kisaran gaji di level entry-level dan untuk profesional berpengalaman, serta skill apa aja yang paling dicari oleh perusahaan.

Akhir Kata

Memilih jurusan kuliah memang bukan perkara mudah. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Daftar jurusan dengan potensi gaji rendah versi survei ZipRecruiter ini bisa jadi salah satu bahan renungan, tapi jangan dijadikan satu-satunya penentu ya. Setiap jurusan punya nilai dan kontribusinya masing-masing. Yang paling penting adalah bagaimana kamu bisa memaksimalkan potensi diri, terus belajar skill baru, dan adaptif menghadapi perubahan di dunia kerja, apapun jurusanmu!

Nah, kalau kamu sendiri, ada gak jurusan kuliah yang bikin nyesel? Atau ada pengalaman menarik soal prospek gaji di jurusanmu? Yuk, share cerita atau pendapatmu di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar