Intip Isi Buku 'Mereka yang Pertama' Karya Reza Rahadian: Ada Apa di Baliknya?
Aktor kenamaan Reza Rahadian membuat gebrakan baru di luar dunia akting. Ia baru saja meluncurkan sebuah buku berjudul Mereka yang Pertama. Buku ini bukan sekadar kumpulan cerita biasa, melainkan sebuah dokumentasi emosional tentang orang-orang yang punya peran besar dalam perjalanan awal Reza di industri hiburan Tanah Air. Ia menyebutnya sebagai bentuk terima kasih dan pengingat akan akar-akarnya.
Buku ini lahir dari proses perenungan Reza atas perjalanannya yang sudah membentang selama dua dekade. Ia merasa penting untuk kembali mengingat siapa saja sosok-sosok yang pertama kali membuka jalan baginya. Mengingat mereka berarti juga mengenang kembali momen-momen penting, tantangan, dan pelajaran yang didapat di masa-masa awal karier.
Dalam buku ini, Reza secara khusus menuliskan pengalamannya bersama beberapa individu kunci. Ada sosok ibunya, yang tentu saja menjadi pilar utama dalam hidupnya. Kemudian ada juga sutradara pertamanya, yang memberinya kesempatan debut. Tak lupa, ia juga mengenang mendiang pendiri majalah Aneka Yess!, media yang turut berperan memperkenalkan wajahnya ke publik.
“Jadi saya mengingat-ingat kembali, siapa saja individu-individu ini,” jelas Reza saat konferensi pers. “Dan untuk bisa mengingat, saya harus merenungkan kembali, ‘Oh ya perjalanan hidup dulu pernah apa ya? Pernah ketemu siapa ya.’” Proses kontemplasi ini menjadi inti dari penulisan Mereka yang Pertama.
Lebih dari Sekadar Buku, Sebuah Refleksi dan Ekspresi¶
Bagi Reza, menulis buku ini bukan hanya soal berbagi cerita. Ini adalah bentuk ekspresi diri yang baru baginya, sekaligus sarana refleksi yang mendalam. Selama ini, ia banyak berekspresi melalui akting di depan kamera. Namun, ia menyadari bahwa perjalanan kreatifnya juga bisa diabadikan dan dibagikan melalui medium tulisan.
“Menulis juga adalah bentuk ekspresi,” ujarnya. “Jadi saya bersyukur bahwa saya bisa memulai karya ini.” Ia berharap bukunya bisa menjadi inspirasi, tidak hanya bagi dirinya sendiri untuk terus berkarya, tetapi juga bagi rekan-rekan seprofesi lainnya. Mungkin saja ada aktor atau seniman lain yang juga terdorong untuk mendokumentasikan perjalanan mereka.
Proses penulisan buku setebal 178 halaman ini ternyata berjalan lancar bagi Reza. Ia mengaku tidak menemukan kesulitan berarti, bahkan hanya membutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan saja untuk menyelesaikannya. Rahasianya? Reza ternyata punya kebiasaan menulis jurnal pribadi sejak tahun 2004.
Kebiasaan menulis jurnal ini sangat membantunya dalam mengingat detail-detail penting dari masa lalu. “Saya tuh baca beberapa jurnal kayak, ‘Oh tanggal ini,’” cerita Reza. “‘Ternyata di jurnal saya tuh tertulis, misalnya 15 April 2005. Itu kan tanggal pertama kali saya ada di sebuah gedung, oh iya ada catatannya.’ Itu membuat saya kayaknya, saya harus menulis deh sesuatu.” Jurnal pribadinya menjadi harta karun yang membantunya menelusuri kembali jejak-jejak awal kariernya.
Peran ‘Mereka yang Pertama’ dalam Membentuk Karakter¶
Siapa saja sih sosok-sosok ‘Mereka yang Pertama’ itu sebenarnya? Selain yang sudah disebut seperti ibu, sutradara pertama, dan pendiri majalah, bisa jadi ada banyak individu lain yang tak kalah penting. Mungkin ada guru akting, senior di industri, teman seperjuangan di awal karier, atau bahkan kru film yang memberinya semangat saat ia merasa ragu. Setiap pertemuan di awal perjalanan profesional punya potensi untuk meninggalkan jejak.
Pentingnya sosok-sosok ini terletak pada bagaimana mereka membentuk fondasi bagi karier Reza Rahadian. Mereka bukan hanya memberikan kesempatan, tapi mungkin juga memberikan arahan, nasihat, dukungan emosional, atau bahkan kritikan yang membangun. Ibarat sebuah bangunan, fondasi yang kuat adalah kunci keberlangsungan di masa depan. Orang-orang inilah yang membantu meletakkan fondasi itu.
Merenungkan kembali kontribusi mereka adalah cara untuk menghargai proses dan orang-orang di baliknya. Dalam industri yang kompetitif, mudah sekali melupakan dari mana kita berasal dan siapa saja yang mengulurkan tangan di awal. Buku Reza ini menjadi pengingat bahwa kesuksesan seringkali bukanlah pencapaian individu semata, melainkan hasil dari kolaborasi dan dukungan dari banyak pihak.
Pesan yang tersirat dari Mereka yang Pertama bisa jadi sangat kuat: jangan pernah lupakan orang-orang yang percaya padamu saat kamu masih merangkak. Mereka adalah saksi bisu perjuanganmu, dan seringkali, merekalah yang melihat potensi dalam dirimu bahkan sebelum kamu sendiri menyadarinya. Ini adalah pelajaran berharga, tidak hanya untuk seniman, tetapi untuk siapa saja yang sedang merintis sesuatu.
Proses Kreatif dan Manfaat Menulis Jurnal¶
Kebiasaan Reza menulis jurnal sejak 2004 adalah sesuatu yang menarik. Ini menunjukkan pentingnya pendokumentasian, sekecil apapun itu. Sebuah catatan tanggal, nama tempat, atau perasaan saat itu, bisa menjadi pemicu ingatan yang kuat di kemudian hari. Bagi seorang aktor yang “menjual” emosi dan pengalaman, memiliki catatan personal seperti jurnal bisa menjadi sumber inspirasi dan bahan refleksi yang tak ternilai.
Menulis jurnal secara teratur juga dapat membantu mengolah pikiran dan perasaan. Mungkin saja di dalam jurnalnya, Reza tidak hanya mencatat kejadian, tetapi juga merefleksikan tantangan, kegagalan, dan keberhasilan yang ia alami. Proses menulis itu sendiri bisa menjadi terapi. Ketika ide untuk menulis buku ini muncul, jurnal-jurnal tersebut ibarat database yang siap diolah menjadi narasi yang utuh.
Tanpa jurnal-jurnal itu, proses mengingat kembali detail-detail awal karier mungkin akan jauh lebih sulit. Ia harus bergantung sepenuhnya pada memori, yang kadang bisa buram atau tidak akurat seiring waktu. Dengan adanya catatan tertulis, ia bisa merekonstruksi kembali momen-momen penting dengan lebih presisi dan emosi yang terekam saat kejadian itu berlangsung. Ini menunjukkan betapa bergunanya kebiasaan sederhana seperti menulis jurnal.
Target Penjualan dan Ketersediaan Buku¶
Meskipun Mereka yang Pertama adalah karya pertama Reza dalam bentuk buku, ia mengaku tidak memasang target muluk-muluk terkait penjualan. Filosofinya sederhana: ia hanya berharap bukunya bisa diterima dengan baik oleh para pembaca. Baginya, respons positif dari pembaca jauh lebih penting daripada angka penjualan yang fantastis.
“Jujur saya gak punya tolak ukur buku sekarang yang dibilang bestseller tuh, minimal berapa gitu,” kata Reza merendah. Ia menyebut angka 3.000 eksemplar yang merupakan jumlah cetakan pertama buku tersebut. “Nah, 3.000 itu kalau ga salah cetakan pertama. Jadi mungkin kita lihat nanti gimana, kalau ini misalnya cepat lakunya ya alhamdulillah ada cetakan kedua,” tambahnya penuh harap.
Sikap ini mencerminkan kerendahan hati Reza sebagai pendatang baru di dunia literasi. Ia tidak membebani dirinya dengan tekanan komersial yang besar, melainkan fokus pada nilai emosional dan pesan yang ingin ia sampaikan melalui bukunya. Tentu saja, jika buku ini laris manis, itu akan menjadi bonus dan validasi atas kerja kerasnya dalam menulis.
Untuk saat ini, Reza juga menginformasikan bahwa bukunya hanya tersedia dalam format fisik. Belum ada rencana untuk merilis Mereka yang Pertama dalam versi digital seperti Kindle atau e-book lainnya. Ini mungkin menambah kesan personal dan klasik dari buku tersebut, membuat pembaca merasakan sensasi memegang dan membaca langsung kisah-kisah emosional yang dibagikan Reza.
Bagi kalian yang penasaran dan ingin segera memiliki buku Mereka yang Pertama, tandai kalender kalian! Buku ini dijadwalkan sudah bisa dibeli di semua outlet Gramedia di seluruh Indonesia mulai tanggal 7 Mei mendatang. Jadi, siapkan diri kalian untuk menyelami kisah-kisah inspiratif di balik perjalanan karier salah satu aktor terbaik Indonesia ini.
Mengapa Kisah Ini Penting?¶
Kisah di balik Mereka yang Pertama lebih dari sekadar biografi singkat atau kumpulan anekdot. Ini adalah studi kasus tentang bagaimana relasi antarmanusia membentuk takdir seseorang, terutama dalam industri yang kompetitif dan penuh ketidakpastian seperti hiburan. Buku ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, baik yang baru memulai karier maupun yang sudah lama berkecimpung di bidangnya.
Membaca kisah emosional Reza tentang orang-orang yang membukakan jalannya bisa mengingatkan kita akan pentingnya jaringan, mentorship, dan terutama, kepercayaan. Seringkali, satu kesempatan dari orang yang tepat di waktu yang tepat bisa mengubah segalanya. Buku ini merayakan peran “orang-orang pertama” tersebut, yang mungkin sering terlupakan seiring berjalannya waktu.
Selain itu, buku ini juga menyoroti pentingnya refleksi diri. Di tengah kesibukan, jarang sekali kita meluangkan waktu untuk melihat ke belakang dan menghargai setiap langkah yang sudah dilalui serta orang-orang yang membersamai. Kebiasaan Reza menulis jurnal adalah contoh nyata bagaimana merekam perjalanan hidup bisa sangat bermanfaat untuk pertumbuhan personal dan profesional.
Mungkin saja, setelah membaca buku ini, pembaca akan terinspirasi untuk melakukan refleksi serupa dalam hidup mereka. Siapa saja ‘mereka yang pertama’ dalam perjalanan kalian? Siapa yang memberikan kalian kesempatan pertama, nasihat pertama yang berharga, atau dukungan emosional saat kalian membutuhkannya? Mengingat dan menghargai mereka adalah bentuk rasa syukur yang mendalam.
Buku Mereka yang Pertama tampaknya akan menjadi bacaan yang hangat, emosional, dan penuh inspirasi. Ini adalah kesempatan langka untuk melihat sisi lain dari seorang aktor yang sering kita lihat di layar lebar, sisi yang lebih personal dan vulnerabel. Reza Rahadian membuktikan bahwa ia bukan hanya piawai berakting, tetapi juga mampu merangkai kata menjadi sebuah karya tulis yang meaningful.
Apakah kalian tertarik membaca buku ini? Siapa “mereka yang pertama” dalam hidup atau karier kalian yang paling berjasa? Bagikan pendapat dan pengalaman kalian di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar