Ketua Klub Bola Amatir Curhat: 'Nowhere to Run', Kisah Kocak Penuh Drama!
Buku berjudul Nowhere to Run – The Ridiculous Life of A Semi-Professional Football Club Chairman karya Jonathan Sayer ini adalah sebuah mahakarya komedi yang mengangkat tirai di balik layar dunia sepak bola amatir. Diterbitkan oleh Bantam dalam edisi hardback setebal 256 halaman, buku ini dijadwalkan terbit pada Agustus 2023. Meskipun ditulis dalam bahasa Inggris, esensi ceritanya yang universal tentang perjuangan dan tawa sangat mudah dicerna oleh siapa saja yang menyukai drama kehidupan, terutama di ranah olahraga.
Buku ini bukan sekadar cerita biasa tentang sepak bola, melainkan sebuah otobiografi yang kocak dan menyentuh dari sudut pandang seorang ketua klub amatir. Jonathan Sayer, dengan gaya khasnya yang penuh humor, mengajak pembaca menyelami suka duka mengelola klub dengan segala keunikan dan absurditasnya. Dijamin, Anda akan tertawa geli sekaligus terharu melihat bagaimana passion bisa mendorong seseorang menghadapi segudang tantangan yang tak terduga.
Dari Panggung Komedi ke Lapangan Hijau¶
Siapa sangka, Jonathan Sayer yang kita kenal sebagai penulis naskah drama dan skenario komedi peraih penghargaan, terjun ke dunia sepak bola. Ia dikenal luas berkat karya-karyanya seperti The Play That Goes Wrong, yang ia tulis bersama Henry Lewis dan Henry Shields, serta Peter Pan Goes Wrong dan The Comedy About A Bank Robbery. Karya-karyanya ini telah sukses besar, dipentaskan di berbagai lokasi internasional, termasuk West End dan Broadway, membuktikan kepiawaiannya dalam menciptakan humor yang cerdas dan menghibur.
Sebagai salah satu pendiri, penulis, pemain, dan Direktur Kreatif Mischief Comedy, Sayer memiliki reputasi yang solid di dunia hiburan. Namun, di balik keberhasilannya di atas panggung, ia menyimpan sebuah kisah yang jauh dari glamor di lapangan hijau. Pengalamannya bermain sepak bola sangat minim, bahkan cenderung traumatis. Satu-satunya pertandingan kompetitif yang ia lakoni adalah saat masih di bawah 13 tahun bersama AFC Stanley Tigers di akhir 1990-an, itupun berakhir dengan catatan buruk karena langsung diganti setelah berkontribusi pada tiga gol lawan dalam lima menit!
Kejadian memalukan itu rupanya cukup untuk membuat Sayer memutuskan gantung sepatu untuk selamanya. Kisah ini sungguh ironis, mengingat popularitas dan bakatnya dalam menciptakan komedi yang terstruktur. Ini menunjukkan bahwa bahkan seorang jenius komedi pun bisa memiliki titik lemah yang sangat manusiawi, terutama dalam hal performa olahraga. Pengalaman pahit di masa kecil ini justru menjadi salah satu latar belakang menarik yang membuat perjalanannya di dunia sepak bola manajerial semakin lucu dan relatable.
Terjun Bebas ke Liga Tarkam Inggris¶
Setelah pensiun dini dari karir bermain yang nyaris tak pernah dimulai, Jonathan Sayer beralih minat ke kursi manajerial. Bersama ayahnya, ia mengambil alih manajemen Ashton United Football Club, sebuah klub sepak bola yang berbasis di Ashton-under-Lyne, Greater Manchester, Inggris. Klub ini berlaga di Divisi Premier League Utara, yang merupakan kasta ketujuh dalam piramida sepak bola Inggris. Bayangkan saja, ini selevel dengan klub “tarkam” (antarkampung) di Indonesia, meskipun tentu saja dengan fasilitas dan organisasi yang jauh lebih baik—lapangan Hurst Cross mereka pasti jauh lebih bagus dari lapangan Persijatim Jatimulyo di Jember!
Keputusan Sayer untuk memimpin klub sepak bola di level ini adalah sebuah lompatan besar dari zona nyamannya di dunia teater. Ini bukan lagi tentang naskah yang terencana atau tawa yang pasti, melainkan tentang realitas keras manajemen olahraga. Begitu ia menduduki kursi ketua, Sayer langsung menyadari betapa besar dan kompleksnya tantangan yang dihadapinya. Mengelola klub sepak bola, bahkan yang selevel amatir sekalipun, ternyata jauh lebih rumit dan penuh intrik dibandingkan yang ia bayangkan sebelumnya.
Klub-klub di Northern Premier League memiliki pesonanya sendiri. Mereka adalah jantung komunitas lokal, di mana gairah terhadap sepak bola begitu murni dan otentik. Para pemain sering kali memiliki pekerjaan sampingan, stadionnya sederhana, dan dana operasional sangat terbatas. Namun, di sanalah letak keindahan sepak bola sejati, jauh dari gemerlap Liga Primer. Sayer harus berjuang mati-matian agar Ashton United tetap bisa bertahan dan tidak tenggelam di tengah persaingan yang ketat dengan sumber daya yang minim.
Drama di Balik Layar Lapangan Hijau¶
Perjalanan Jonathan Sayer sebagai ketua klub Ashton United tak pernah sepi drama. Salah satu tantangan terbesarnya adalah rekor jumlah pertandingan tanpa kemenangan yang membuat harapan perlahan berubah menjadi keputusasaan. Tim yang terus-menerus kalah tentu saja memicu berbagai masalah lain, termasuk protes dari para penggemar setia. Bayangkan saja, Sayer harus menghadapi pemberontakan dari sekelompok pendukung yang sudah berusia lanjut, bahkan ada yang sudah menginjak delapan puluhan tahun! Mereka adalah para veteran yang sudah menyaksikan pasang surut klub selama puluhan tahun, dan mereka tidak segan-segan menyuarakan ketidakpuasan mereka.
Tidak hanya itu, ia juga harus bertempur tanpa henti dengan dewan lokal terkait berbagai perizinan, pemeliharaan fasilitas, atau bahkan penggunaan lapangan. Birokrasi bisa menjadi momok yang lebih menakutkan daripada lawan di lapangan. Lalu, ada lagi kisah jenaka tentang seorang striker bintang yang tiba-tiba datang mengenakan kruk, namun entah bagaimana caranya bisa lolos tes medis! Ini adalah puncak absurditas dalam upaya rekrutmen pemain yang putus asa. Bagaimana bisa seorang pemain andalan datang dengan kondisi seperti itu dan tetap dianggap layak bermain? Hanya di dunia sepak bola amatir kisah-kisah semacam ini bisa terjadi.
Hubungan Sayer dengan sang ayah, yang juga menjabat sebagai ketua bersama, pun ikut memburuk seiring dengan hasil buruk di lapangan. Tekanan mengelola klub, ditambah dengan tensi hubungan keluarga, menciptakan konflik batin yang mendalam. Jonathan Sayer mulai membuat keputusan yang semakin nekat dan ekstrem demi menyelamatkan klub. Ia rela menghabiskan seluruh tabungannya hanya untuk membayar tagihan gaji pemain dan staf yang terus membengkak. Situasi finansial yang kian terjepit memaksa Sayer untuk mengambil langkah-langkah yang mungkin dianggap gila oleh orang normal, namun terasa sangat masuk akal bagi seorang ketua klub yang putus asa.
Ketika Eksorsisme Jadi Solusi¶
Salah satu keputusan paling nyeleneh yang diambil Sayer adalah ketika ia serius mempertimbangkan untuk mendatangkan seorang pendeta lokal. Bukan untuk memberkati tim, melainkan untuk mengangkat ‘Kutukan Boxing Day’ yang diyakini menghantui klub. Caranya? Melakukan pengusiran setan larut malam di lapangan! Boxing Day sendiri adalah tradisi pertandingan sepak bola yang dilaksanakan di Inggris pada saat libur Natal, dan tampaknya bagi Ashton United, hari itu selalu membawa nasib buruk.
Ide eksorsisme ini menunjukkan betapa tertekannya Sayer hingga harus memikirkan solusi di luar nalar. Ini adalah refleksi dari kepercayaan dan takhayul yang sering kali mewarnai dunia olahraga, terutama di level komunitas di mana tradisi dan legenda lokal masih sangat kuat. Bayangkan saja adegan sang ketua klub yang, dalam keputusasaan, menghubungi pemuka agama untuk melakukan ritual di tengah lapangan yang gelap dan dingin. Tentu saja, momen ini menjadi salah satu highlight komedi yang tak terlupakan dalam buku tersebut.
Puncak Keputusasaan: Bersembunyi di Kontainer¶
Di tengah segala tekanan dan keputusasaan, ada satu momen yang menggambarkan titik terendah Jonathan Sayer dengan cara yang paling kocak. Ia memutuskan untuk melakukan hal yang “akan dilakukan orang dewasa yang bijaksana,” yaitu melarikan diri dari masalah. Sayer mengambil kunci cadangan dari kantor sekretaris dan bersembunyi di sebuah unit penyimpanan luar yang dingin. Tujuannya sederhana: menghindari berondongan pertanyaan, keluhan, dan tuntutan yang tak ada habisnya dari siapa pun.
Ia meringkuk di dalam kontainer pengiriman yang dingin itu, di antara tumpukan kompor listrik bekas, tas bola, dan beberapa bungkus kaus kaki yang belum dibuka. Dalam kegelapan dan kesendirian itu, Sayer mulai merenung dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Mungkin ia berharap bisa menemukan pencerahan atau setidaknya ketenangan sejenak. Namun, seperti layaknya dalam komedi, momen ketenangan itu tak bertahan lama. Seseorang tiba-tiba membuka pintu kontainer dan memergokinya sedang duduk meringkuk dalam gelap.
Orang itu tidak banyak bertanya atau menghakimi. Ia hanya mengambil sekaleng Deep Heat dan penyangga lutut tua dari dalam kontainer, lalu menutup kembali pintu, membenamkan Jonathan Sayer kembali dalam kegelapan. “Ini adalah momen yang tak akan pernah kami ceritakan satu sama lain lagi,” kenang Jonathan Sayer. Momen ini adalah puncak dari keputusasaan yang kocak, di mana seorang ketua klub amatir rela melakukan hal paling tidak terduga demi menghindari tanggung jawab. Ini menunjukkan bahwa di balik tawa, ada juga sisi kerapuhan yang sangat manusiawi.
Sebuah Kisah Otentik Sepak Bola Komunitas¶
Tak pelak lagi, Nowhere to Run adalah kisah yang luar biasa lucu sekaligus mengharukan tentang kehidupan di “kursi panas” klub sepak bola amatir. Buku ini berhasil menangkap esensi kegembiraan yang meluap-luap dan kekecewaan pahit dari sisi sepak bola yang kurang glamor, jauh dari sorotan kamera dan gemerlap jutaan dolar. Ini adalah dunia di mana passion dan dedikasi mengalahkan dana, di mana setiap kemenangan terasa monumental dan setiap kekalahan menyisakan luka mendalam.
Buku ini menyoroti bagaimana sepak bola di level akar rumput adalah cerminan langsung dari sebuah komunitas, dengan segala karakter uniknya, permasalahan kecilnya, dan momen-momen kebahagiaan yang tulus. Jonathan Sayer berhasil menciptakan potret yang jujur, menghibur, dan relatable tentang perjuangan para individu yang mendedikasikan hidupnya untuk sebuah klub kecil. Ini adalah bukti bahwa cerita-cerita paling menarik sering kali ditemukan di tempat-tempat yang paling tidak terduga.
Para komedian ternama pun turut melayangkan pujian. Pelawak Inggris Peter Kay menyebutnya kisah yang lucu dan mengharukan, penuh dengan karakter-karakter yang mudah diingat. Senada dengan itu, pelawak Matt Lucas memuji buku ini sebagai karya yang ditulis dengan indah dan menarik. Menurutnya, buku ini lucu, hangat, dan sangat menghibur, namun tak lupa menambahkan sentuhan, “Dan bodoh. Benar-benar bodoh,” yang mungkin mengacu pada tingkah polah absurd yang digambarkan Sayer.
Nowhere to Run adalah bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin melihat sisi lain dari sepak bola—sisi yang lebih manusiawi, lebih jujur, dan sering kali lebih kocak. Buku ini bukan hanya tentang sepak bola, melainkan tentang perjuangan, harapan, dan kadang-kadang, keputusasaan yang bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak. Ini adalah cerminan bahwa dalam kehidupan, bahkan di tengah kekacauan, selalu ada ruang untuk tawa dan pelajaran berharga.
Daftar Isi: Perjalanan Penuh Liku¶
Buku ini dibagi menjadi tiga bagian besar, mencerminkan perjalanan roller coaster Jonathan Sayer sebagai ketua klub:
Author’s Note
The Pre-match
Part One
1. Mind the Gap
2. Under-promise, Over-deliver
3. Meet the Media
4. Going Through Changes
5. Cashton United
6. Not So Friendly
Part Two
7. Kick-off!
8. Don’t Count Your Chickens
9. The Boardroom
10. Green Shoots
11. As Bad as It Gets
12. Rollercoaster Recap
13. The Break-up
14. The Hunt is On
14. Final Throw of the Dice?
Part Three
15. Now or Never
16. Can’t Stop Us Now
17. Stoppage Time
Daftar isi ini sendiri sudah memberikan gambaran singkat tentang naik turunnya kisah Sayer. Dari persiapan awal (Pre-match) hingga momen-momen genting di Stoppage Time, setiap bab menjanjikan potret jujur tentang realitas pahit namun penuh humor di dunia sepak bola amatir. Ini adalah perjalanan yang layak diikuti, karena di dalamnya kita menemukan keberanian, kegilaan, dan tentu saja, banyak sekali tawa.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda tertarik untuk menyelami kisah kocak penuh drama Jonathan Sayer ini? Pernahkah Anda memiliki pengalaman serupa dalam mengelola sebuah tim atau organisasi di mana keputusasaan justru melahirkan momen-momen paling tak terlupakan? Yuk, bagikan cerita Anda di kolom komentar!
Posting Komentar