Gus Mus Bagi Doa Spesial Kemerdekaan 17 Agustus, Yuk Amalkan!
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, suasana kebangsaan mulai terasa kental. Momen ini selalu jadi pengingat penting bagi kita semua untuk kembali merenung dan bersyukur atas nikmat kemerdekaan yang sudah diraih. Salah satu suara yang senantiasa menyejukkan hati dan mengajak refleksi mendalam adalah dari Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Ahmad Mustofa Bisri, atau yang akrab kita sapa Gus Mus.
Indonesia, tanah air tercinta, memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Perjalanan menuju proklamasi ini sungguh panjang dan berliku, diwarnai perjuangan berabad-abad melawan penjajah dari Belanda, Jepang, hingga Portugis. Oleh karena itu, di setiap momen bersejarah ini, para ulama dan tokoh bangsa selalu mendorong masyarakat untuk tidak hanya merayakan, tetapi juga memanjatkan doa sebagai wujud syukur sekaligus refleksi atas makna kemerdekaan itu sendiri.
Doa Kemerdekaan dari Hati Gus Mus¶
Gus Mus, dengan kebijaksanaan dan kedalaman spiritualnya, telah menulis sebuah doa panjang yang ia namakan “doa kemerdekaan”. Doa ini pertama kali dibagikan lewat akun Facebook pribadinya pada 16 Agustus 2014. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, isi doa tersebut tetap relevan dan powerful sebagai pengingat bagi bangsa Indonesia di setiap peringatan kemerdekaan. Doa ini mengajak kita untuk melihat kemerdekaan bukan hanya sebagai peristiwa politik, melainkan juga sebagai anugerah Ilahi yang patut disyukuri secara menyeluruh.
Dalam untaian doanya, Gus Mus memohon kepada Allah SWT agar bangsa ini selalu dianugerahi kepekaan. Kepekaan ini penting, lho, supaya kita bisa senantiasa mensyukuri keindahan kemerdekaan itu sendiri, keindahan hidup, kemanusiaan, dan juga persaudaraan. Selain itu, ia juga berdoa agar para pemimpin negeri kita dianugerahi hati yang penuh kasih sayang, kebijaksanaan, dan yang paling penting, rasa tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban amanah. Harapan beliau agar pemimpin kita bisa memimpin dengan hati dan nurani yang bersih.
Mengupas Makna Setiap Baris Doa¶
Yuk, kita bedah satu per satu setiap bagian dari doa kemerdekaan yang penuh makna ini. Doa ini adalah cerminan harapan mendalam seorang ulama besar bagi bangsanya, yang tidak hanya melihat kemerdekaan dari sisi fisik, tapi juga spiritual dan moral.
Doa Kemerdekaan oleh Gus Mus:
Ya Allah, ya Tuhan kami,
Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang indah,
Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala anugerah,
Wahai Maha Pemurah yang telah menganugerahi kami negeri yang sangat indah dan bangsa yang menyukai keindahan,
Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang indah,
Pembukaan doa ini langsung menyentuh hati. Gus Mus memanggil Allah dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Indah, menyoroti bahwa segala sesuatu yang ada, termasuk negeri kita yang cantik dan bangsa yang menyukai keindahan, adalah ciptaan-Nya yang sempurna. Kemerdekaan pun disebut sebagai “kemerdekaan yang indah”, sebuah anugerah tak ternilai yang patut disyukuri dari lubuk hati terdalam. Ini mengingatkan kita bahwa kemerdekaan bukan hanya bebas dari penjajahan, tapi juga bebas untuk menciptakan keindahan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Demi nama-nama Agung-Mu yang Maha Indah,
Demi sifat-sifat suci-Mu yang Maha Indah,
Demi ciptaan-ciptaan-Mu yang serba indah,
Bagian ini adalah penguat permohonan, di mana Gus Mus bersumpah demi keindahan asma, sifat, dan ciptaan Allah. Ini menunjukkan betapa agungnya permohonan ini, memohon dengan menyebut hal-hal yang paling dicintai dan diagungkan oleh-Nya. Ini juga mempertegas bahwa inti doa ini adalah tentang “keindahan” dalam berbagai aspek kehidupan.
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kepekaan untuk menangkap dan mensyukuri keindahan anugerah-Mu:
Ini adalah inti permohonan pertama: kepekaan. Kepekaan untuk melihat dan mensyukuri keindahan dalam setiap anugerah. Seringkali kita lupa mensyukuri hal-hal kecil, padahal itu semua adalah keindahan dari anugerah Tuhan.
Keindahan yang Dimohonkan: Sebuah Daftar Refleksi¶
Gus Mus kemudian merinci berbagai jenis keindahan yang dimohonkan untuk disyukuri. Ini bukan sekadar daftar, tapi juga panduan etis dan moral bagi setiap individu dan bangsa:
- Keindahan merdeka dan kemerdekaan: Ini adalah fondasi. Kemerdekaan bukan hanya lepas dari penjajah, tapi juga bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang indah, berbudaya, dan bermartabat.
- Keindahan hidup dan kehidupan: Hidup itu sendiri adalah anugerah terindah. Mensyukuri setiap detik, setiap tarikan napas, dan menjalani kehidupan dengan penuh makna.
- Keindahan manusia dan kemanusiaan: Mengakui martabat setiap individu, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, saling menghargai, dan menolong sesama tanpa memandang latar belakang.
- Keindahan kerja dan pekerjaan: Menjadikan setiap pekerjaan sebagai ibadah, melakukannya dengan ikhlas dan profesional, serta berkontribusi positif bagi masyarakat.
- Keindahan sederhana dan kesederhanaan: Di tengah gempuran materi dan gaya hidup mewah, kesederhanaan adalah keindahan yang hakiki. Ia mengajarkan kita untuk tidak serakah dan selalu bersyukur.
- Keindahan kasih sayang dan saling menyayang: Kasih sayang adalah perekat kehidupan sosial. Dengan saling menyayangi, kita membangun persatuan dan keharmonisan.
- Keindahan kebijaksanaan dan keadilan: Ini adalah pilar utama dalam kepemimpinan dan penegakan hukum. Kebijaksanaan membantu mengambil keputusan terbaik, sementara keadilan memastikan hak setiap orang terpenuhi.
- Keindahan rasa malu dan tahu diri: Rasa malu adalah rem dari perbuatan buruk, sementara tahu diri mengajarkan kita untuk rendah hati dan mengakui keterbatasan.
- Keindahan hak dan kerendahan hati: Mengerti hak kita, namun juga memiliki kerendahan hati untuk tidak menuntut secara berlebihan atau merampas hak orang lain.
- Keindahan tanggung jawab dan harga diri: Memikul tanggung jawab dengan sepenuh hati, serta memiliki harga diri yang tidak mudah digadaikan untuk kepentingan sesaat.
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kemampuan untuk mensyukuri nikmat anugerah-Mu dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridai.
Selamatkanlah jiwa-jiwa kami dari noda-noda yang mencoreng keindahan martabat kami.
Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami.
Setelah memohon kepekaan, Gus Mus melanjutkan dengan permohonan kemampuan untuk berbuat. Kepekaan tanpa tindakan adalah percuma. Doa ini memohon agar bangsa dan pemimpin bisa menunjukkan rasa syukur lewat sikap dan perbuatan yang diridai Tuhan. Ada juga permohonan perlindungan dari noda-noda yang merusak martabat, serta petunjuk jalan menuju cita-cita kemerdekaan yang sejati. Ini menggambarkan bahwa kemerdekaan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir, yang harus terus diisi dengan kebaikan.
Kuatkanlah lahir batin kami untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi yang menyeret kami dari keindahan sejati kemanusiaan dan kemerdekaan kami.
Merdekakanlah kami dari belenggu penjajahan apa saja selain penjajahan-Mu, termasuk penjajahan diri kami sendiri.
Kokohkanlah jiwa raga kami untuk menjaga keindahan negeri kami.
Bagian ini adalah peringatan keras dan permohonan perlindungan dari godaan “keindahan imitasi”. Ini bisa berupa hal-hal yang tampak indah tapi sebenarnya merusak, seperti korupsi yang menawarkan kekayaan semu, atau perpecahan yang dibungkus ideologi tertentu. Doa ini juga secara eksplisit memohon kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan, termasuk yang paling berbahaya: penjajahan diri sendiri, seperti egoisme, kemalasan, atau sifat-sifat buruk lainnya. Kemudian, tentu saja, memohon kekuatan untuk menjaga keutuhan dan keindahan negeri.
Mohon Pemimpin yang Penuh Kasih Sayang dan Cahaya¶
Bagian doa selanjutnya berfokus pada kualitas kepemimpinan, sebuah aspek krusial bagi keberlangsungan bangsa:
Ya Malikal Mulki,
Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa,
Jangan kuasakan atas kami—karena dosa-dosa kami—penguasa-penguasa yang tak takut kepada-Mu dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami.
Ini adalah permohonan yang sangat dalam dan relevan. Gus Mus memohon agar Allah tidak mengizinkan pemimpin zalim berkuasa, terutama sebagai bentuk hukuman atas dosa-dosa rakyat. Ini adalah pengingat bahwa kualitas pemimpin seringkali adalah cerminan dari kondisi masyarakatnya.
Anugerahilah bangsa kami pemimpin yang hatinya penuh dengan keindahan cahaya kasih sayang-Mu, sehingga kasih sayangnya melimpah ruah bagi rakyatnya.
Jangan Engkau berikan kepada kami pemimpin yang merupakan isyarat kemurkaan-Mu atas bangsa kami.
Sebaliknya, doa ini memohon pemimpin yang hatinya dipenuhi cahaya kasih sayang Ilahi, yang akan mengalir deras menjadi kasih sayang bagi rakyatnya. Ini adalah harapan akan kepemimpinan yang berlandaskan moral dan spiritual, bukan sekadar kekuasaan.
Memohon Pancaran Cahaya Ilahi¶
Gus Mus kemudian memanjatkan doa agar cahaya Allah memancar di segala aspek kehidupan:
Wahai Maha Cahaya di atas segala cahaya,
Pancarkanlah cahaya-Mu di mata dan pandangan kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di telinga dan pendengaran kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di mulut dan perkataan kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di hati dan keyakinan kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di pikiran dan sikap kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di kanan dan kiri kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di atas dan bawah kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu di dalam diri kami,
Pancarkanlah cahaya-Mu, ya Maha Cahaya,
Permohonan cahaya ini sangat simbolis dan kuat. Cahaya di sini melambangkan petunjuk, kejelasan, kebenaran, dan hikmah. Dengan cahaya Ilahi meliputi seluruh indra dan batin, manusia akan mampu melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak sesuai kehendak-Nya. Ini adalah doa agar setiap langkah dan keputusan kita selalu diterangi petunjuk Tuhan.
Agar kami dapat menangkap keindahan ciptaan-Mu dan meresapinya,
Dapat menangkap keindahan anugerah-Mu dan mensyukurinya,
Dapat menangkap keindahan jalan lurus-Mu dan menurutinya,
Dapat menangkap keburukan jalan sesat setan dan menghindarinya.
Tujuan dari pancaran cahaya itu jelas: agar kita mampu membedakan mana yang indah (baik), mana yang anugerah, mana jalan yang lurus, dan mana jalan setan yang menyesatkan. Ini adalah inti dari kearifan spiritual, kemampuan untuk memilah antara hak dan batil.
Pancarkanlah cahaya-Mu, ya Maha Cahaya,
Agar kami dapat menangkap keindahan kebenaran dan mengikutinya,
Dapat menangkap keburukan kebatilan dan menjauhinya,
Dapat menangkap keindahan kejujuran dan menyerapnya,
Dapat menangkap keburukan kebohongan dan mewaspadainya.
Cahaya itu juga akan membimbing kita untuk selalu memilih kebenaran, menjauhi kebatilan, menyerap kejujuran, dan mewaspadai kebohongan. Ini adalah fondasi moral yang sangat penting bagi individu maupun sebuah bangsa.
Pancarkanlah cahaya-Mu, ya Maha Cahaya,
Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan di batin kami.
Ya Maha Cahaya di atas segala cahaya,
Jangan biarkan syirik dan dengki, hasut dan benci, ujub dan takabur, serakah dan kejam, kebencian dan dendam, dusta dan kemunafikan, gila dunia dan memuja diri, lupa akhirat dan takut mati, serta bayang-bayang hitam lainnya menutup pandangan mata batin kami dari keindahan wajah-Mu,
Menghalangi kami mendapatkan kasih-Mu,
Menghambat sampainya kami kepada-Mu.
Bagian ini adalah puncak dari permohonan cahaya: untuk membersihkan batin dari segala kegelapan dan penyakit hati. Gus Mus menyebutkan berbagai sifat buruk yang bisa menghalangi manusia dari kebenaran dan kasih sayang Tuhan. Ini adalah doa pembersihan diri, agar hati kita selalu bersih dan jernih, sehingga mampu melihat keindahan hakiki dan mendekatkan diri pada-Nya.
Penutup dan Harapan¶
Ya Allah, ya Tuhan yang Maha Pengampun,
Ampunilah dosa-dosa kami,
Dosa-dosa para pemimpin dan bangsa kami.
Setelah semua permohonan yang mulia, doa ini ditutup dengan permohonan ampunan. Ini adalah pengakuan akan kelemahan dan dosa-dosa manusia, baik individu, pemimpin, maupun seluruh bangsa. Dengan pengampunan, diharapkan kita bisa memulai lembaran baru dengan lebih baik.
Ya Allah, ya Tuhan kami yang Maha Rahman dan Rahim,
Rahmatilah negeri dan bangsa kami,
Merdekakanlah kami,
Dan kabulkanlah doa kami.Amin.
Doa ditutup dengan permohonan rahmat dan kasih sayang Allah bagi negeri dan bangsa, serta penegasan kembali permohonan kemerdekaan sejati, dan harapan agar doa ini dikabulkan. “Amin” menjadi penegasan dari seluruh harapan dan permohonan yang telah diucapkan.
Spiritualitas dan Nasionalisme dalam Doa Gus Mus¶
Doa Gus Mus ini adalah contoh nyata bagaimana spiritualitas dan nasionalisme bisa bersatu dalam sebuah untaian harapan. Gus Mus menunjukkan bahwa mencintai tanah air tidak hanya berarti mengibarkan bendera atau menyanyikan lagu kebangsaan, tetapi juga membersihkan hati, memohon petunjuk Ilahi, dan berusaha menjadi individu yang lebih baik. Ini adalah patriotisme yang melampaui batas-batas fisik, merangkul dimensi moral dan spiritual.
Konsep “keindahan” yang berulang kali disebut Gus Mus juga sangat menarik. Keindahan di sini bukan cuma soal estetika fisik, tapi juga keindahan perilaku, keadilan, kebijaksanaan, dan hati yang bersih. Ini adalah visi tentang bangsa yang tidak hanya maju secara materi, tetapi juga luhur budi pekertinya, adil, dan penuh kasih sayang.
Relevansi Doa Kemerdekaan Gus Mus di Era Sekarang¶
Di tengah berbagai tantangan bangsa saat ini—mulai dari polarisasi, berita bohong, hingga godaan korupsi dan ketidakadilan—doa Gus Mus ini menjadi sangat relevan. Ia mengingatkan kita untuk selalu kembali pada nilai-nilai dasar: syukur, kepekaan, kejujuran, kasih sayang, dan tanggung jawab.
Doa ini juga mengajak kita untuk tidak sekadar menuntut hak, tetapi juga menyadari kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai warga negara. Kemerdekaan adalah amanah yang harus dijaga dan diisi dengan perbuatan baik, bukan malah menjadi ajang untuk saling menjatuhkan atau mementingkan diri sendiri.
Mari Mengamalkan dan Meresapi¶
Memperingati HUT RI ke-80, mari kita tidak hanya merayakan dengan gegap gempita, tetapi juga meluangkan waktu untuk meresapi makna kemerdekaan. Doa Gus Mus ini bisa menjadi panduan spiritual kita. Mengamalkannya berarti kita tidak hanya berdoa untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kebaikan bangsa dan negara.
Dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, semoga kita semua—individu, masyarakat, dan para pemimpin—dianugerahi kepekaan dan kemampuan untuk senantiasa mensyukuri keindahan anugerah kemerdekaan ini. Semoga bangsa Indonesia selalu diberkahi dan dipimpin menuju cita-cita kemerdekaan yang sejati, yang penuh dengan keindahan, keadilan, dan kasih sayang.
Bagaimana menurut kalian, apa pesan paling kuat dari doa Gus Mus ini yang paling berkesan di hati? Yuk, bagikan pendapat kalian di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar