Wanda Hamidah & Ratna Galih Ikut Aksi Global March to Gaza: Apa Itu?

Daftar Isi

Beberapa selebriti Tanah Air, seperti Wanda Hamidah dan Ratna Galih, belakangan ini menarik perhatian publik karena keikutsertaan mereka dalam sebuah gerakan solidaritas internasional. Mereka bukan sekadar jalan-jalan biasa, melainkan bergabung dengan ribuan orang dari penjuru dunia dalam aksi yang dikenal sebagai Global March to Gaza. Aksi ini digalang sebagai bentuk kepedulian mendalam terhadap situasi kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina. Mereka rela meninggalkan kenyamanan rumah dan keluarga demi menyuarakan keadilan di panggung global. Keberangkatan para pesohor ini menandakan bahwa isu kemanusiaan di Gaza telah menyentuh hati banyak kalangan, tanpa terkecuali.

Wanda Hamidah Ratna Galih Global March to Gaza

Mereka melakukan perjalanan jauh untuk ikut serta dalam aksi damai ini. Jarak yang ditempuh pun tidak main-main, sekitar 50 kilometer, yang dimulai dari Kairo, Mesir, dan akan berakhir di Gerbang Rafah. Gerbang Rafah sendiri merupakan pintu perbatasan penting yang menjadi akses utama masuk dan keluar dari Jalur Gaza. Rute ini dipilih secara simbolis untuk menyoroti blokade yang membatasi masuknya bantuan kemanusiaan dan pergerakan orang ke wilayah tersebut.

Puncak dari aksi long march ini rencananya akan digelar pada 15 Juni 2025. Saat itu, diharapkan ribuan peserta dari lebih dari 50 negara akan berkumpul di dekat perbatasan Rafah. Tujuan utama mereka adalah mendesak semua pihak yang berwenang, terutama para pemimpin dunia, agar segera membuka akses penuh untuk misi kemanusiaan. Situasi di Gaza yang semakin memprihatinkan akibat konflik dan blokade memang memerlukan perhatian dan tindakan segera dari komunitas internasional.

Zaskia Adya Mecca, salah satu selebriti Indonesia yang juga ikut dalam rombongan ini, sempat berbagi kabar melalui Instagram Stories miliknya. Ia menyebutkan bahwa kondisi di lapangan terasa cukup menegangkan. Meskipun demikian, ia bersyukur bahwa rombongan mereka dalam keadaan aman. Zaskia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan dan doa yang diberikan oleh banyak orang di Tanah Air. Menurutnya, dukungan tersebut memberikan energi positif yang sangat dibutuhkan untuk terus bergerak, mencari cara, dan menjaga semangat di tengah tantangan yang dihadapi selama aksi.

Wanda Hamidah juga menyampaikan secara langsung alasan kuat di balik keputusannya untuk bergabung dalam Global March to Gaza. Melalui sebuah video yang diunggah di Instagram Story, ia mengungkapkan bahwa ini bukanlah keputusan yang mudah. Ia harus meninggalkan anak-anaknya dan kenyamanan rumah demi bisa berpartisipasi dalam aksi ini. Alasan utamanya sangat jelas dan tegas: ia merasa rakyat Gaza membutuhkan keadilan. Bagi Wanda, ini adalah panggilan hati dan tanggung jawab moral untuk berdiri bersama mereka yang tertindas.

Senada dengan Wanda, Ratna Galih pun membagikan ceritanya mengenai proses sebelum akhirnya memutuskan untuk berangkat. Ia mengaku telah melakukan diskusi yang sangat panjang dan mendalam dengan sang suami. Bersama-sama, mereka mempertimbangkan segala kemungkinan risiko yang mungkin terjadi selama perjalanan dan aksi tersebut. Ratna menekankan bahwa meskipun ia adalah seorang perempuan, seorang ibu, dan seorang istri, itu tidak berarti ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk isu kemanusiaan yang besar ini. Keberaniannya untuk melangkah menunjukkan bahwa peran perempuan dalam menyuarakan keadilan sangatlah penting.

Apa Itu Global March to Gaza?

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, sebenarnya apa itu Global March to Gaza? Mengutip dari situs resmi mereka, marchtogaza.net, gerakan ini adalah sebuah inisiatif sipil yang sepenuhnya bersifat independen. Artinya, gerakan ini tidak terikat atau berafiliasi dengan partai politik manapun, ideologi tertentu, maupun agama spesifik. Global March to Gaza hadir murni sebagai representasi suara masyarakat dari berbagai latar belakang, yang bersatu atas dasar nilai-nilai kemanusiaan universal.

Prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan gerakan ini sangatlah kuat dan fundamental. Mereka memperjuangkan keadilan bagi rakyat Gaza, menegakkan martabat manusia yang diyakini harus dimiliki oleh setiap individu, serta mengupayakan terwujudnya perdamaian di wilayah tersebut. Gerakan ini berupaya menarik perhatian global terhadap krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza, yang meliputi kekurangan pasokan makanan, air bersih, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya akibat blokade.

Menurut laporan dari Al Jazeera, ribuan aktivis yang bergabung dalam Global March to Gaza berasal dari berbagai negara. Aksi long march menuju Jalur Gaza ini dilakukan sebagai upaya simbolis namun kuat untuk menembus blokade ketat yang diterapkan oleh Israel. Selain itu, aksi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dunia terhadap tuduhan genosida yang dilaporkan terjadi di wilayah tersebut. Para peserta percaya bahwa dengan bergerak bersama dalam jumlah besar, mereka dapat memberikan tekanan moral dan politik kepada komunitas internasional untuk bertindak.

Secara keseluruhan, diperkirakan ada sekitar 1.000 orang yang terlibat langsung dalam aksi jalan kaki dan perjalanan menuju perbatasan Rafah ini. Mereka melakukan perjalanan menggunakan sembilan bus yang mengangkut para peserta dari berbagai titik kumpul. Tujuan utama dari mobilisasi massa ini adalah menciptakan tekanan yang signifikan kepada para pemimpin dunia. Mereka ingin para pemimpin tersebut tidak tinggal diam dan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi situasi darurat di Gaza.

Dukungan terhadap aksi ini datang dari berbagai pihak di banyak negara. Di Tunisia, misalnya, sejumlah organisasi besar memberikan dukungan penuh, termasuk Serikat Buruh Umum Tunisia, Asosiasi Pengacara Nasional, Liga Tunisia untuk Hak Asasi Manusia, dan Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial. Para peserta dari Tunisia ini berkoordinasi erat dengan aktivis dan individu lain dari lebih dari 50 negara. Mereka semua memiliki satu tujuan yang sama: berkumpul di Kairo, Mesir, pada 12 Juni 2025, untuk kemudian bersama-sama memulai perjalanan menuju perbatasan Rafah.

Perjalanan Panjang Menuju Perbatasan Rafah

Salah satu rombongan peserta yang cukup menonjol adalah mereka yang berasal dari Tunisia. Rombongan ini menamai diri mereka sebagai Konvoi Sumud, yang artinya “ketabahan” dalam bahasa Arab. Nama ini mencerminkan semangat dan keteguhan hati para peserta dalam menghadapi berbagai rintangan di sepanjang perjalanan. Konvoi Sumud memulai perjalanan mereka dari Tunis dan tiba di Libya pada pagi hari tanggal 17 Juni 2025, setelah menempuh perjalanan darat yang melelahkan selama sehari penuh.

Saat ini, Konvoi Sumud tengah beristirahat sejenak di Libya. Mereka membutuhkan jeda setelah menempuh jarak yang sangat jauh dan masih harus menunggu izin resmi untuk bisa melanjutkan perjalanan melintasi wilayah timur negara tersebut yang berbatasan dengan Mesir. Proses perizinan ini terkadang bisa memakan waktu dan menjadi salah satu tantangan logistik dalam aksi lintas negara seperti ini. Setelah mendapatkan izin yang diperlukan dan menyelesaikan istirahat, rombongan ini akan kembali melanjutkan perjalanan panjang mereka menuju ibu kota Mesir, Kairo.

Ghaya Ben Mbarek, seorang jurnalis independen asal Tunisia yang memutuskan untuk bergabung dalam aksi ini, menceritakan pengalamannya. Ia ikut bergabung tak lama sebelum konvoi melintasi perbatasan menuju Libya. Ghaya menyampaikan bahwa suasana di antara para peserta sangat campur aduk. Banyak peserta di sekitarnya yang dipenuhi semangat keberanian dan pada saat yang sama merasakan kemarahan yang mendalam atas apa yang terjadi di Gaza. Emosi-emosi ini menjadi pendorong utama mereka untuk terus maju meski dihadapkan pada kesulitan.

Ghaya Bek, sang jurnalis, mengungkapkan bahwa sebagai seorang jurnalis, ia merasa memiliki tanggung jawab moral yang besar. Tanggung jawab itu adalah untuk berpihak pada kebenaran sejarah, terutama dalam situasi yang sangat krusial seperti sekarang. Bagi Ghaya, kebenaran sejarah saat ini menuntutnya untuk berusaha semampunya menghentikan dugaan genosida yang sedang berlangsung di Gaza. Selain itu, ia juga merasa terpanggil untuk mencegah lebih banyak kematian yang disebabkan oleh kelaparan dan kekurangan pasokan dasar di wilayah yang terblokade tersebut.

Setelah Konvoi Sumud dari Tunisia ini berhasil bergabung dengan para aktivis lain dari berbagai negara dalam Global March to Gaza di Kairo, rombongan besar ini akan melanjutkan tahapan perjalanan selanjutnya. Rute berikutnya adalah menuju El Arish, sebuah kota di wilayah Semenanjung Sinai, Mesir. El Arish menjadi titik awal untuk bagian yang paling menantang dari aksi ini, yaitu aksi jalan kaki selama tiga hari penuh. Jalan kaki ini akan membawa mereka langsung menuju perbatasan Rafah, yang menjadi tujuan akhir dan simbolis dari seluruh perjuangan mereka.

Mengapa Rafah Begitu Penting?

Perbatasan Rafah bukan sekadar garis di peta. Perbatasan ini adalah jalur kehidupan utama bagi sebagian besar penduduk Gaza yang terjebak di dalam wilayah yang padat penduduknya tersebut. Gaza telah berada di bawah blokade ketat selama bertahun-tahun, yang sangat membatasi masuknya barang dan pergerakan orang. Ketika situasi kemanusiaan memburuk akibat konflik, akses melalui Rafah menjadi krusial untuk penyaluran bantuan medis, makanan, air, serta evakuasi bagi mereka yang membutuhkan perawatan darurat di luar Gaza.

Namun, akses melalui Rafah seringkali dibatasi atau bahkan ditutup sama sekali, terutama selama periode konflik intens. Hal ini memperparah penderitaan penduduk Gaza dan membuat situasi kemanusiaan mencapai titik kritis. Global March to Gaza secara spesifik menargetkan Rafah sebagai tujuan akhir mereka karena ingin secara fisik dan simbolis menunjukkan betapa pentingnya membuka akses ini tanpa syarat. Mereka ingin mata dunia tertuju pada gerbang perbatasan ini dan menekan pihak-pihak yang berkuasa untuk memastikan bantuan bisa masuk dengan lancar dan aman.

Aksi jalan kaki sejauh 50 kilometer dari Kairo menuju Rafah adalah bentuk pernyataan yang kuat. Ini bukan hanya tentang menempuh jarak fisik, tetapi juga tentang menunjukkan keteguhan niat dan solidaritas yang tak tergoyahkan. Ribuan orang dari berbagai benua rela melakukan perjalanan jauh, menghadapi risiko, dan menanggung ketidaknyamanan demi bisa berdiri bersama rakyat Gaza. Pesan yang ingin mereka sampaikan sangat jelas: Global March to Gaza adalah seruan kemanusiaan yang tidak bisa diabaikan.

Partisipasi selebriti seperti Wanda Hamidah dan Ratna Galih memberikan dimensi tambahan pada gerakan ini. Sebagai figur publik, kehadiran mereka membantu menarik perhatian media dan masyarakat luas. Mereka menggunakan platform yang mereka miliki untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi di Gaza dan mendorong orang lain untuk peduli serta mendukung aksi kemanusiaan. Keberanian mereka untuk ikut serta secara langsung dalam aksi yang berisiko ini patut diapresiasi.

Tentu saja, aksi semacam ini tidak lepas dari tantangan dan risiko. Perjalanan darat yang panjang, kondisi cuaca yang mungkin ekstrem di wilayah gurun, serta ketidakpastian situasi politik di perbatasan adalah beberapa di antaranya. Namun, seperti yang diungkapkan oleh para peserta, semangat keberanian dan rasa tanggung jawab moral tampaknya lebih besar dari rasa takut. Mereka sadar bahwa perjuangan untuk keadilan seringkali memerlukan pengorbanan dan upaya keras.

Gerakan Global March to Gaza ini adalah contoh nyata bagaimana masyarakat sipil di seluruh dunia dapat bersatu melintasi batas negara, agama, dan ideologi untuk tujuan kemanusiaan. Ini adalah bukti bahwa solidaritas internasional masih hidup dan kuat. Meskipun dampaknya mungkin tidak langsung terlihat, aksi-aksi seperti ini berkontribusi pada upaya menjaga isu Gaza tetap menjadi perhatian global dan terus menekan para pengambil keputusan untuk mencari solusi yang adil dan damai.

Melalui aksi ini, para peserta berharap dapat mengingatkan dunia bahwa krisis di Gaza bukanlah masalah politik semata, tetapi krisis kemanusiaan yang mendesak. Mereka menyerukan agar blokade diakhiri, bantuan kemanusiaan dapat masuk tanpa hambatan, dan hak-hak dasar rakyat Palestina dapat dipenuhi. Global March to Gaza adalah langkah konkret untuk mewujudkan harapan tersebut, selangkah demi selangkah, menuju perbatasan Rafah yang menjadi simbol harapan dan tantangan.

Apa pendapat Anda tentang aksi Global March to Gaza dan partisipasi selebriti Indonesia di dalamnya? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar