Penasaran Endingnya? Intip Sinopsis Film "Sore: Istri dari Masa Depan"!

Daftar Isi

Gala perdana film drama romantis yang ditunggu-tunggu, “Sore: Istri dari Masa Depan”, baru aja digelar di Jakarta. Acaranya seru banget nih, seminggu sebelum filmnya resmi tayang pada 10 Juli 2025. Dari gala ini, banyak banget detail menarik yang terungkap soal film yang nyeritain soal penjelajah waktu ini.

Film “Sore: Istri dari Masa Depan” ini bukan cuma nerusin kisah dari web series hits tahun 2017 aja, tapi juga memperluas dunianya jadi lebih luas. Latar tempatnya sekarang ada di Kroasia, beda sama sebelumnya yang di Italia. Terus, ada juga wajah-wajah baru yang main di sini.

Mereka adalah aktor film pendek drama Kroasia yang pernah menang Palme d’Or di Festival Film Internasional Cannes 2024, lho. Siapa lagi kalau bukan Goran Bogdan dan Lara Nekic. Keren banget, kan?

Kedua aktor ini, yang sebelumnya main di film drama pendek berjudul “The Man Who Could Not Remain Silent”, sekarang bakal ngambil alih peran Karlo dan Elsa. Sebelumnya, karakter ini diperanin sama Samuel Oluoko dan Maria Nikolcheva di web series-nya. Jadi, siap-siap lihat interpretasi baru dari mereka!

Di kursi sutradara dan penulis naskah, masih ada nama Yandy Laurens yang sama kayak di web series. Nah, buat peran Jonathan, masih tetep diperanin sama aktor langganan, Dion Wiyoko. Jonathan ini kan karakter sentral di cerita Sore.

Yang beda banget, peran Sore, sang penjelajah waktu, bakal dibawain sama aktris Sheila Dara Aisha. Di versi web series, peran ini sukses dibawain sama aktris Tika Bravani. Pasti penasaran kan, gimana Sheila Dara ngidupin karakter Sore?

Menurut Dion Wiyoko, film “Sore” ini punya porsi cerita baru yang lumayan banyak. Sekitar 60 persen ceritanya itu bagian baru, beda sama di web series yang cuma sekitar 40 persen aja. Ini nunjukkin kalo cerita filmnya bakal lebih luas dan kompleks lho.

Selain itu, karakter Jonathan di film ini juga diceritain udah lebih matang dari segi usia. Ini sejalan sama usia Dion Wiyoko yang juga bertambah. Jadi, pendalaman karakternya pasti beda dan lebih dalam lagi nih dibanding delapan tahun lalu.

Yandy Laurens sendiri bilang, dalam delapan sampai sembilan tahun terakhir, dia banyak belajar hal baru soal cinta setelah membangun keluarga. Pengalaman hidup ini pastinya ngasih perspektif baru dalam nulis cerita “Sore” versi film. Dia banyak merenungkan gimana seseorang bisa ngedorong perubahan positif buat pasangannya.

Dorongan itu dateng murni dari kebaikan tanpa syarat. Tema cinta tanpa syarat yang ngajak orang berubah jadi lebih baik ini jadi benang merah yang kuat banget di film ini. Konsep ini bikin ceritanya makin relate sama kehidupan nyata.

Jalan Cerita “Sore: Istri dari Masa Depan”

Secara garis besar, kisah film “Sore” ini tetep berpusat di karakter Jonathan. Dia adalah seorang fotografer Indonesia yang lagi ngejalanin hidup tanpa semangat di luar negeri. Jonathan ngerasa hidupnya gitu-gitu aja, datar dan nggak ada kejutan berarti.

Kehidupan Jonathan yang monoton ini tiba-tiba berubah drastis. Itu semua terjadi saat Sore, seorang wanita misterius, muncul di depan matanya dan mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Kejadian ini jelas bikin Jonathan kaget setengah mati dan ngerasa ini cuma mimpi.

Sore dateng bawa berita yang cukup mengagetkan dan bikin khawatir. Dia bilang kalau di masa depan, Jonathan akan meninggal di usia muda karena kebiasaan-kebiasaan nggak sehat yang dia jalanin sekarang. Waduh, serem ya denger ramalan kayak gitu dari masa depan.

Penonton bakal diajak nyaksiin gimana Sore berjuang keras ngelintasin waktu demi dateng ke masa kini. Perjuangannya ini bukan tanpa konsekuensi lho. Sore rela ngadepin risiko-risiko demi bisa nyampe dan bawa perubahan buat Jonathan.

Di sisi lain, Jonathan sendiri ternyata juga masih punya banyak aspek hidup yang belum selesai. Ada hal-hal di kesehariannya yang perlu dibenahi. Kehadiran Sore ini jadi momen penting buat Jonathan buat mulai ngeliat hidupnya dari sudut pandang berbeda.

Dengan segala pengetahuan yang dia bawa dari masa depan, Sore berusaha ngebimbing Jonathan buat ngejalanin kehidupan yang lebih sehat dan lebih baik. Tujuannya jelas, biar Jonathan nggak ngalamin nasib buruk kayak di masa depan.

Tapi, intervensi mereka terhadap aliran waktu ini ternyata nggak semulus yang dibayangkan. Tindakan mereka ini memicu konsekuensi tak terduga yang rumit. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang bakal jadi ujian berat buat hubungan Sore dan Jonathan.

Apakah usaha mereka bakal berhasil ngubah takdir? Atau justru konsekuensi dari campur tangan waktu ini malah bikin masalah baru? Ini yang bikin filmnya jadi tambah seru dan bikin penasaran, kan?

Totalitas Produksi dan Pemilihan Lokasi Syuting

Salah satu kekuatan utama yang bener-bener ditonjolin di film “Sore: Istri dari Masa Depan” adalah komitmen sang sutradara, Yandy Laurens, buat syuting langsung di lokasi asli. Nggak tanggung-tanggung, lokasi syutingnya ada di berbagai negara.

Selain di Indonesia, mereka juga syuting di Finlandia dan Kroasia. Bayangin, film Indonesia syuting sampai ke negara-negara jauh di Eropa sana. Ini nunjukkin keseriusan tim produksi buat ngasih visual terbaik buat penonton.

Yandy Laurens punya idealisme yang kuat banget. Dia nggak mau pake teknologi chroma key (layar hijau atau biru) buat nambahin latar belakang digital. Dia juga nggak mau pake generasi gambar berbasis AI. Semuanya harus asli di lokasi!

Ini bukan cuma soal estetik, tapi juga buat ngasih feel yang otentik banget. Contohnya, tim produksi rela ngabisin waktu selama 14 hari di atas kapal pemecah es di Finlandia. Tujuannya cuma satu: buat ngerekam adegan di tengah hamparan es yang luas.

Suhunya di sana bisa mencapai minus 20 derajat Celsius, lho! Dingin banget pasti. Tapi, menurut Yandy, suasana yang didapetin dari lokasi asli dengan suhu ekstrem itu ngasih pengalaman sinematik yang nggak mungkin bisa didapetin dari adegan yang dibikin pake latar belakang digital aja.

Di Kroasia, kota Grožnjan dipilih jadi latar kehidupan Jonathan. Kota ini bener-bener ngebentuk esensi karakternya sebagai seorang fotografer yang lagi struggle. Visual kota kuno dengan suasana Eropa yang kental pasti bakal jadi nilai tambah.

Sementara itu, buat adegan yang berlatar di Indonesia, sebuah rumah di Jakarta Utara dipilih sebagai set khusus. Rumah ini dikonsep sedemikian rupa biar ngasih sentuhan yang akrab dan relate buat penonton lokal. Jadi, meskipun syutingnya di luar negeri, tetep ada ‘Indonesia’-nya.

Beruntung banget Yandy Laurens punya produser kayak Suryana Paramita. Sang produser ini mendukung total pemilihan lokasi syuting yang asli. Dia percaya bahwa lokasi asli itu ngasih kedalaman dan keautentikan yang lebih meyakinkan dalam cerita.

Dedikasi tim produksi buat syuting di lokasi-lokasi sulit dan ekstrem ini patut diacungi jempol. Mereka bener-bener ngasih usaha ekstra buat bikin setiap frame di film ini kelihatan nyata dan berkesan.

Totalitas Para Aktor

Nggak cuma tim produksi, para aktor juga ngasih totalitas yang luar biasa buat film ini. Salah satunya Sheila Dara Aisha, yang meranin Sore. Karena sebagian adegan syutingnya di Kroasia dan ada dialog dalam bahasa sana, Sheila rela ngikutin kursus bahasa Kroasia.

Wah, ini effort yang nggak main-main ya. Belajar bahasa baru demi peran. Selain itu, Sheila juga fokus banget buat nyocokin intonasi, nada, dan karakteristik suaranya. Sutradara punya visi tertentu soal suara Sore, dan Sheila berusaha ngikutin itu.

Ada satu tantangan unik buat Sheila: suara aslinya yang cenderung tinggi dan melengking. Dia bilang suaranya kayak “pengerat kecil” atau “chipmunk”. Sementara itu, karakter Sore digambarkan punya suara yang lebih mendalam dan berwibawa.

Jadi, Sheila harus kerja keras banget buat nyetel suara aslinya jadi lebih dalam sesuai sama karakter. “Namun itulah pengalaman yang berharga,” kata Sheila. Dia ngerasa proses ini bikin dia bertumbuh jadi aktor yang lebih baik.

Nggak cuma soal suara dan bahasa, Sheila juga ngejalanin latihan kebugaran secara khusus. Ini demi ngebentuk fisik Sore sesuai visi sutradara yang ngelihat Sore sebagai karakter yang rajin olahraga. Latihan fisik ini juga nyambung sama esensi cerita Sore yang ngajak Jonathan buat ngejalanin hidup sehat.

Sementara itu, Dion Wiyoko yang kembali meranin Jonathan setelah delapan tahun, ngerasa versi film ini ngasih dia ruang yang lebih luas. Dia bisa ngeksplorasi sisi emosional Jonathan lebih dalam lagi. Karakternya udah beda, udah lebih matang, jadi pendalamannya juga pasti beda.

Salah satu pengalaman menarik buat Dion di film ini adalah ketika hasil jepretannya sebagai fotografer dipamerin secara nyata dalam sebuah adegan pameran. Ternyata, foto-foto lanskap bersalju yang dipamerin di film itu bener-bener karya Dion Wiyoko sendiri!

Yandy Laurens sendiri yang ngaku kalau Dion punya bakat terpendam jadi fotografer. Ada sekitar tiga puluhan foto karya Dion yang dipake di adegan pameran itu. Keren banget ya, aktornya beneran ngasih kontribusi otentik buat film!

Keunikan Musik dalam Film

Musik itu penting banget dalam sebuah film, dan di “Sore: Istri dari Masa Depan”, musik jadi elemen naratif yang nggak terpisahkan. Musisi Adhitia Sofyan, yang karyanya udah lekat banget sama web series “Sore”, kembali nyumbangin karyanya.

Dia nulis dua lagu baru khusus buat versi film ini, judulnya “Forget Jakarta” dan “Gaze”. Keduanya lagu yang catchy dan punya feel yang pas sama suasana film.

Selain Adhitia Sofyan, ada juga kolaborasi menarik sama grup musik Barasuara. Band rock alternatif ini juga nyumbangin dua lagu, yaitu “Pancarona” dan “Terbuang Dalam Waktu”. Kombinasi Adhitia Sofyan yang akustik melankolis sama Barasuara yang lebih dinamis pasti bikin musik filmnya kaya banget.

Lagu-lagu ini ternyata nggak cuma dipake utuh di film. Menurut Gerald, salah satu anggota tim musik, kunci keunikan musik di film ini ada di proses kreatifnya bareng komponis Ovel Obaja. Mereka nggak cuma masukin lagu secara penuh, tapi juga ngambil “serpihan-serpihan” elemen musiknya.

Jadi, elemen orkestra, suara gitar, vokal, atau drum dari lagu-lagu itu dipecah-pecah dan diintegrasiin secara strategis ke dalam adegan. Elemen musik ini jadi komponen vital yang bantu ngasih feel dan ngebangun narasi visualnya.

Buat Yandy Laurens, lagu “Terbuang Dalam Waktu” dari Barasuara punya makna khusus. Dia ngerasa lagu ini secara sempurna merefleksikan esensi perjuangan Sore yang ngarungin waktu. Lirik dan melodinya pas banget sama tema penjelajahan waktu.

Proses penemuan lagu ini juga unik. Yandy cerita, dia lagi nyetir terus iseng muter lagu ini. Begitu dengerin, dia langsung kebayang konsep adegan buat filmnya. Saking kuatnya imajinasi itu, dia langsung nyari tempat parkir buat nyeritain ide adegannya ke produser Suryana Paramita.

Ini nunjukkin gimana musik bisa jadi inspirasi kuat buat sebuah karya visual. Musik nggak cuma jadi latar belakang, tapi juga bisa ngebentuk adegan itu sendiri. Penggunaan musik yang kayak gini pasti bikin filmnya makin berasa dan ngena di hati penonton.

Trailer Resmi “Sore: Istri dari Masa Depan” (Web Series 2017)

Meskipun filmnya baru tayang 2025, biar kebayang vibe dan cerita awalnya, yuk intip trailer dari web series Sore yang tayang tahun 2017 lalu:


*Trailer Web Series "Sore" (2017)*

Musik Pengiring Film

Dan ini salah satu lagu dari Adhitia Sofyan yang mungkin bakal ada feelnya di film, atau setidaknya ngasih gambaran musiknya:


*Adhitia Sofyan - Forget Jakarta*

Dan lagu dari Barasuara yang disebut merefleksikan perjalanan Sore melintasi waktu:


*Barasuara - Terbuang Dalam Waktu*

Dengan perpaduan cerita yang kuat banget, proses produksi yang berani ngambil tantangan syuting di lokasi ekstrem, totalitas akting dari para pemainnya, dan kekuatan musik yang mendalam, film “Sore: Istri dari Masa Depan” ini punya modal lengkap buat menarik perhatian.

Film ini siap tayang perdana pada hari Kamis, 10 Juli 2025 mendatang. Pasti banyak yang penasaran kan, gimana kelanjutan kisah Jonathan dan Sore di versi layar lebar ini?

Apakah semua usaha dan totalitas ini sanggup bikin filmnya sukses besar dan bertahan lama di bioskop? Kita tunggu aja tanggal mainnya ya!

Gimana nih menurut kamu setelah baca sinopsis dan detail produksinya? Makin nggak sabar buat nonton “Sore: Istri dari Masa Depan” di bioskop? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!

Posting Komentar