PSI Disebut 'Super Tbk' oleh Jokowi? Ini Lho Maksudnya!

Daftar Isi

PSI Disebut 'Super Tbk' oleh Jokowi

Solo, kota yang selalu punya cerita, kembali menjadi sorotan. Kali ini, Graha Saba Buana menjadi saksi bisu Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 yang begitu meriah pada Sabtu, 19 Juli 2025. Salah satu momen paling disorot adalah kehadiran Presiden ke-7, Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi. Beliau hadir bukan sekadar memberikan sambutan, melainkan juga membeberkan konsep unik yang diusung PSI: Partai Super Terbuka atau Tbk. Konsep ini langsung menarik perhatian banyak pihak, mengingat PSI adalah salah satu partai politik yang relatif baru dan kerap disebut sebagai representasi generasi muda.

Ketika Jokowi menyebut PSI sebagai “Super Tbk”, banyak yang langsung mengernyitkan dahi. Pasalnya, istilah Tbk biasanya merujuk pada “Terbuka” dalam konteks perusahaan publik, di mana sahamnya bisa dimiliki oleh masyarakat luas dan diperdagangkan di bursa efek. Namun, Jokowi memberikan definisi yang sangat spesifik dan segar untuk PSI. Beliau menjelaskan bahwa “Super Tbk” berarti saham partai ini, secara metaforis, dimiliki oleh seluruh pengurus, seluruh anggota, dan seluruh kader. Ini adalah sebuah visi yang revolusioner dalam lanskap perpolitikan Indonesia.

Konsep “Super Tbk”: Demokrasi Partai Sejati?

Visi “Super Tbk” yang diutarakan Jokowi ini bukan sekadar permainan kata. Lebih dari itu, ini adalah filosofi mendalam tentang bagaimana sebuah partai politik seharusnya dijalankan. Jokowi secara tegas menyatakan, “Super Tbk itu artinya apa? Saham partai ini dimiliki oleh seluruh pengurus, oleh seluruh anggota, oleh seluruh kader.” Penekanan beliau pada kepemilikan bersama ini bertujuan untuk mendobrak tradisi lama di banyak partai politik Tanah Air. Partai tidak lagi menjadi milik segelintir elite, apalagi hanya milik satu keluarga tertentu.

Dalam banyak kasus, struktur kepemilikan dan pengambilan keputusan di partai politik kerap terpusat pada figur-figur tertentu atau dinasti politik. Hal ini sering kali memicu kritik karena dianggap kurang demokratis dan membatasi partisipasi anggota di tingkat bawah. Dengan konsep “Super Tbk”, PSI ingin menunjukkan bahwa mereka berbeda. “Tidak ada kepemilikan elite. Tidak ada kepemilikan keluarga apalagi. Semua memiliki saham yang sama,” tegas Jokowi. Pernyataan ini menjadi semacam manifesto bahwa setiap individu yang tergabung dalam PSI, dari level pengurus pusat hingga kader paling bawah di pelosok desa, memiliki hak dan tanggung jawab yang setara dalam menentukan arah dan masa depan partai.

Konsep ini juga berarti setiap keputusan penting yang diambil tidak hanya berasal dari segelintir orang di pucuk pimpinan. Sebaliknya, partisipasi aktif dari seluruh elemen partai menjadi kunci utama. Misalnya, dalam menentukan kebijakan internal, strategi kampanye, atau bahkan pemilihan kandidat, aspirasi dari akar rumput diharapkan bisa terakomodasi dengan baik. Ini adalah upaya untuk menciptakan sistem yang lebih transparan, akuntabel, dan benar-benar representatif terhadap suara anggotanya.

Perbandingan Model Partai: Tradisional vs. “Super Tbk”

Untuk lebih memahami dampak dari konsep “Super Tbk” ini, mari kita bandingkan dengan model partai yang lebih tradisional:

Fitur Aspek Model Partai Tradisional Model Partai “Super Tbk” (PSI)
Kepemilikan Terpusat pada elite, pendiri, atau keluarga tertentu. Dimiliki oleh seluruh pengurus, anggota, dan kader.
Pengambilan Keputusan Dominasi oleh pucuk pimpinan atau segelintir orang. Partisipasi luas, keputusan lebih kolegial dan transparan.
Akuntabilitas Terkadang hanya kepada lingkaran dalam atau pendiri. Akuntabel kepada seluruh anggota partai.
Partisipasi Anggota Terbatas pada peran struktural atau mobilisasi massa. Diharapkan berperan aktif dalam segala aspek partai.
Transparansi Seringkali kurang transparan, terutama soal keuangan. Lebih terbuka dan transparan terhadap anggotanya.
Inovasi & Adaptasi Cenderung lambat karena hierarki yang kaku. Lebih lincah dan adaptif karena masukan dari berbagai level.

Dengan melihat perbandingan ini, jelas bahwa PSI mencoba menawarkan model yang lebih inklusif dan responsif. Harapannya, model ini bisa mendorong inovasi dan adaptasi yang lebih cepat dalam menghadapi dinamika politik modern, serta menarik lebih banyak talenta muda yang mendambakan platform politik yang lebih terbuka.

Ajak Kader Berperan Aktif: Fondasi Kuat PSI

Jokowi tidak hanya menjelaskan konsep “Super Tbk”, tetapi juga mengajak seluruh kader PSI untuk menerjemahkan konsep ini dalam tindakan nyata. Beliau menekankan pentingnya peran aktif setiap anggota dalam membangun partai yang identik dengan logo gajah ini agar menjadi lebih kuat dan besar. “Dengan ini mestinya seluruh anggota, seluruh kader itu bersama-sama ikut membesarkan partai karena memiliki rasa yang sama terhadap kepemilikan partai,” ungkapnya. Pesan ini adalah seruan untuk kolaborasi dan kepemilikan bersama.

Rasa memiliki yang kuat akan mendorong setiap kader untuk tidak hanya menjadi penonton, melainkan juga pemain kunci. Mereka diharapkan terlibat dalam berbagai aspek, mulai dari perumusan kebijakan, penggalangan dukungan, hingga pelaksanaan program-program partai di masyarakat. Ini berarti setiap kader diharapkan mampu menjadi “pemilik saham” yang aktif dan bertanggung jawab. Misalnya, mereka didorong untuk menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing, menyampaikan visi dan misi partai, serta merekrut anggota baru.

Keberhasilan implementasi konsep “Super Tbk” ini sangat bergantung pada komitmen dan semangat kolektif para kader. Jika setiap individu merasa memiliki andil besar dalam perjalanan partai, maka energi yang dihasilkan akan berlipat ganda. Ini akan menciptakan fondasi yang sangat kuat, bukan hanya dari sisi elektoral, tetapi juga dari sisi ideologi dan moral partai. Dengan demikian, PSI diharapkan bisa tumbuh menjadi kekuatan politik yang solid dan berkelanjutan.

Mendorong Partisipasi di Era Digital

Di era digital seperti sekarang, konsep “Super Tbk” ini bisa dimaksimalkan melalui berbagai platform. PSI, yang memang dikenal dekat dengan kaum muda dan teknologi, dapat memanfaatkan media sosial, forum online, atau aplikasi internal untuk memfasilitasi partisipasi aktif kadernya. Misalnya, mengadakan jajak pendapat digital untuk kebijakan tertentu, membuka ruang diskusi daring tentang isu-isu strategis, atau bahkan menggunakan teknologi blockchain (walaupun masih berupa wacana jauh) untuk mencatat partisipasi dan kontribusi anggota secara transparan.

Pendekatan ini akan membuat setiap kader merasa bahwa suara mereka didengar dan kontribusi mereka dihargai. Ini juga akan membantu PSI untuk tetap relevan dan adaptif terhadap perubahan cepat di masyarakat, terutama di kalangan generasi Z dan milenial yang mendambakan partisipasi aktif dan transparansi.

Dukungan Penuh Jokowi untuk PSI

Momen paling menggetarkan dalam kongres tersebut adalah ketika Jokowi secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap PSI. “Saya akan full mendukung PSI,” kata Jokowi, yang disambut teriakan semangat dan tepuk tangan meriah dari para kader yang hadir. Pernyataan ini bukan sembarang dukungan. Sebagai mantan Presiden dengan pengaruh politik yang masih sangat kuat, dukungan Jokowi bisa menjadi dorongan signifikan bagi PSI, baik secara moral maupun elektoral.

Dukungan penuh dari seorang figur sekaliber Jokowi memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ini memberikan legitimasi dan kepercayaan publik yang lebih besar terhadap PSI. Dengan “restu” dari Jokowi, PSI mungkin akan lebih mudah diterima oleh segmen masyarakat yang sebelumnya ragu. Kedua, dukungan ini bisa menarik lebih banyak tokoh nasional dan figur publik untuk bergabung dengan PSI. Sebelumnya, Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, juga sempat menyebut bahwa banyak tokoh nasional yang mulai melirik dan bergabung dengan partai ini. Dukungan Jokowi ini tentu akan mempercepat tren tersebut.

Ayah dari Kaesang Pangarep ini juga menegaskan komitmennya untuk bekerja semaksimal mungkin dengan partai berlogo gajah berkepala merah tersebut. “Saya akan bekerja keras untuk PSI,” tegasnya. Janji ini menunjukkan bahwa Jokowi tidak hanya memberikan dukungan verbal, tetapi juga siap memberikan kontribusi nyata, baik melalui pemikiran, jaringan, maupun pengalaman politiknya yang luas. Bagi PSI, ini adalah aset yang tak ternilai harganya. Ini bisa membantu PSI dalam menyusun strategi, memperkuat struktur organisasi, dan meningkatkan kapasitas kadernya.

Mengapa Jokowi Mendukung PSI?

Ada beberapa alasan kuat mengapa Jokowi, setelah purna tugas sebagai Presiden, memilih untuk memberikan dukungan penuh kepada PSI. Salah satunya tentu adalah keberadaan sang putra bungsu, Kaesang Pangarep, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSI. Keterlibatan Kaesang memberikan ikatan personal yang kuat. Namun, lebih dari itu, ada kemungkinan bahwa visi dan misi PSI, terutama konsep “Super Tbk” yang menekankan pada transparansi, meritokrasi, dan partisipasi publik, sejalan dengan nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan Jokowi dalam kepemimpinannya.

PSI juga sering dipandang sebagai partai yang berani mendobrak kemapanan politik tradisional dan mengusung semangat anak muda. Ini mungkin resonansi dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang selalu menekankan pada perubahan, inovasi, dan efisiensi. Dukungan Jokowi ini bisa diartikan sebagai upaya untuk memastikan bahwa ada partai politik yang terus membawa semangat pembaharuan dan menjadi wadah bagi generasi muda untuk berkiprah di panggung nasional.

Pesan untuk Kaesang: Siapkan Mesin dan Bensin Partai

Dalam konteks Kongres PSI, pesan Jokowi kepada Kaesang juga tak luput dari perhatian. Seperti yang pernah disampaikan sebelumnya, Jokowi berpesan agar Kaesang “siapkan mesin dan bensin partai”. Ini adalah metafora yang sangat gamblang dalam dunia politik. “Mesin partai” merujuk pada struktur organisasi yang solid, kader yang militan, dan sistem kerja yang efisien. Sementara “bensin partai” adalah sumber daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin tersebut, mulai dari logistik, keuangan, hingga semangat dan motivasi.

Pesan ini mengindikasikan bahwa PSI, dengan konsep “Super Tbk” dan dukungan penuh dari Jokowi, memiliki potensi besar. Namun, potensi itu harus diwujudkan dengan kerja keras dalam membangun fondasi yang kuat. Kaesang, sebagai nakhoda, memiliki tugas berat untuk memastikan bahwa “mesin” PSI berfungsi optimal di seluruh tingkatan dan “bensinnya” selalu terisi penuh. Ini termasuk membangun sistem rekrutmen kader yang efektif, program pelatihan yang berkelanjutan, serta penggalangan dana yang transparan dan akuntabel.

Tantangan dan Peluang PSI ke Depan

Dengan semua dukungan dan konsep baru ini, PSI menghadapi tantangan sekaligus peluang besar. Tantangannya adalah bagaimana menerjemahkan konsep “Super Tbk” ini ke dalam praktik nyata yang bisa dirasakan oleh seluruh anggota dan masyarakat. Ini bukan tugas yang mudah, mengingat kompleksitas politik di Indonesia. Selain itu, PSI juga harus membuktikan bahwa mereka bisa menjadi kekuatan politik yang signifikan di kancah nasional, terutama dalam menghadapi Pemilu mendatang.

Namun, peluangnya juga sangat besar. Dengan citra partai muda yang inovatif, ditambah dukungan dari figur populer seperti Jokowi dan kepemimpinan Kaesang, PSI memiliki modal sosial dan politik yang kuat. Jika mereka berhasil mengimplementasikan filosofi “Super Tbk” dengan baik, mereka bisa menjadi contoh bagi partai-partai lain di Indonesia untuk lebih membuka diri dan melibatkan anggota secara lebih luas. PSI bisa menjadi pionir dalam menciptakan ekosistem politik yang lebih demokratis, transparan, dan inklusif.

Melihat ke Depan: Politik Indonesia yang Lebih Terbuka?

Konsep “Partai Super Terbuka” yang diusung PSI dengan dukungan Jokowi ini bisa jadi merupakan embrio perubahan dalam dinamika perpolitikan Indonesia. Ini adalah sinyal bahwa era partai yang didominasi oleh segelintir elite atau dinasti mungkin akan perlahan bergeser ke arah yang lebih partisipatif dan demokratis. Jika PSI berhasil membuktikan bahwa model ini efektif, bukan tidak mungkin partai-partai lain akan terinspirasi untuk mengadopsi pendekatan serupa.

Mungkin di masa depan, kita akan melihat lebih banyak partai yang benar-benar menjadi milik anggotanya, bukan hanya di atas kertas, tetapi juga dalam praktiknya. Ini akan mendorong persaingan yang lebih sehat, memunculkan pemimpin-pemimpin baru dari berbagai latar belakang, dan pada akhirnya, memperkuat demokrasi di Indonesia. Kita tunggu saja bagaimana perjalanan PSI dengan konsep “Super Tbk” ini akan mengubah peta politik nasional.

Bagaimana menurut Anda, apakah konsep “Partai Super Terbuka” ini akan menjadi tren baru di perpolitikan Indonesia? Atau hanya sekadar slogan semata? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Posting Komentar