Anak Diare Muntah? Atasi Sendiri Dulu dengan 5 Cara Ini! Kapan Harus ke Dokter?
Diare dan muntah sering banget menghampiri si kecil ya, Bunda? Kondisi ini memang rentan dialami anak-anak, apalagi kalau penyebabnya adalah infeksi virus atau bakteri yang gampang banget menyebar. Eits, jangan langsung panik dulu! Ada beberapa cara rumahan yang bisa Bunda terapkan untuk membantu meredakan gejalanya.
Biasanya, keluhan diare dan muntah yang ringan bisa membaik dalam beberapa hari. Tapi, kita sebagai orang tua juga harus tetap waspada dan tahu kapan saatnya si kecil harus segera diperiksakan ke dokter. Memahami tanda-tanda bahaya itu penting banget, Bunda.
Penyebab Anak Diare dan Muntah¶
Diare dan muntah pada anak seringkali datang bersamaan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yang perlu Bunda ketahui. Yuk, kita bedah satu per satu!
1. Keracunan Makanan¶
Ini salah satu penyebab paling umum yang seringkali tidak disadari. Keracunan makanan biasanya dipicu oleh bakteri, tapi bisa juga karena parasit atau virus yang mengontaminasi makanan atau minuman. Anak-anak sangat rentan mengalaminya karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang dan kebiasaan sering memasukkan tangan ke mulut.
Makanan yang tidak diolah dengan benar, kurang matang, atau disimpan pada suhu yang salah bisa jadi sarang bakteri berbahaya. Bakteri seperti E. coli, Campylobacter, Listeria monocytogenes, dan Salmonella adalah biang keladi utama di balik keracunan makanan. Gejala yang muncul saat anak keracunan makanan bisa beragam, mulai dari sakit perut hebat, mual, demam, hingga buang air besar berdarah. Penting bagi Bunda untuk selalu memastikan kebersihan makanan dan proses pengolahannya ya.
2. Infeksi Virus¶
Pernah dengar istilah gastroenteritis viral? Nah, ini adalah infeksi pada perut dan usus yang disebabkan oleh virus. Virus yang paling sering jadi penyebabnya adalah rotavirus, adenovirus, dan astrovirus. Ketiga jenis virus ini memang paling umum menyebabkan masalah pencernaan pada bayi dan balita.
Selain diare dan muntah, infeksi virus ini juga bisa disertai dengan sakit perut, mual, dan kadang demam. Penularannya sangat mudah, bisa dari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau melalui permukaan benda yang terkontaminasi. Menjaga kebersihan tangan dan lingkungan jadi kunci pencegahan utama.
3. Infeksi Bakteri¶
Selain virus, diare dan muntah pada anak juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri. Meskipun kebanyakan diare akibat bakteri bisa sembuh sendiri, ada beberapa kasus yang bisa mengarah pada infeksi usus besar lanjutan yang lebih serius. Bakteri seperti Shigella, Campylobacter, atau bahkan beberapa jenis E. coli yang berbeda dari penyebab keracunan makanan bisa jadi penyebabnya.
Ciri-ciri diare akibat bakteri seringkali lebih parah, bisa sampai demam tinggi atau BAB berdarah. Jangan sampai anak mengalami dehidrasi saat diare dan muntah karena infeksi bakteri ini ya, Bunda. Cairan tubuh yang hilang harus segera diganti agar tidak terjadi komplikasi serius.
4. Alergi atau Intoleransi Makanan (Improvisasi)¶
Terkadang, diare dan muntah pada anak bukan cuma disebabkan infeksi, lho. Beberapa anak bisa mengalami gejala ini akibat alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu. Misalnya, intoleransi laktosa atau alergi susu sapi bisa memicu diare dan muntah setelah mengonsumsi produk susu.
Reaksi ini terjadi karena tubuh si kecil tidak bisa mencerna atau bereaksi secara berlebihan terhadap komponen makanan tersebut. Gejalanya bisa muncul sesaat setelah mengonsumsi makanan pemicu. Jika Bunda curiga anak memiliki alergi atau intoleransi makanan, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
5. Efek Samping Obat-obatan (Improvisasi)¶
Beberapa jenis obat juga bisa menyebabkan diare dan muntah sebagai efek sampingnya. Antibiotik, misalnya, seringkali mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, sehingga menyebabkan diare. Obat lain seperti obat pereda nyeri tertentu atau suplemen zat besi juga kadang bisa memicu keluhan pencernaan ini.
Jika anak sedang dalam pengobatan dan tiba-tiba mengalami diare atau muntah, ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter yang meresepkan obat tersebut. Jangan menghentikan pengobatan tanpa anjuran dokter ya. Biasanya, dokter akan memberikan solusi atau mengganti obat jika efek sampingnya terlalu mengganggu.
Cara Rumahan untuk Diare dan Muntah pada Anak¶
Nah, sekarang kita bahas apa saja yang bisa Bunda lakukan di rumah untuk membantu meredakan gejala diare dan muntah pada anak. Hal paling utama dan krusial adalah memastikan si kecil cukup asupan cairan agar tidak dehidrasi. Ini adalah kunci utama penanganan diare dan muntah pada anak.
Para ahli gastroenterologi anak menekankan bahwa diare itu sebenarnya cara tubuh untuk mengeluarkan penyebab masalahnya. Jadi, jangan terburu-buru memberikan obat anti-diare sembarangan ya, karena ini justru bisa menahan infeksi di dalam tubuh. Tubuh kita membutuhkan cukup air untuk mencerna dan menyerap nutrisi dari makanan dan minuman secara efisien. Minum air putih yang cukup juga mencegah dehidrasi, yang jika terjadi dapat membuat sistem pencernaan lebih sulit bekerja.
Berikut adalah beberapa obat alami rumahan yang bisa Bunda coba untuk mengatasi diare dan muntah pada anak:
1. Yoghurt¶
Yoghurt adalah salah satu sumber probiotik alami yang aman untuk dikonsumsi anak saat diare. Probiotik ini adalah bakteri baik yang hidup di usus kita. Ketika diare, keseimbangan bakteri baik ini sering terganggu.
Dengan mengonsumsi yoghurt, Bunda bisa membantu mengembalikan jumlah bakteri baik dalam usus si kecil. Bakteri baik ini membantu sistem kekebalan tubuh melawan bakteri jahat pemicu infeksi dan diare. Pastikan memilih yoghurt tawar atau plain tanpa tambahan gula berlebih, ya.
2. Jahe¶
Rempah satu ini sudah lama dikenal sebagai obat alami untuk berbagai keluhan perut. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa jahe bisa menjadi obat diare alami yang cukup ampuh. Jahe memiliki sifat anti-inflamasi alami yang dapat membantu menenangkan rasa nyeri perut dan meredakan mual.
Bunda bisa memberikan jahe dalam bentuk teh hangat atau mencampurnya ke dalam sup atau bubur kesukaan si kecil. Pastikan porsinya tidak terlalu banyak agar rasanya tidak terlalu kuat untuk anak-anak. Seduhan jahe hangat bisa sangat menenangkan perut yang sedang tidak nyaman.
3. Pisang¶
Pisang adalah camilan sehat yang sangat direkomendasikan saat anak sedang diare. Selain rasanya yang manis alami dan disukai anak-anak, pisang kaya akan potasium dan pektin. Potasium sangat penting untuk mengganti elektrolit yang hilang akibat diare dan muntah.
Pektin adalah serat larut yang membantu memadatkan kotoran, sehingga mengurangi frekuensi BAB cair. Pisang juga mudah dicerna dan tidak membebani sistem pencernaan yang sedang terganggu. Ini adalah bagian dari “BRAT diet” (Bananas, Rice, Applesauce, Toast) yang sering direkomendasikan untuk pemulihan pencernaan.
4. Madu¶
Madu memiliki segudang manfaat kesehatan, dan salah satunya adalah sebagai obat diare alami yang aman dan efektif untuk anak. Madu memiliki sifat antimikroba dan anti-inflamasi yang bisa membantu melawan infeksi dan menenangkan usus.
Bunda bisa memberikan madu langsung (satu sendok teh) atau mencampurkannya dengan air putih hangat atau teh. Namun, ada satu catatan penting: madu tidak boleh diberikan pada anak berusia di bawah 1 tahun. Pada bayi di bawah satu tahun, bakteri alami pada madu dapat menyebabkan keracunan serius yang disebut botulisme. Selalu ingat aturan ini ya, Bunda.
5. Oralit¶
Oralit adalah penyelamat utama saat anak diare dan muntah, karena berfungsi untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Bunda bisa membuat sendiri oralit di rumah dengan mudah atau membeli produk siap saji di apotek.
Cara Membuat Oralit Sendiri di Rumah:
Bahan | Takaran |
---|---|
Air matang | 200 ml |
Garam | ¼ sendok teh |
Gula pasir | 1 sendok makan |
Langkah-langkah:
- Siapkan gelas bersih dan sendok pengaduk.
- Tuangkan air matang ke dalam gelas. Bunda bisa menggunakan air hangat agar gula dan garam lebih cepat larut.
- Masukkan gula pasir dan garam ke dalam air.
- Aduk rata sampai semua bahan larut sempurna.
- Cairan oralit siap diberikan kepada anak. Berikan sedikit demi sedikit (sesendok teh setiap beberapa menit) agar tidak memicu muntah lagi.
Jika tidak sempat membuat sendiri, Bunda bisa membeli produk oralit siap saji yang banyak dijual dalam kemasan sachet atau botol di apotek. Biasanya oralit instan ini tinggal dilarutkan dalam air sesuai petunjuk. Selalu baca petunjuk penggunaan pada kemasan ya.
6. Kaldu Ayam Bening (Improvisasi)¶
Kaldu ayam bening atau sup ayam tanpa bumbu berlebihan bisa jadi pilihan yang sangat baik. Kaldu mengandung elektrolit penting seperti natrium dan kalium yang hilang saat diare dan muntah. Selain itu, teksturnya yang cair dan rasanya yang gurih bisa membantu memancing nafsu makan anak yang sedang lesu.
Kaldu juga mudah dicerna dan bisa memberikan sedikit energi bagi tubuh si kecil. Bunda bisa menambahkan sedikit nasi atau pasta berukuran kecil yang dimasak sangat lembut ke dalam kaldu agar lebih bernutrisi.
7. ASI atau Susu Formula Tetap Diberikan (Improvisasi)¶
Bagi bayi, ASI atau susu formula harus tetap diberikan meskipun sedang diare dan muntah. Justru ini sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Frekuensi pemberiannya bisa ditingkatkan sedikit demi sedikit.
Jangan menghentikan ASI atau susu formula kecuali atas anjuran dokter. Nutrisi dan cairan dari ASI/susu formula sangat vital untuk pemulihan si kecil.
8. Istirahat Cukup (Improvisasi)¶
Tubuh yang sakit butuh istirahat untuk memulihkan diri. Pastikan anak mendapatkan waktu tidur yang cukup dan tidak terlalu banyak beraktivitas. Lingkungan yang tenang dan nyaman akan membantu proses penyembuhan.
Dorong anak untuk berbaring dan membiarkan tubuhnya beristirahat. Ini akan membantu menghemat energi yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi.
9. Perhatikan Kebersihan (Improvisasi)¶
Saat anak diare dan muntah, risiko penularan infeksi ke anggota keluarga lain jadi tinggi. Pastikan Bunda selalu mencuci tangan setelah mengganti popok atau membersihkan muntahan. Ajarkan anak untuk sering mencuci tangan, terutama setelah dari kamar mandi.
Bersihkan permukaan benda yang sering disentuh dengan disinfektan. Langkah-langkah kebersihan sederhana ini sangat efektif untuk mencegah penyebaran kuman.
10. Diet Lembut (BRAT Diet) Setelah Membaik (Improvisasi)¶
Setelah diare dan muntah mulai mereda, perkenalkan kembali makanan secara bertahap. Mulailah dengan makanan yang lembut dan mudah dicerna seperti nasi putih, roti tawar, apel yang dikukus atau dibuat saus apel, dan pisang. Ini dikenal sebagai BRAT diet.
Hindari makanan pedas, berlemak, atau berserat tinggi untuk beberapa hari. Berikan porsi kecil namun sering untuk memastikan perut anak tidak kaget dan bisa menerima makanan dengan baik.
Kapan Perlu ke Dokter?¶
Meskipun sebagian besar kasus diare akut bisa sembuh tanpa pengobatan khusus, Bunda harus tahu kapan saatnya mencari pertolongan medis. Diare berat, yang ditandai dengan lebih dari 10 kali buang air besar per hari atau kehilangan cairan yang jauh lebih banyak dibandingkan asupan, dapat menyebabkan dehidrasi parah yang berbahaya.
Segera cari pertolongan medis jika anak mengalami gejala berikut. Jangan tunda ya, Bunda!
Tanda-tanda Dehidrasi Parah:¶
- Tidak ada popok basah dalam 3 jam atau lebih: Ini adalah indikator paling jelas bahwa anak kekurangan cairan. Pada anak yang sudah toilet training, perhatikan frekuensi buang air kecilnya yang menurun drastis.
- Mulut atau lidah kering: Bibir dan lidah yang tampak kering menunjukkan tubuh kekurangan cairan.
- Menangis tanpa air mata: Pada bayi atau anak kecil, jika mereka menangis tapi tidak ada air mata yang keluar, ini adalah tanda dehidrasi yang serius.
- Terlihat sangat mengantuk, lesu, tidak responsif, atau mudah marah: Anak mungkin tampak sangat lemas, tidak berenergi, bahkan sulit dibangunkan atau merespons rangsangan. Perubahan perilaku yang signifikan ini membutuhkan perhatian medis segera.
- Mata atau pipi tampak cekung: Pada bayi, fontanel (ubun-ubun) yang cekung juga merupakan tanda dehidrasi.
- Kulit tidak kembali cepat seperti semula setelah dicubit dan dilepas (turgor kulit buruk): Ini adalah tes sederhana untuk melihat elastisitas kulit. Jika kulit dicubit dan kembalinya lambat, artinya tubuh kekurangan cairan.
Tanda Bahaya Lain yang Membutuhkan Pertolongan Medis:¶
- Diare tidak membaik setelah 24 jam: Jika diare terus-menerus tanpa tanda perbaikan setelah satu hari penuh, segera periksakan anak.
- Demam lebih dari 39°C: Demam tinggi yang disertai diare dan muntah bisa menjadi indikasi infeksi yang lebih serius.
- Kotoran berdarah atau berwarna kehitaman: Ini adalah tanda bahaya serius yang bisa menunjukkan pendarahan di saluran pencernaan. Jangan tunda untuk segera ke dokter.
- Nyeri perut hebat: Jika anak mengeluh sakit perut yang sangat parah atau tidak bisa ditenangkan.
- Muntah proyektil atau muntah terus-menerus: Muntah yang menyembur jauh atau tidak berhenti sama sekali juga merupakan tanda bahaya.
- Diare yang terjadi berulang atau kronis: Jika anak sering diare tanpa sebab yang jelas, meskipun tidak parah, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mencari tahu penyebab dasarnya.
Video Rekomendasi:
Anda bisa mencari video panduan singkat di platform seperti YouTube tentang “Cara Membuat Oralit di Rumah” atau “Tanda-tanda Dehidrasi pada Anak”. Banyak konten edukasi yang mudah dipahami dan bisa membantu Anda mempraktikkan langkah-langkah penanganan pertama.
Semoga tips-tips ini bisa membantu Bunda mengatasi diare dan muntah pada si kecil di rumah. Ingat, tetap tenang, prioritaskan hidrasi, dan jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis jika ada tanda-tanda bahaya.
Bunda punya pengalaman lain dalam mengatasi diare dan muntah pada anak? Atau ada pertanyaan seputar topik ini? Yuk, bagikan di kolom komentar di bawah! Pengalaman Bunda bisa sangat bermanfaat bagi orang tua lainnya.
Posting Komentar