The English Game: Bongkar Sejarah Tersembunyi di Balik Sepak Bola Modern!
Sepak bola, sebuah olahraga yang menggerakkan miliaran hati di seluruh dunia, memiliki akar sejarah yang sangat dalam di Inggris. Siapa sangka, seorang pemuda Italia bernama Ivan Ambrosio, yang lahir di Gragnano pada tahun 1993, memutuskan untuk menapak tilas jejak sejarah sepak bola ini. Pada usia 19 tahun, ia membuat keputusan drastis dengan pindah ke London, Inggris, berbekal “tiket sekali jalan” untuk tidak kembali ke tanah kelahirannya dalam waktu dekat. Ini bukan sekadar kepindahan biasa, melainkan sebuah perjalanan untuk memenuhi hasratnya yang mendalam terhadap sepak bola.
Hubungan antara sepak bola Italia dan Inggris memang punya sejarah uniknya sendiri. Banyak klub besar di Italia memiliki ikatan kuat dengan Negeri Ratu Elizabeth. Ambil contoh Juventus, yang mengadopsi warna jersey kebanggaan mereka dari Notts County berkat koneksi John Savage, seorang mantan pemain Juventus. Begitu pula AC Milan, klub raksasa Italia yang didirikan oleh ekspatriat Inggris bernama Herbert Kilpin pada tahun 1899. Jadi, keputusan Ambrosio untuk “menziarahi” sepak bola di Inggris bukanlah hal yang mengherankan.
Sang Penjelajah Lapangan Hijau¶
Di tanah Inggris, Ambrosio benar-benar mewujudkan sebagian besar impiannya terkait sepak bola. Ia berhasil mengunjungi lebih dari 320 stadion dan menyaksikan secara langsung lebih dari 250 pertandingan. Perjalanan ini lebih dari sekadar hobi, melainkan sebuah pencarian jati diri yang mendalam bagi seorang pemuda Italia yang ingin mengabadikan kronik budaya sepak bola di sebuah negeri yang kaya dan penuh warna ini.
Ivan Ambrosio menjelajahi setiap sudut Inggris, dari utara ke selatan, dan timur ke barat. Ia menggunakan berbagai moda transportasi, mulai dari kereta api, bus, hingga kereta bawah tanah, demi mencapai setiap tujuan. Ambrosio tak hanya mengunjungi markas tim papan atas Liga Primer seperti Stamford Bridge milik Chelsea, namun juga menyinggahi Sandygate, sebuah stadion kecil namun legendaris sebagai stadion sepak bola tertua di dunia. Kontras ini menunjukkan kedalaman eksplorasinya.
Dari seluruh perjalanannya yang tak kenal lelah, Ambrosio berhasil mengemas 52 kisah menakjubkan yang menggambarkan jantung cinta masyarakat Inggris terhadap sepak bola. Ia bertemu dengan berbagai macam orang, mulai dari para penggemar setia, relawan klub, hingga legenda sepak bola, yang semuanya ikut menyusun narasi indah tentang sepak bola di Inggris. Kisah-kisah ini mencakup spektrum yang luas, dari liga-liga amatir hingga kemegahan Liga Primer. Banyak di antaranya adalah cerita luar biasa yang menghidupkan sejarah klub-klub dan stadion yang menjadi markas mereka.
Bertemu Para Penjaga Sejarah¶
Selama perjalanannya, Ambrosio bertemu dengan banyak sosok inspiratif. Ada John, salah satu dari sekian banyak sukarelawan di Corinthian-Casuals FC, sebuah klub Inggris bersejarah yang konon menginspirasi lahirnya tim legendaris Brasil, Corinthians Paulista. Ia juga berinteraksi dengan Richard Tims, Ketua Sheffield FC, klub sepak bola tertua di dunia, yang pasti punya segudang cerita tentang awal mula olahraga ini.
Tak ketinggalan, Ambrosio juga menjumpai Morgan, seorang pendukung setia Fulham FC. Morgan dengan antusias berbagi kenangan indahnya menyaksikan para legenda seperti George Best, Johnny Haynes, dan bahkan Pelé berlaga di Craven Cottage yang ikonik. Pertemuan-pertemuan seperti ini memperkaya narasi buku Ambrosio, memberikan sentuhan pribadi dan otentik pada setiap kisahnya. Ini bukan sekadar buku sejarah, tapi juga kumpulan pengalaman dan percakapan.
Jurnalisme Partisipatif ala Ivan Ambrosio¶
Yang membuat pengalaman Ambrosio semakin unik adalah keterlibatannya secara langsung, bukan hanya sebagai pengamat dari jauh. Ia bahkan bergabung dan bermain untuk Upton Park FC dalam pertandingan bersejarah melawan Royal Engineers, sebuah pertandingan yang masyhur dalam sejarah sepak bola. Pengalaman ini memberinya perspektif langsung tentang bagaimana rasanya menjadi bagian dari sejarah yang ia tulis.
Selain itu, Ambrosio juga merasakan langsung atmosfer Liga Isles of Scilly, yang terkenal sebagai liga terkecil di dunia. Ia bahkan berjalan melintasi lapangan Garrison Field yang masyhur, tempat pertandingan digelar. Puncaknya, ia mendapat kehormatan menganugerahkan trofi kemenangan kepada Sheffield FC, klub tertua di dunia, setelah pertandingan melawan Hallam FC, klub tertua kedua di dunia. Ini adalah momen-momen yang memperkaya pemahamannya tentang budaya sepak bola Inggris.
Pendekatan Ambrosio ini mengingatkan kita pada gaya jurnalisme partisipatif yang pernah dilakukan oleh George Plimpton. Plimpton, seorang jurnalis terkenal, menulis buku Paper Lion berdasarkan pengalamannya bergabung dengan kamp pelatihan klub sepak bola Amerika Detroit Lions pada tahun 1963. Sama seperti Plimpton, Ambrosio tidak hanya mencatat, tetapi juga merasakan dan menjadi bagian dari subjek yang ia teliti. Ini memberikan bobot dan keaslian pada setiap cerita yang ia sajikan.
Setelah Buku Terbit: Mengabdikan Diri pada Sepak Bola Inggris¶
Setelah semua petualangan dan penulisan bukunya, Ivan Ambrosio benar-benar tidak bisa meninggalkan sepak bola di Inggris. Ia menyelesaikan studinya di Universitas St Mary di London, dan pada tahun 2023, ia akhirnya menjadi pelatih sepak bola profesional di akademi Crystal Palace FC. Tak hanya itu, ia juga menjabat sebagai analis set-piece untuk tim utama Gillingham Football Club. Ini membuktikan bahwa hasratnya bukan hanya sekadar untuk menulis, tetapi juga untuk berkontribusi langsung pada perkembangan sepak bola di Inggris. Kariernya kini adalah bukti nyata dari dedikasinya.
Sekilas tentang Buku: The English Game – A Journey of Discovery in the Home of Football¶
Buku ini merupakan sebuah permata bagi para pencinta sepak bola dan siapa pun yang tertarik pada budaya dan sejarah. Dengan 352 halaman yang penuh cerita, buku ini akan membawa pembaca dalam petualangan visual dan emosional melintasi lanskap sepak bola Inggris. Dijadwalkan terbit pada Mei 2025, buku ini patut dinanti.
Detail | Deskripsi |
---|---|
Judul | The English Game – A Journey of Discovery in the Home of Football |
Penulis | Ivan Ambrosio |
Penerbit | Pitch Publishing |
Edisi | Paperback |
Tebal | 352 halaman |
Agenda Penerbitan | Mei 2025 |
Bahasa | Inggris |
Menjelajahi Setiap Babak Perjalanan¶
Buku The English Game tersusun dengan rapi, membawa pembaca melintasi berbagai wilayah di Inggris, setiap babak menceritakan kisah-kisah unik dan berkesan dari perjalanan Ambrosio. Mari kita intip sekilas struktur dan potensi cerita yang ada di dalamnya:
Babak Pembuka: Sebelum Perjalanan Dimulai¶
Bagian awal buku ini berisi pengantar dari Claudio Ranieri dan Andrea Pettinello, memberikan perspektif dari tokoh-tokoh penting di dunia sepak bola. Ambrosio juga bercerita tentang “tiket pesawat yang mengubah hidupnya” pada 20 Februari 2013 dan 25 Maret 2013, serta bagaimana ia mengirim surat permohonan trial sebagai pesepak bola dengan bahasa Inggris yang “sangat buruk.” Ini menunjukkan kerendahan hati dan awal mula tekadnya.
Chapter 1: Learn to Dream (Yorkshire and the Humber)¶
Yorkshire, sebagai “Home of Football,” tentu menjadi titik awal yang krusial. Bab ini kemungkinan besar akan membawa pembaca ke Sandygate, stadion tertua di dunia, dan ke markas Sheffield FC, klub tertua di dunia. Ambrosio mungkin juga mengulas sejarah klub-klub lain di wilayah ini seperti Sheffield United (“The Blades”) dan tragedi Hillsborough yang selalu dikenang. Cerita tentang Don Revie yang memimpin Leeds United di era keemasan juga bisa menjadi fokus, menggambarkan bagaimana wilayah ini membentuk impian sepak bola.
Chapter 2: Face Your Fears (North East)¶
Wilayah timur laut Inggris adalah rumah bagi klub-klub dengan basis penggemar yang sangat loyal dan penuh semangat. Dalam bab ini, Ambrosio mungkin berbagi kisah emosional tentang Bradley Lowery, seorang anak kecil yang menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia juga bisa menyelami sejarah dan rivalitas abadi antara klub-klub seperti Newcastle United (“The Men from the North”) dan Sunderland. Bab ini kemungkinan besar akan menyoroti bagaimana sepak bola menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas komunitas di sana, dengan atmosfer stadion yang selalu membara.
Chapter 3: Believe in Yourself (North West)¶
Wilayah barat laut adalah jantung sepak bola modern Inggris, rumah bagi klub-klub raksasa dunia. Ambrosio akan mengajak kita mengunjungi Ewood Park, markas Blackburn Rovers, dan turf Moor, markas Burnley. Tentu saja, “The Theatre of Dreams” Old Trafford milik Manchester United, serta kisah tentang “The Red Rebels” dan “Class of 92” yang legendaris, akan menjadi sorotan utama. Tidak lupa, ia pasti membahas Anfield, markas Liverpool FC, dan cerita-cerita ikonik seperti “93:20” (gol Aguero) dan “The People’s Club” (Everton). Bab ini adalah perpaduan antara kejayaan dan rivalitas sengit.
Chapter 4: Stay Patient and Trust Your Journey (West Midlands)¶
Di West Midlands, Ambrosio akan membawa kita ke Stoke-on-Trent, yang terkenal dengan julukan “City of Rain and Wind,” tempat Britannia Stadium berada. Ia kemungkinan besar akan mengeksplorasi kisah kebangkitan klub seperti Wolverhampton Wanderers dengan slogan “Out of Darkness Cometh Light.” Villa Park, markas Aston Villa, juga akan menjadi sorotan. Kisah personal tentang “My Border Collie” mungkin menjadi metafora tentang kesetiaan dan perjalanan yang sabar, merefleksikan karakteristik klub-klub di wilayah ini yang seringkali menunjukkan ketahanan luar biasa.
Chapter 5: Be the Farmer of Your Life (East Midlands)¶
Bab ini akan mengupas sepak bola di East Midlands. Ambrosio mungkin membahas kisah Leicester City yang luar biasa, “The Story of a Dream,” saat mereka menjuarai Liga Primer dengan odds yang sangat rendah. Ia juga akan mengunjungi Derby, membahas rivalitas sengitnya, dan mengenang legenda seperti Brian Clough yang pernah melatih Nottingham Forest. Metafora “Be the Farmer of Your Life” bisa jadi merujuk pada kerja keras dan dedikasi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, baik di lapangan maupun di luar lapangan.
Chapter 6: The Importance of the Little Things (East of England)¶
Di wilayah timur Inggris, Ambrosio akan menyoroti hal-hal kecil yang membentuk keindahan sepak bola. Ia mungkin mengunjungi “The Finest Stand in England” di salah satu stadion dan menceritakan tentang “The Family Club” yang membangun komunitas yang erat. Kisah tentang “Mythical Bill” atau “The Old and Glorious Oak Tree” bisa jadi merujuk pada legenda lokal, tradisi, atau landmark unik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas klub di wilayah ini. Bab ini menekankan bahwa detail kecil pun punya makna besar.
Chapter 7: Watchword: Sacrifice (London)¶
London, sebagai ibu kota, adalah surga bagi para penggemar sepak bola dengan puluhan klub profesional. Ambrosio akan menyelami filosofi “Liberté, Égalité, Fraternité” dalam konteks suporter. Wembley Stadium, terutama momen 17 November 2015, mungkin menjadi kenangan yang spesial. Ia juga akan membahas klub-klub besar seperti Tottenham Hotspur (“We Are Tottenham from The Lane”), Arsenal dengan julukan “The Invincibles” mereka, dan West Ham United dengan kenangan “Long Live the Boleyn.” Ada juga persahabatan di nama Crystal Palace, legenda Corinthian Football Club, The Real Dons (AFC Wimbledon), perpisahan dengan Griffin Park (markas Brentford), Craven Cottage sebagai “England’s Most Beautiful Stadium,” dan Chelsea dengan slogan “Blue Is the Colour.” Bab ini akan menjadi salah satu yang paling padat dan menarik.
Chapter 8: Be Kind to Yourself (South East)¶
Melanjutkan perjalanan ke wilayah tenggara, Ambrosio akan mengunjungi Brighton, markas “The Seagulls,” dan membahas bagaimana klub tersebut membangun identitasnya. Ia juga akan mampir ke York Road, markas Maidenhead United FC, dan bahkan mungkin menceritakan bagaimana kisahnya dimuat di program pertandingan Maidenhead United. Kisah tentang “Stand Up if You Love Wycombe” dan “Ohhh Vito Mannone” menunjukkan interaksi personal dengan suporter dan pemain. “Ours” mungkin merujuk pada perasaan kepemilikan dan kebanggaan yang dimiliki oleh penggemar terhadap klub lokal mereka.
Chapter 9: Find Your Own Way (South West)¶
Di barat daya Inggris, Ambrosio akan mengeksplorasi bagaimana klub-klub di sana menemukan jalan unik mereka. Ia mungkin menyoroti semangat kebersamaan dengan tema “Together, Anything Is Possible.” Kisah tentang “The Romans” bisa merujuk pada klub di Bath atau peninggalan sejarah di sana. Welcome to Ashton Gate, markas Bristol City (“The Robins”), akan menjadi salah satu destinasi. Ia juga mungkin berbagi kisah tentang “Colin: The Gentle Giant” atau “A Lesson in Generosity.” Puncak bab ini adalah perjalanan ke Garrison Field, rumah bagi Liga Sepak Bola Terkecil di Dunia, Isles of Scilly, yang memberikan perspektif unik tentang sepak bola di skala yang paling intim.
Chapter 10: To You, Your Dreams and Your Happiness¶
Babak penutup ini adalah refleksi pribadi Ambrosio tentang perjalanannya, menjembatani antara mimpi dan realitas. Ia akan merenungkan bagaimana “It All Started Here!” dan bagaimana ia hanya “One Step from the Dream.” Bab ini juga akan menceritakan tentang “Best Day of My Life” dan apa yang tersisa dari semua pengalaman itu. Ini adalah bagian yang paling introspektif, di mana Ambrosio membagikan pelajaran hidup yang ia dapatkan dari perjalanannya di dunia sepak bola Inggris.
Penutup dan Penghargaan¶
Buku ini diakhiri dengan Afterword dari Filippo Galli, yang membahas “English Grounds, Those Temples of Football.” Ambrosio juga memberikan dedikasi yang menyentuh hati kepada Bradley dan Giuseppe, yang ia sebut sebagai “My Life Coaches,” serta kembali mengulas kisah “There’s Only One Bradley Lowery” dan mengakhiri dengan kalimat inspiratif “The Strongest Person I Know.” Ini adalah sentuhan akhir yang kuat, menunjukkan dampak emosional dari perjalanannya.
Secara keseluruhan, The English Game bukan hanya sekadar buku tentang sepak bola, melainkan sebuah narasi mendalam tentang hasrat, penemuan diri, dan kekayaan budaya sebuah olahraga yang telah menyatu dengan identitas bangsa. Buku ini adalah persembahan dari seorang Italia yang jatuh cinta pada sepak bola Inggris.
Bagaimana menurut kalian, kisah Ivan Ambrosio ini menarik, kan? Apakah kalian juga punya cerita atau pengalaman unik terkait sepak bola yang tak terlupakan? Yuk, bagikan di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar