Tarif Listrik Juli 2025: Update Harga Per kWh & Cara Hitung Mudah!

Daftar Isi

Tarif Listrik Juli 2025

Hai Guys! Gimana kabarnya? Bicara soal kebutuhan rumah tangga, listrik pasti jadi salah satu yang paling utama ya. Setiap tiga bulan sekali, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) selalu ngasih update soal tarif listrik terbaru. Nah, buat periode Juli sampai September 2025 ini, ada info penting buat kamu tahu.

Sempat beredar kabar kalau tarif listrik bakal naik di bulan Juli 2025 ini. Isu ini bikin banyak orang deg-degan, apalagi buat yang pakai listrik nonsubsidi. Tapi, kabar baiknya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) udah klarifikasi soal isu kenaikan ini.

Menurut informasi resmi dari situs Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan juga PLN, tarif listrik untuk Triwulan III 2025, alias periode Juli sampai September, ternyata nggak naik kok. Tarifnya masih sama persis kayak triwulan sebelumnya. Ini berlaku buat semua 13 golongan pelanggan, baik yang nonsubsidi maupun yang masih disubsidi pemerintah. Jadi, aman ya dompet kita untuk sementara waktu!

Nah, biar makin jelas, yuk kita bahas tuntas soal harga tarif listrik per kWh terbaru ini. Artikel ini bakal kasih info lengkap, mulai dari daftar harganya per golongan, arti kode golongan tarif, sampai cara gampang ngitung biaya listrikmu, baik buat yang pakai token (prabayar) atau tagihan (pascabayar). Siap-siap catat ya!

Harga Tarif Listrik Per kWh Juli-September 2025

Biar nggak bingung, ini dia daftar lengkap harga tarif listrik per kWh yang berlaku dari Juli sampai September 2025, dilansir langsung dari situs resmi PLN. Perhatikan baik-baik golongan tarif listrikmu ya!

Golongan Tarif Daya (VA) Harga per kWh (Rp)
R-1/TR 900 VA 1.352,00
R-1/TR 1.300 VA 1.444,70
R-1/TR 2.200 VA 1.444,70
R-2/TR 3.500-5.500 VA 1.699,53
R-3/TR 6.600 VA ke atas 1.699,53
B-2/TR 6.600 VA-200 kVA 1.444,70
B-3/TM di atas 200 kVA 1.114,74
I-3/TM di atas 200 kVA 1.114,74
I-4/TT 30.000 kVA ke atas 996,74
P-1/TR 6.600 VA - 200 kVA 1.699,53
P-2/TM di atas 200 kVA 1.522,88
P-3/TR Penerangan Jalan Umum 1.699,53
L/TR, TM, TT Layanan Khusus 1.644,52

Catatan: Daftar ini mencakup tarif nonsubsidi dan beberapa tarif khusus. Tarif subsidi (misal R-1 450 VA dan sebagian 900 VA) punya harga berbeda yang lebih rendah dan tidak termasuk dalam daftar penyesuaian tarif rutin ini. Mereka tetap disubsidi pemerintah.

Mengenal Kode Golongan Tarif Listrikmu

Pasti kadang bingung kan, kamu masuk golongan R-1, R-2, B-2, atau yang mana sih? Kode-kode ini penting banget karena menentukan berapa harga listrik per kWh yang kamu bayar. Biar nggak salah, ini dia arti dari kode golongan tarif listrik, dijelaskan dengan gampang, berdasarkan info dari Kementerian ESDM:

  • R-1: Ini buat kamu yang rumah tangga. Kode ini dibagi lagi berdasarkan daya tersambung di rumahmu. Ada R-1 buat daya 1.300 VA dan R-1 buat daya 2.200 VA. Keduanya masuk kategori rumah tangga kecil dan tarifnya sama, yaitu Rp 1.444,70 per kWh seperti tabel di atas. Tapi ingat, kalau kamu rumah tangga dengan daya 900 VA dan masuk kriteria penerima subsidi, tarifmu beda (Rp 1.352,00/kWh).
  • R-2: Kalau daya listrik di rumahmu antara 3.500 VA sampai 5.500 VA, kamu masuk golongan R-2. Ini kategori rumah tangga menengah.
  • R-3: Nah, buat yang rumahnya gede banget atau pemakaian listriknya tinggi dengan daya 6.600 VA ke atas, kamu masuk golongan R-3, rumah tangga besar. Tarif R-2 dan R-3 ini sama.
  • B-2: Kode ini buat kamu yang punya bisnis ukuran sedang. Pasokan listriknya menggunakan tegangan rendah dengan daya mulai dari 6.600 VA sampai 200 kVA. Contohnya toko, ruko, atau kantor skala menengah.
  • B-3: Kalau bisnismu skalanya lebih besar lagi, dayanya di atas 200 kVA dan pasokannya tegangan menengah, kamu masuk golongan B-3. Biasanya ini pabrik atau perkantoran besar.
  • P-1: Ini kode buat kantor atau instansi pemerintah skala kecil. Dayanya di atas 6.600 VA sampai 200 kVA dengan pasokan tegangan rendah.
  • P-2: Kalau kantor atau instansi pemerintahnya besar, dayanya di atas 200 kVA dan pakai tegangan menengah, masuk golongan P-2.
  • P-3: Kode P-3 ini khusus buat lampu-lampu penerangan jalan umum (PJU) yang dikelola oleh pemerintah daerah atau instansi terkait.
  • I-3: Buat industri skala menengah. Pasokan listriknya pakai tegangan menengah dengan daya di atas 200 kVA. Biasanya pabrik-pabrik ukuran medium.
  • I-4: Nah, ini buat industri besar banget. Dayanya super besar, 30.000 kVA ke atas, dan pasokannya pakai tegangan tinggi. Contohnya pabrik semen atau baja.
  • L: Kode ‘L’ ini artinya Layanan Khusus. Tarif ini buat pelanggan yang butuh pasokan listrik dengan layanan khusus dari PLN, bisa di tegangan rendah, menengah, atau tinggi, tergantung kebutuhan.

Mengetahui golongan tarifmu itu penting banget ya, supaya kamu bisa memperkirakan berapa biaya listrik bulananmu. Kamu bisa cek golongan tarifmu di struk pembelian token (kalau prabayar) atau di lembar tagihan listrik (kalau pascabayar).

Gampang Kok, Ini Cara Hitung Tarif Listrikmu!

Setelah tahu harga per kWh dan golongan tarifmu, sekarang yuk kita coba hitung-hitungan simpel buat memperkirakan biaya listrikmu. Caranya beda sedikit antara yang pakai token (prabayar) dan tagihan (pascabayar).

Buat Kamu Pengguna Token (Prabayar)

Kalau kamu pakai token listrik, ngitung berapa kWh yang didapat dari nominal yang dibeli itu nggak sesimpel membagi nominal dengan harga per kWh aja lho. Ada komponen biaya lain yang ikut dipotong, yaitu Pajak Penerangan Jalan (PPJ). Besar PPJ ini beda-beda di tiap daerah, biasanya sih antara 3% sampai 10% dari nilai pembelian token.

Selain PPJ, ada juga biaya administrasi atau convenience fee yang dikenakan oleh penjual tokennya (minimarket, aplikasi e-wallet, bank, ATM, dll.). Biaya ini juga bervariasi, tapi rata-rata sekitar Rp 1.500 sampai Rp 2.500 per transaksi.

Oh ya, ada satu lagi nih biaya tambahan kalau kamu beli token listrik dalam jumlah besar. Berdasarkan aturan Bea Meterai, untuk transaksi pembelian token listrik prabayar di atas Rp 5 juta, akan dikenakan tambahan biaya meterai sebesar Rp 10 ribu.

Oke, biar makin kebayang, kita pakai contoh ya. Misal, Pak Budi tinggal di Jakarta dan rumahnya pakai listrik daya 1.300 VA (Golongan R-1 nonsubsidi). Beliau beli token listrik senilai Rp 100 ribu. PPJ di Jakarta itu 3%, dan biaya admin pembelian di aplikasi langganannya Rp 2.000. Tarif per kWh untuk 1.300 VA adalah Rp 1.444,70.

Begini cara ngitungnya:

  • Nominal token yang dibeli = Rp 100.000
  • Biaya Admin Penjual = Rp 2.000
  • Nominal setelah dipotong admin = Rp 100.000 - Rp 2.000 = Rp 98.000
  • Besar PPJ (3% dari Rp 98.000) = Rp 2.940
  • Nominal bersih buat beli kWh = Rp 98.000 - Rp 2.940 = Rp 95.060
  • Jumlah kWh yang didapat = Nominal bersih buat beli kWh / Tarif per kWh
  • Jumlah kWh = Rp 95.060 / Rp 1.444,70 per kWh
  • Jumlah kWh yang didapat = sekitar 65,80 kWh

Jadi, dengan beli token Rp 100 ribu, Pak Budi dapat sekitar 65,80 kWh listrik. Angka ini nanti yang masuk ke meteran listrik prabayar Pak Budi. Setiap alat elektronik yang dipakai akan mengurangi saldo kWh ini. Kalau saldo mau habis, biasanya meteran bakal ngasih peringatan bunyi.

Penting diingat, perhitungan ini hanya perkiraan kasar karena ada pembulatan angka desimal. Tapi setidaknya kamu jadi tahu kenapa jumlah kWh yang didapat dari pembelian token itu nggak selalu pas kalau cuma dibagi nominal dengan tarif per kWh. Ada potongan PPJ dan biaya admin di awal.

Buat Kamu Pengguna Tagihan (Pascabayar)

Kalau kamu pakai listrik pascabayar, kamu nggak perlu pusing mikirin beli token. Listriknya nyala terus, nanti di akhir periode pemakaian (biasanya sebulan sekali) baru dapat tagihan. Besar tagihanmu akan sangat bergantung pada berapa banyak listrik (kWh) yang kamu pakai dalam sebulan itu.

Cara ngitung tagihan listrik pascabayar itu sebenernya lebih simpel, yaitu total pemakaian kWh dikali dengan tarif per kWh golonganmu, ditambah PPJ dan biaya meterai (kalau ada). Nah, yang suka bikin kaget itu kalau pemakaian kWh-nya tiba-tiba melonjak.

Misal, rumah Bu Siti dayanya 2.200 VA (Golongan R-1 nonsubsidi), tarifnya Rp 1.444,70 per kWh. Di bulan lalu, total pemakaian listriknya tercatat 300 kWh. PPJ di daerah Bu Siti misalnya 5%.

Perkiraan tagihan Bu Siti:

  • Pemakaian listrik = 300 kWh
  • Tarif per kWh = Rp 1.444,70
  • Biaya pemakaian = 300 kWh * Rp 1.444,70/kWh = Rp 433.410
  • Besar PPJ (5% dari Rp 433.410) = Rp 21.670,5
  • Biaya Meterai (kalau tagihan di atas Rp 250 ribu) = Rp 10.000
  • Total perkiraan tagihan = Rp 433.410 + Rp 21.670,5 + Rp 10.000 = sekitar Rp 465.080,5

Angka ini juga perkiraan ya, tagihan resmi bisa sedikit beda karena ada faktor lain seperti pembulatan atau penyesuaian kecil lainnya.

Buat pengguna pascabayar, kamu bisa memantau perkiraan tagihan listrikmu sebelum tagihan resmi keluar lho. Caranya gampang, pakai aplikasi PLN Mobile. Ada fitur namanya “Catat Meter” atau “Swacam”.

Langkahnya gini:
1. Buka aplikasi PLN Mobile di HP-mu.
2. Cari menu “Catat Meter”.
3. Pilih opsi untuk foto angka stand meter (meteran listrikmu). Pastikan angkanya terlihat jelas ya.
4. Pilih ID Pelanggan listrikmu yang terdaftar di aplikasi.
5. Masukkan angka stand meter sesuai dengan foto yang kamu ambil.
6. Klik “Kirim”.

Nanti, aplikasi PLN Mobile akan memproses datamu dan menampilkan perkiraan biaya tagihan rekening listrikmu untuk periode tersebut. Perkiraan ini dihitung berdasarkan angka stand meter terakhir yang kamu laporkan. Tagihan resminya sendiri baru akan muncul setiap awal bulan berikutnya.

Fitur Catat Meter di PLN Mobile ini berguna banget biar kamu nggak kaget pas tagihan datang. Kamu bisa memantau pemakaian listrik harian atau mingguanmu, dan memperkirakan biayanya. PLN Mobile juga menggunakan perhitungan yang memperhitungkan faktor 40 jam nyala dan rekening minimum dalam memberikan estimasi, jadi cukup akurat sebagai gambaran.

Kenapa Tarif Listrik Bisa Berubah (Atau Tidak)?

Kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa sih tarif listrik itu di-update setiap tiga bulan sekali? Apa aja yang bikin harganya bisa naik atau turun (atau tetap)?

Jadi gini, penyesuaian tarif listrik nonsubsidi yang dilakukan PLN itu berdasarkan beberapa faktor makro ekonomi dan operasional. Ada empat indikator utama yang dilihat:
1. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Dolar AS terhadap Rupiah: PLN kan ada biaya operasional yang terkait dengan valuta asing, misalnya pembelian bahan bakar tertentu. Kalau kurs dolar naik, biaya operasional bisa ikut naik.
2. Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price / ICP): Harga minyak ini jadi salah satu patokan harga energi, termasuk bahan bakar pembangkit listrik. Kalau ICP naik, biaya produksi listrik bisa terpengaruh.
3. Tingkat Inflasi: Kenaikan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) juga memengaruhi biaya-biaya yang ditanggung PLN dalam operasionalnya.
4. Harga Batu Bara Acuan (HBA): Batu bara adalah bahan bakar utama sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia. Perubahan harganya sangat memengaruhi biaya pokok penyediaan listrik.

Setiap tiga bulan, pemerintah lewat Kementerian ESDM akan me-review dan menghitung ulang tarif listrik berdasarkan pergerakan keempat indikator ini dalam tiga bulan sebelumnya. Kalau pergerakan indikator tersebut ada di ambang batas tertentu yang ditetapkan, tarif listrik bisa disesuaikan (naik atau turun).

Nah, kenapa tarif listrik Juli-September 2025 ini nggak naik? Berarti perhitungan berdasarkan pergerakan keempat faktor tadi dalam periode April-Juni 2025 menunjukkan bahwa ambang batas untuk penyesuaian tarif belum terlampaui. Atau dengan kata lain, kondisi makro ekonomi saat itu dianggap cukup stabil sehingga tarif bisa dipertahankan sama seperti triwulan sebelumnya. Keputusan ini juga mempertimbangkan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.

Jadi, kalaupun di triwulan berikutnya (Oktober-Desember 2025) ada penyesuaian, itu bukan keputusan mendadak, melainkan hasil perhitungan rutin berdasarkan pergerakan indikator-indikator tersebut di triwulan Juli-September 2025.

Hemat Listrik, Hemat Pengeluaran!

Mengetahui tarif listrik per kWh itu penting banget, tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita bisa mengendalikan pemakaian listrik biar tagihan nggak membengkak atau token nggak cepat habis. Menghemat listrik itu bukan cuma buat ngirit pengeluaran lho, tapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan efisiensi energi nasional.

Yuk, coba terapkan beberapa tips hemat listrik ini di rumahmu:

  1. Gunakan Lampu LED: Ganti lampu-lampu di rumahmu dengan lampu LED. Lampu LED jauh lebih hemat energi dibanding lampu pijar atau neon, umurnya juga lebih panjang. Walaupun di awal sedikit lebih mahal, tapi dalam jangka panjang kamu bakal ngirit banget.
  2. Matikan Alat Elektronik yang Tidak Dipakai: Ini simpel tapi sering lupa. Biasakan mematikan lampu, TV, AC, kipas angin, atau alat elektronik lain saat tidak digunakan atau saat kamu meninggalkan ruangan. Jangan biarkan menyala sia-sia.
  3. Cabut Charger dan Adaptor dari Stop Kontak: Charger HP, laptop, atau adaptor alat elektronik lain tetap mengonsumsi sedikit listrik meskipun tidak sedang mengisi daya. Ini sering disebut vampire power. Cabut aja dari stop kontak kalau sudah selesai dipakai.
  4. Atur Suhu AC dengan Bijak: AC adalah salah satu penyedot listrik terbesar di rumah tangga. Atur suhu AC di angka ideal, sekitar 24-25 derajat Celsius. Suhu yang terlalu rendah membuat AC bekerja lebih keras dan boros listrik. Gunakan timer kalau perlu biar AC mati otomatis saat ruangan sudah cukup dingin atau saat kamu tidur. Bersihkan filter AC secara rutin agar kerjanya efisien.
  5. Pilih Peralatan Elektronik Hemat Energi: Saat membeli alat elektronik baru (kulkas, mesin cuci, TV, dll.), perhatikan label efisiensi energinya. Pilih yang punya bintang efisiensi lebih banyak atau yang ada logo hemat energi.
  6. Optimalkan Penggunaan Kulkas: Pastikan pintu kulkas tertutup rapat. Jangan terlalu sering membuka pintu kulkas, dan jangan memasukkan makanan panas langsung ke dalam kulkas. Atur suhu kulkas sesuai kebutuhan, jangan terlalu dingin kalau tidak perlu. Pastikan ada sirkulasi udara yang cukup di sekitar kulkas.
  7. Manfaatkan Cahaya dan Udara Alami: Sebisa mungkin, manfaatkan cahaya matahari di siang hari agar tidak perlu menyalakan lampu. Buka jendela dan pintu untuk sirkulasi udara alami biar ruangan sejuk tanpa perlu AC atau kipas angin terus-terusan.
  8. Setrika Sekaligus: Kumpulkan pakaian yang mau disetrika dan setrika semuanya sekaligus. Menyalakan dan memanaskan setrika berulang kali akan memakan lebih banyak listrik.
  9. Gunakan Pengering Pakaian Secukupnya: Pengering pakaian juga boros listrik. Kalau cuaca memungkinkan, jemur pakaian di bawah sinar matahari. Gunakan pengering hanya saat benar-benar mendesak.
  10. Periksa Instalasi Listrik: Pastikan instalasi listrik di rumahmu aman dan tidak ada kabel yang terkelupas atau sambungan yang longgar. Instalasi yang buruk bisa menyebabkan kebocoran listrik dan pemakaian yang tidak efisien.

Menerapkan kebiasaan hemat listrik ini memang butuh disiplin, tapi percayalah, dampaknya lumayan terasa di tagihan listrik bulananmu. Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit kan? Hemat listrik berarti hemat uangmu juga.

Fitur Lain di PLN Mobile yang Wajib Kamu Tahu

Selain buat catat meter atau cek tagihan, aplikasi PLN Mobile itu punya banyak fitur bermanfaat lain lho yang bisa mempermudah urusan kelistrikanmu. Mengingat zaman sekarang semua serba digital, punya aplikasi ini di HP itu must banget.

Beberapa fitur PLN Mobile yang bisa kamu manfaatkan:

  • Pembelian Token Listrik: Kamu bisa beli token listrik prabayar langsung dari aplikasi, tanpa perlu keluar rumah atau antre. Metode pembayarannya juga macem-macem.
  • Pembayaran Tagihan Listrik: Buat pengguna pascabayar, kamu bisa langsung bayar tagihan listrikmu di aplikasi ini. Nggak ada lagi cerita telat bayar karena lupa atau malas ke loket pembayaran.
  • Pengaduan Gangguan/Pelayanan: Kalau ada listrik padam, tiang listrik roboh, atau gangguan lain terkait listrik di wilayahmu, kamu bisa lapor langsung lewat aplikasi. Aduanmu akan langsung diteruskan ke unit PLN terdekat untuk ditindaklanjuti. Kamu juga bisa memantau status penanganan aduanmu.
  • Permohonan Pasang Baru/Perubahan Daya: Mau pasang listrik baru atau tambah daya di rumah/kantor? Sekarang bisa diajukan lewat PLN Mobile. Prosesnya jadi lebih cepat dan transparan.
  • Info Pemeliharaan: Aplikasi ini juga bisa kasih tahu kamu kalau ada jadwal pemeliharaan jaringan listrik di daerahmu, jadi kamu bisa siap-siap kalau ada pemadaman sementara.
  • Info Produk dan Promo PLN: Kadang PLN ngadain promo atau program menarik (misal diskon tambah daya), informasinya bisa kamu dapatkan di aplikasi ini.

Dengan semua fitur ini, PLN Mobile bener-bener jadi asisten pribadi buat ngatur urusan listrikmu. Download aja di Play Store atau App Store kalau belum punya!

Nah, itu dia info lengkap soal tarif listrik per kWh terbaru untuk periode Juli-September 2025, penjelasan soal kode golongan tarif, cara ngitung biaya listrik, sampai tips hemat dan fitur aplikasi PLN Mobile. Semoga informasi ini berguna buat kamu ya, biar nggak panik kalau dengar isu tarif listrik dan bisa lebih bijak menggunakan listrik di rumah.

Gimana menurutmu soal tarif listrik saat ini? Ada tips hemat listrik lain yang biasa kamu lakukan? Yuk, share pengalaman atau pertanyaanmu di kolom komentar di bawah!

Posting Komentar